BERDOA BERSAMA MENNO SIMONS
Panduan Ibadah Taize
16 Maret 2007
IMAN YANG RADIKAL
Homili oleh Pdt. Timotius Adhi Dharma
Pengantar
Menno Simons dilahirkan di Witmarsum, di daerah Frisian, Nederlands pada tahun 1496, menurut kutipan dalam biografi yang ditulis Karel Vos, berdasarkan surat Menno kepada Gellius Faber, “Adalah pada tahun 1542, pada usiaku ke-28 tahun.”
Orang tua Menno bisa jadi memiliki peternakan sapi perah. Menno dididik di biara dekat sana. Ia mengenal bahasa Latin, dengan sedikit Yunani, tetapi tidak bisa bahasa Ibrani. Ia ditahbiskan sebagai imam di Utrecht pada tahun 1524 dan selama 12 tahun ia melayani sebagai imam paroki: 7 tahun di Pingjum, lima tahun di Witmarsum. Ia bersaksi bahwa di masa-masa ini, bersama rekan-rekan sesama imam, ia “bermain kartu, minum, dan berpola hidup seperti orang-orang yang tak berguna.”
Di tahun 1525 itu, ia telah ragu-ragu apakah roti dan anggur perjamuan benar-benar berubah menjadi daging dan darah Kristus (seperti ajaran Katolik “transubstansiasi”). Sama halnya dengan kebanyakan para imam, ia tak pernah menyentuh Alkitab untuk mencari kebenaran. Kesaksiannya, “Aku tidak menyentuhnya dalam hidupku, karena aku takut bila aku membacanya [Alkitab], aku akan disesatkan.” Tapi karena keraguan ini, ia mulai membaca Perjanjian Baru serta tulisan Martin Luther (pembaru gereja dari Wittenberg, Jerman). Dari penyelidikannya di Alkitab, ia tidak menemukan bukti doktrin transubstansiasi. Ia menyimpulkan bahwa Perjamuan Kudus adalah simbolis.
Membaca Alkitab lebih jauh lagi, Menno dibimbing untuk meragu-ragukan doktrin gereja lainnya: baptis bayi. Ia heran tatkala mendengar bahwa Sicke Freerks Snijder, seorang binatu, dihukum mati karena dibaptis ulang. “Aneh bagiku mendengar adanya baptisan kedua.” Kematian seorang “pahlawan yang saleh dan berbakti” ini membuat Menno kembali menyelidiki Alkitab. Meski tak menjumpai dasar yang kuat tentang baptisan bayi, Menno tetap menjadi imam di gereja Witmarsum hingga tahun 1536. Pada tahun ini, gerakan Anabaptis masuk ke Nederland di bawah pengaruh Jan Matthijs dan Jan van Leyden yang radikal, yang telah merebut kota Muenster di Jerman dan mendirikan “Yerusalem Baru.” Gerakan ini ditumpas oleh pasukan uskup pada 25 Juni 1535.
Diilhami gerakan Muenster, di Nederland sejumlah 300 orang merebut Olde Klooster, biara dekat Bolsward. Pemberontakan itu berhasil ditumpas, dan banyak orang dibunuh dan ditangkap. Di antara para korban itu adalah Peter Simons, saudara Menno dan beberapa anggota jemaatnya. Bagi Menno, ini adalah kesempatan yang menentukan. Ia melihat orang-orang ini sebagai domba yang tak bergembala. “Aku melihat anak-anak yang pemberani ini, walau mereka salah, bersedia menyerahkan nyawanya . . . untuk doktrin dan iman mereka.”
Menno harus mengambil keputusan: wewenang gereja Katolik atau wibawa Kitab Suci. Pada tanggal 30 Januari 1536 ia mengumumkan komitmen barunya kepada Kristus. Segera ia dibaptiskan oleh Obbe Philips, yang kala itu adalah pemimpin Anabaptis yang non-resistan (anti-perang).
