Thursday, July 31, 2008

Tinggal Sertaku


Tinggal Sertaku

Abide with me; fast falls the even tide;
The darkness deepens; Lord with me abide!
When other helpers fail, and comforts flee,
Help of the helpless, O abide with me!

Swift to its close ebbs out life's little day
Earth's joys grow dim, its glories pass away;
Change and decay in all around I see
O Thou who changest not, abide with me!

I need Thy presence every passing hour;
What but Thy grace can foil the tempter's power?
Who, like Thyself, my guide and stay can be?
Through clouds and sunshine, oh abide with me!

I fear no foe, with Thee at hand to bless
Ills have no weight, and tears no bitterness
Where is death's stings? Where grave, thy victory?
I triumph still, if Thou abide with me!

Hold Thou Thy cross before my closing eyes;
Shine through the gloom and point me to the skies.
Heav'ns morning breaks and earth's vain shadows flee;
In life, in death, O Lord, abide with me!


Heyley Westenra, penyanyi rohani berkebangsaan New Zealand menyanyikan lagu itu! Bahkan ia diundang di Crystal Cathedral, California, untuk mengisi acara Hours of Power yang dipandu sendiri oleh gembala senior gereja tersebut Pdt. Robert Schuller yang selalu khas tampil dengan jubah doktoralnya dan rambutnya yang sudah putih semua, dan kerutan-kerutan tua di wajahnya. Indah sekali lagu itu dibawakan oleh Heyley.

Tak kalah bagusnya, ketika lagu itu mengalun dari mulut paduan suara anak-anak laki-laki Libera dari Britania Raya. Kekompakan, kehalusan inflection, perpaduan warna suara yang bagus, menambah keagungan serta keanggunan pujian doa ini, dan tambah membuktikan bahwa lagu ini mendapat tempat di hati orang Kristen sampai kapan pun juga. Dan, masih banyak lagi penyanyi yang menyanyikannya.

Saya ingat satu hal. Dan ingatan inilah yang sangat mengesankan saya, dan bagi saya, inilah momentum ketika lagu ini didendangkan. Kalau saya tidak salah ingat, lagu itu dinyanyikan pada tanggal 12 September 1997! Saya bahkan rela membolos sekolah untuk satu hari itu! Itulah hari tatkala seorang tokoh dunia dimakamkan. Seorang tokoh perempuan yang berjuang di kalangan kaum termiskin di dunia, yang tutup usia dalam masa yang sudah sangat senja (87 tahun). Tokoh yang menginspirasi banyak orang, dan dunia pun mengakuinya sebagai seorang pejuang kemanusiaan terbesar pada abad ke-20. Hingga tak perlu mengherankan, pada tahun 1979, ia dianugerahi Nobel Perdamaian untuk karyanya di sudut terpencil India, yang sangat miskin, di Calcutta!

Ia dimakamkan di Pemakaman Induk Missionaries of Charity, yaitu tarekat biarawati untuk melayani orang-orang papa, yang ia dirikan dan resmi diakui pada 5 Oktober 1950. Di tengah-tengah tamu yang membeludak, dari dalam dan luar negeri India, dari berbagai kalangan dan latar belakang agama, terselip suasana sangat mengharukan, yaitu ketika madah itu sayup-sayup terdengar. Membandingkan kematian seorang wanita berparas cantik dari Inggris, mantan istri Pangeran dari Wales, yang meninggal bersama dengan kekasih barunya, yang kaya raya, Doddy al Fayyed, tak lama berselang setelah Ibu Teresa meninggal. Disemayamkan di Westminster Abbey, dan ketika peti jenasah diiring keluar, alunan lagu Candle in the Wind dan hentakan tuts piano penyanyi Elton John dari dalam Westminster Abbey yang megah itu.

Kematian Ibu Teresa diiringi lagu Abide with Me!, kualitas suaranya jauh dibandingkan pemakaman Lady Diana! Dinyanyikan oleh anak-anak asuh sang ibu, yang telah mendapatkan sentuhan tangan kasih dari sang ibu, meski bukan ibu mereka sendiri, dan meski tangan yang ibu kasar ditambah kerutan-kerutan tuanya. Lagu itu hanya diiringi akordeon. Lagu itu menggema. Lagu itu berbicara. Lagu itu mengingatkanku akan penghiburan yang aku miliki baik pada masa kehidupan maupun kematianku. Bahwa badan dan jiwaku adalah milik Kristus, Tuhanku yang setia!

Terpujilah Allah!

KEHIDUPAN YANG KITA HAYATI (St. Augustinus dari Hippo)



KEHIDUPAN YANG KITA HAYATI (St. Augustinus dari Hippo)





Ada tiga macam kehidupan: yaitu kehidupan kontemplatif (vita contemplativa), kehidupan yang penuh dengan aktivitas (vita activa) dan kehidupan yang merupakan kombinasi antara keduanya. Seorang manusia dapat mencapai kebahagiaan kekal melalui penghayatan salah satu kehidupan itu, selama dia memegang imannya.