Menno segera menerima tawaran untuk menjadi pemimpin Anabaptis. Ia tahu talentanya terbatas tetapi ia juga tahu kebutuhan orang-orang Anabaptis, yang “sesat seperti domba yang tak dapat melawan karena tidak memiliki gembala.” Sejak saat itu, Menno mengabdikan diri sebagai pengkhotbah Injil dan gembala bagi para saudara. Ia dinyatakan sesat dan terus berpindah menjadi tempat aman. Siapa pun yang memberikan tempat berteduh bagi Menno, pasti dicekal dan dibunuh. Menno meninggal pada tahun 1561 di Wuestenfelde, Schleswig-Holstein, Jerman, 25 tahun setelah ia mengundurkan diri dari Gereja Katolik. Ia dikuburkan di taman rumahnya sendiri.
Denting Keheningan:
“Segeralah aku, dengan sukarela, menarik reputasi duniawi, ketenaran, kefasikan . . . dan menundukkan diri dalam ketertekanan serta kemiskinan di bawah salib Kristus yang berat. Dalam kelemahanku, Aku takut akan Allah . . . dalam jalan inilah Tuhan rahmani melalui anugerah-Nya yang berlimpah, membuatku sadar: seorang pendosa papa, dan mengarahkan hatiku, mencipta pikiran baru, menundukkanku untuk takut pada-Nya, mengajarku untuk mengenal diriku, melepaskanku dari jalan maut dan dengan penuh kasih memanggilku ke jalan hidup yang sempit serta persekutuan orang-orang kudus-Nya. Bagi-Nyalah pujian selamanya. Amin.”
H e n i n g
Kidung:
O . . . kami memuji-Mu, Tuhan;
O . . . kami memuji-Mu, Kristus.
“Kristus menolak untuk dibela oleh pedang Petrus. Bagaimanakah seorang Kristen mempertahankan dirinya dengan pedang? Kristus rela meminum cawan yang Bapa berikan kepada-Nya. Bagaimana mungkin seorang Kristen mau mengingkarinya?”
Kidung:
Sembah bagi-Mu, Kristus,
terpujilah nama-Mu,
dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami, dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami.
H e n i n g
“Ataukah, ada orang yang menginginkan diselamatkan dengan cara lain daripada yang Kristus ajarkan kepada kita? Bukankah Kristus itu jalan, kebenaran dan hidup? Bukankah Dialah pintu bagi kawanan domba, sehingga tak mungkin seseorang pun menemukan domba tanpa melalui Dia?”
Kidung:
Sembah bagi-Mu, Kristus;
Terpujilah nama-Mu,
Dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami,
Dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami.
H e n i n g
“Bukankah Dialah Gembala para domba-Nya, yang harus diikuti oleh kawanan domba? Bukankah Ia Tuhan dan Teladan kita? Siapakah yang lebih tinggi dari Tuhan? Bukankah seseorang harus menderita sama seperti Kristus menderita? Siapa yang mau menjadi lebih tinggi daripada Gurunya dan merasa tidak cukup dengan pengajaran Sang Guru?”
Kidung
Jiwaku tenang dalam Tuhan,
Dia Penyelamatku.
H e n i n g
“Biar Dia mengerjakan menurut kehendak-Nya yang mulia, bagimu dan kami, sejangka waktu tatkala masih berada dalam hidup bersama suami dan anak-anakmu, atau di luar hidup, bagi kepujian nama-Nya dan keselamatan jiwamu. Kamu mendahului kami, atau kami mendahului kamu. Perpisahan pasti datang . . . Kuasa darah Kristus yang paling kudus menaungi kamu, sekarang dan selamanya. Amin.
Kidung
Jiwaku tenang dalam Tuhan,
Dia Penyelamatku.
H e n i n g
Kidung
Penuhi kami, ya Tuhan, dengan damai-Mu,
Penuhi kami ya Tuhan, Alleluia!
H O M I L I
Panduan Ibadah Taize
16 Maret 2007
IMAN YANG RADIKAL
Homili oleh Pdt. Timotius Adhi Dharma
Pengantar
Menno Simons dilahirkan di Witmarsum, di daerah Frisian, Nederlands pada tahun 1496, menurut kutipan dalam biografi yang ditulis Karel Vos, berdasarkan surat Menno kepada Gellius Faber, “Adalah pada tahun 1542, pada usiaku ke-28 tahun.”
Orang tua Menno bisa jadi memiliki peternakan sapi perah. Menno dididik di biara dekat sana. Ia mengenal bahasa Latin, dengan sedikit Yunani, tetapi tidak bisa bahasa Ibrani. Ia ditahbiskan sebagai imam di Utrecht pada tahun 1524 dan selama 12 tahun ia melayani sebagai imam paroki: 7 tahun di Pingjum, lima tahun di Witmarsum. Ia bersaksi bahwa di masa-masa ini, bersama rekan-rekan sesama imam, ia “bermain kartu, minum, dan berpola hidup seperti orang-orang yang tak berguna.”
Di tahun 1525 itu, ia telah ragu-ragu apakah roti dan anggur perjamuan benar-benar berubah menjadi daging dan darah Kristus (seperti ajaran Katolik “transubstansiasi”). Sama halnya dengan kebanyakan para imam, ia tak pernah menyentuh Alkitab untuk mencari kebenaran. Kesaksiannya, “Aku tidak menyentuhnya dalam hidupku, karena aku takut bila aku membacanya [Alkitab], aku akan disesatkan.” Tapi karena keraguan ini, ia mulai membaca Perjanjian Baru serta tulisan Martin Luther (pembaru gereja dari Wittenberg, Jerman). Dari penyelidikannya di Alkitab, ia tidak menemukan bukti doktrin transubstansiasi. Ia menyimpulkan bahwa Perjamuan Kudus adalah simbolis.
Membaca Alkitab lebih jauh lagi, Menno dibimbing untuk meragu-ragukan doktrin gereja lainnya: baptis bayi. Ia heran tatkala mendengar bahwa Sicke Freerks Snijder, seorang binatu, dihukum mati karena dibaptis ulang. “Aneh bagiku mendengar adanya baptisan kedua.” Kematian seorang “pahlawan yang saleh dan berbakti” ini membuat Menno kembali menyelidiki Alkitab. Meski tak menjumpai dasar yang kuat tentang baptisan bayi, Menno tetap menjadi imam di gereja Witmarsum hingga tahun 1536. Pada tahun ini, gerakan Anabaptis masuk ke Nederland di bawah pengaruh Jan Matthijs dan Jan van Leyden yang radikal, yang telah merebut kota Muenster di Jerman dan mendirikan “Yerusalem Baru.” Gerakan ini ditumpas oleh pasukan uskup pada 25 Juni 1535.
Diilhami gerakan Muenster, di Nederland sejumlah 300 orang merebut Olde Klooster, biara dekat Bolsward. Pemberontakan itu berhasil ditumpas, dan banyak orang dibunuh dan ditangkap. Di antara para korban itu adalah Peter Simons, saudara Menno dan beberapa anggota jemaatnya. Bagi Menno, ini adalah kesempatan yang menentukan. Ia melihat orang-orang ini sebagai domba yang tak bergembala. “Aku melihat anak-anak yang pemberani ini, walau mereka salah, bersedia menyerahkan nyawanya . . . untuk doktrin dan iman mereka.”
Menno harus mengambil keputusan: wewenang gereja Katolik atau wibawa Kitab Suci. Pada tanggal 30 Januari 1536 ia mengumumkan komitmen barunya kepada Kristus. Segera ia dibaptiskan oleh Obbe Philips, yang kala itu adalah pemimpin Anabaptis yang non-resistan (anti-perang).