Tetapi kita harus bertanya kepada orang yang mencari kebenaran dalam kehidupan kontemplatif, apa yang dia lakukan terhadap sesamanya. Dia tidak boleh membuang waktu dengan bermalas-malasan, biarlah dia mencari kebenaran, maju dalam penyelidikan, mempertahankan apa yang sudah dipelajari dan bermudah hati dalam berbagi pengalaman dengan orang lain.



Dia yang hidup aktif harus tidak boleh mencari pujian dan kekuatan—dia harus cinta pada pekerjaan itu sendiri; jika dilakukannya dengan baik dan menguntungkan, ini berarti bahwa yang dilakukannya itu menjurus pada keselamatan orang-orang yang dibimbingnya.



Jangan sampai ada orang yang begitu terpikat pada kontemplatif, tetapi sekaligus tidak mempunyai perhatian pada sesamanya, dan jangan ada yang begitu sibuk, sehingga dia mengabaikan persekutuan dengan Tuhan. Jika kita orang beriman, kita berjalan di jalan iman, dan jika mempertahankan iman kita, beberapa orang dari kita akan memahami kebenaran yang tidak berubah, dan akhirnya akan bersemuka dengan Tuhan sesuai perkataan St. Paulus.



Selain itu, ada orang yang—meskipun mengerti apa yang dimaksudkan dengan hal-hal yang tidak tampak dan tidak berubah—menolak bertahan pada satu-satunya jalan yang menuju ke kebahagiaan abadi, jalan Kristus tersalib. Kadang-kadang, sinar terang surgawi menyentuh jiwa mereka, tetapi seolah-olah hanya datang dari kejauhan, dan sinar itu tidak akan mencapai rumah peristirahatan Kristus yang tersembunyi.



Hari Terakhir Kontemplasi

Hari Terakhir Kontemplasi!





Saya dengan sengaja tidak melakukan update pada bulan Juli, kecuali satu posting (dan satu ini!). Ya, saya cuti menulis untuk blog. Alasannya sederhana, saya sedang menghayati silence (keheningan). Selama bulan Juli, saya tidak banyak memegang komputer dalam tempo yang lama. Ternyata ada hikmat yang saya dapatkan!



Sedikit mengambil jarak dari benda yang kita senangi membuat saya dapat menguji diri, apakah saya bergantung dengan benda itu atau tidak. Seiring dengan “puasa” komputer itu, selama dua Minggu ini, saya membebaskan diri dari kopi! Dan, syukur kepada Allah: diri saya ternyata tidak bergantung pada benda-benda itu.



Inilah hari terakhir kontemplasi saya! Pada bulan Agustus, saya akan kembali full throttle!





Wednesday, July 16, 2008

BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG MEMBAWA DAMAI


BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG MEMBAWA DAMAI



“Anak-anak Allah”


Kristus Putra Allah yang sejati, dan Ia adalah Raja Damai. Maka, anak-anak Allah ialah anak-anak damai. Sejak kelahiran-Nya, Kristus dititahkan untuk menjadi Penguasa perdamaian. Bala tentara surga pun menyanyikan “Damai di bumi bagi orang-orang yang berkenan kepada-Nya.” Demikian pun salam Kristus yang telah bangkit, “Damai sejahtera bagimu.” Ketika kembali ke surga, Ia meninggalkan damai-Nya kepada murid-murid-Nya.


Para rasul, sebagai penerus pemberitaan damai Kristus, membawa pesan suci ini dari rumah ke rumah, yang mereka kunjungi. Kehendak Yesus ialah supaya ada kedamaian di antara anak-anak Allah. Kristus melarang para murid mempersembahkan kurban bila ada saudaranya yang menyimpan sakit hati kepadanya. Ia harus bergegas meninggalkan mezbah, dan berdamai dengan saudaranya itu. Baru kemudian kembali untuk beribadah kepada Allah.


Demikianlah memang seharusnya menjadi anak Allah. Dalam jiwanya, yang tersimpan adalah damai semata-mata. Damai seperti ini adalah damai yang juga ada di dalam Tuhan Yesus. Meskipun orang-orang di sekitar bersorak-sorai, atau mengolok-olok dan mencemooh Dia, bahkan menyiksa dan memaku-Nya di kayu salib, namun wajah Kristus selalu menyinarkan damai yang teguh dari dalam. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menggoncangkan hati-Nya, menghilangkan keteguhan-Nya ataupun yang menggusarkan-Nya.