Menno segera menerima tawaran untuk menjadi pemimpin Anabaptis. Ia tahu talentanya terbatas tetapi ia juga tahu kebutuhan orang-orang Anabaptis, yang “sesat seperti domba yang tak dapat melawan karena tidak memiliki gembala.” Sejak saat itu, Menno mengabdikan diri sebagai pengkhotbah Injil dan gembala bagi para saudara. Ia dinyatakan sesat dan terus berpindah menjadi tempat aman. Siapa pun yang memberikan tempat berteduh bagi Menno, pasti dicekal dan dibunuh. Menno meninggal pada tahun 1561 di Wuestenfelde, Schleswig-Holstein, Jerman, 25 tahun setelah ia mengundurkan diri dari Gereja Katolik. Ia dikuburkan di taman rumahnya sendiri.
Denting Keheningan:
“Segeralah aku, dengan sukarela, menarik reputasi duniawi, ketenaran, kefasikan . . . dan menundukkan diri dalam ketertekanan serta kemiskinan di bawah salib Kristus yang berat. Dalam kelemahanku, Aku takut akan Allah . . . dalam jalan inilah Tuhan rahmani melalui anugerah-Nya yang berlimpah, membuatku sadar: seorang pendosa papa, dan mengarahkan hatiku, mencipta pikiran baru, menundukkanku untuk takut pada-Nya, mengajarku untuk mengenal diriku, melepaskanku dari jalan maut dan dengan penuh kasih memanggilku ke jalan hidup yang sempit serta persekutuan orang-orang kudus-Nya. Bagi-Nyalah pujian selamanya. Amin.”
H e n i n g
Kidung:
O . . . kami memuji-Mu, Tuhan;
O . . . kami memuji-Mu, Kristus.
“Kristus menolak untuk dibela oleh pedang Petrus. Bagaimanakah seorang Kristen mempertahankan dirinya dengan pedang? Kristus rela meminum cawan yang Bapa berikan kepada-Nya. Bagaimana mungkin seorang Kristen mau mengingkarinya?”
Kidung:
Sembah bagi-Mu, Kristus,
terpujilah nama-Mu,
dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami, dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami.
H e n i n g
“Ataukah, ada orang yang menginginkan diselamatkan dengan cara lain daripada yang Kristus ajarkan kepada kita? Bukankah Kristus itu jalan, kebenaran dan hidup? Bukankah Dialah pintu bagi kawanan domba, sehingga tak mungkin seseorang pun menemukan domba tanpa melalui Dia?”
Kidung:
Sembah bagi-Mu, Kristus;
Terpujilah nama-Mu,
Dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami,
Dengan salib suci-Mu, Kau bebaskan kami.
H e n i n g
“Bukankah Dialah Gembala para domba-Nya, yang harus diikuti oleh kawanan domba? Bukankah Ia Tuhan dan Teladan kita? Siapakah yang lebih tinggi dari Tuhan? Bukankah seseorang harus menderita sama seperti Kristus menderita? Siapa yang mau menjadi lebih tinggi daripada Gurunya dan merasa tidak cukup dengan pengajaran Sang Guru?”
Kidung
Jiwaku tenang dalam Tuhan,
Dia Penyelamatku.
H e n i n g
“Biar Dia mengerjakan menurut kehendak-Nya yang mulia, bagimu dan kami, sejangka waktu tatkala masih berada dalam hidup bersama suami dan anak-anakmu, atau di luar hidup, bagi kepujian nama-Nya dan keselamatan jiwamu. Kamu mendahului kami, atau kami mendahului kamu. Perpisahan pasti datang . . . Kuasa darah Kristus yang paling kudus menaungi kamu, sekarang dan selamanya. Amin.
Kidung
Jiwaku tenang dalam Tuhan,
Dia Penyelamatku.
H e n i n g
Kidung
Penuhi kami, ya Tuhan, dengan damai-Mu,
Penuhi kami ya Tuhan, Alleluia!
H O M I L I
No comments:
Post a Comment