Damai Kristus juga membuat senyap para setan. Di mana saja Ia berada, di mana pun Ia memerintah, setan selalu terdiam. Sabda-Nya menenangkan gelora topan dan badai tasik. Kehadiran-Nya menyeka air mata yang menetes. Salam damai-Nya melenyapkan rasa permusuhan para musuh-Nya dan melindungi sahabat-sahabat-Nya. Betapa kerapnya Yesus mempunyai alasan untuk menjadi marah. Tetapi Ia tetap damai, tentram dan lemah lembut. Hanya oleh karena kehormatan Bapa-Nya, maka dicambuk, dijungkirbalikkan, dan diusir-Nya orang-orang yang berjual beli di pelataran Bait Suci. Ia berani menghardik para Farisi yang angkuh dan munafik dengan “Celakalah!” yang tegas.



“Berbahagialah Orang-orang yang Membawa Damai”


Berbahagialah mereka, yang dalam kehidupannya selalu damai dan yang berupaya agar orang lain pun hidup demikian. Suatu tugas yang indah sekali tengah mereka emban. Mereka berkarya dalam komunitas bagaikan bala malaekat. Kalau di sana-sini ada ketegangan dalam bertegur sapa, maka segera mereka mengetahuinya dan dengan mudah mereka menyadari penyebabnya. Dengan hati-hati serta bijaksana, dengan bantuan Tuhan yang tak pernah gagal, mereka tahu mengatasi kesulitan-kesulitan itu serta memulihkan damai serta sukacita di dalam hati.


Kedamaian itu pada hakikatnya adalah sebuah kekuatan, sebuah harta yang besar nilainya. Untuk kedamaian, mereka pun rela menyerahkan nyawa. Kalau ada perselisihan paham, maka tidak akan pernah rugi seseorang melepaskan pendapatnya. Mereka yang suka berdamai pertama-tama yang akan mengambil aksi untuk melakukannya. Tidak pernah mereka berjuang demi kepentingan pribadi. Bila perlu dikurbankannya diri sendiri demi terciptanya kedamaian. Mereka tak enggan untuk menerima aniaya-aniaya serta penghinaan, dengan tekun dan berdiam diri. Mereka mencoba untuk tidak membesar-besarkan keakuan mereka sendiri dan menuntutkannya kepada orang lain.


Namun orang yang cinta damai tak pernah membiarkan diri mereka jatuh dalam godaan, juga tidak untuk memelihara kedamaian. Bagi mereka, kehendak Tuhan, kehormatan dan keselamatan sesama manusia itulah yang mengatasi segala-galanya. Akan tetapi di mana mereka dapat mempersatukannya dengan cita-cita dan kedamaian, di sanalah mereka perbuat ini. Diberkatilah rumah, di mana setidak-tidaknya ada beberapa orang saja yang berusaha membawa dan memelihara kedamaian itu.



“Mereka akan Disebut Anak-anak Allah”


Inilah upah yang tertinggi, yang merupakan puncak kebahagiaan mereka! Anak Allah! Tanda persekutuan yang erat lagi mesra dengan Allah yang Mahabaik dan yang Mahakuasa! Anak Allah! Suatu kepastian bahwa seorang Bapa yang mahahadir, yang bijaksana, mahatahu serta mahamampu menjaga dan memelihara anak-anak-Nya. Di dalam tangan-Nya, didekap-Nya anak itu tiada tara. Sang anak akan merasa aman dan sentosa. “Mereka akan disebut anak-anak Allah.”


Di atas bumi ini pun, adalah suatu kehormatan bila seseorang diakui sebagai anak Allah. Siapa memperoleh gelar kehormatan ini, pastilah ia sangat berbahagia! Setiap orang yang mengupayakan keadilan dan perdamaian, nyatalah bahwa mereka ini adalah anak-anak Allah, dan kelak mereka akan mendapatkan anugerah kekal yaitu mahkota kehidupan. Sebab demi perdamaian terwujud, segala sesuatu yang pribadi telah berani mereka tanggalkan; hak pribadi mereka abaikan. Kesenangan dan hormat untuk diri sendiri bukan menjadi cita-cita perjuangan. Allah Bapa akan bangga dengan anak-anak yang seperti ini, dan kelak Ia pun akan menunjukkan kepada mereka, “Aku akan menulis nama-Ku di atas mereka!”


Berbahagialah mereka yang boleh mengenakan tanpa pemilihan anugerah ini. Di hadapan seisi surga dan segenap makhluk di bumi, mereka akan diperkenalkan sebagai anak-anak Allah. Juga, berbahagialah mereka yang telah berjuang dan berkurban untuk terwujudnya perdamaian itu.


Percikan Permenungan: Berbahagialan orang-orang yang membawa damai, sebab mereka akan disebut anak-anak Allah.


Doa: Berbicaralah dengan Tuhan hidup dalam damai bersama Dia, dengan Dia, dengan sesama manusia serta diri sendiri; dan mohonkanlah kepada-Nya, supaya Anda boleh menjadi anak Allah, yang menyatakan perdamaian sejati.