Bukan Perkara yang Instan
Melihat perkembangan hari Minggu sebagai hari ibadah umat Kristen di atas, kita memang mengakui bahwa perubahan itu tidak serta merta terjadi. Bukan instan untuk mengubah hari itu. Di dalamnya terdapat konflik tafsir yang cukup rumit. Pertama-tama, kita harus mengakui, tidak ada pernyataan eksplisit bahwa Kristus dan para rasul menetapkan hari Minggu itu sebagai pengganti Sabat.
Namun demikian bukan berarti hari itu merupakan temuan orang Kristen yang mau sekadar berbeda dari Yudaisme. Kekristenan muncul dari latar Yudaisme, sehingga pengaruh Sabat pun tetap kental dalam peringatan karya Allah di tiap hari pertama. Di atas, kita telah menemukan jejak-jejak kecil bahwa peringatan Minggu merupakan tanggapan dari kebencian Yahudi yang menganiaya dan mengusir orang-orang Kristen dari rumah-rumah ibadah mereka.
Pada waktu Kekristenan berhasil menarik hati sebagian orang Yahudi, maka orang-orang Kristen Yahudi ini pertama-tama mematuhi dua hari ibadah sekaligus, yaitu Sabat dan Minggu. Seiring berjalannya waktu, ketika gerakan Kekristenan ini menjadi lebih bercorak non-Yahudi, maka perbedaan pun kian jelas dengan Yudaisme. Kebanyakan orang Kristen menerapkan hari Minggu sebagai hari ibadah. Sama karakteristiknya dengan Sabat, maka hari Minggu merupakan hari sukacita dan perayaan, dan berpuasa pun dilarang pada hari itu. Pada pagi-pagi benar, kaum Kristen perdana berkumpul di hari Tuhan itu, dan kembali berkumpul di malam hari untuk menyembah dan memecahkan roti bersama. Sebuah kitab di abad ke-2 M., yang disebut DidakhÄ“, atau Ajaran-ajaran Kedua Belas Rasul, yang bercorak sangat Yahudi, menyebutkan bahwa gereja “berkumpul dan mengucapkan syukur” pada Hari Tuhan (DidakhÄ“ 14).
Tak kurang dari awal abad ke-3 M., kebiasaan di hari Sabat pun diterapkan pada hari Minggu. Hari Sabat di PL adalah peringatan penciptaan dunia serta pemeliharaannya oleh Tuhan Allah, serta juga peringatan bebasnya orang Israel dari Mesir (Kej. 2:3; Kel. 20:11; Ul. 5:15). Orang Kristen memaknai hari Minggu, hari kebangkitan Kristus itu sebagai hari penciptaan baru! Itulah hari “pertama” di mana Allah membarui ciptaan-Nya, pertama-tama dengan kebangkitan Putra Tunggal-Nya.
Kekristenan di abad ke-2 M. mulai bersentuhan dengan dunia pagan (agama-agama kafir). Konflik pandangan dunia yang sengit pun terjadi di antara orang Kristen dan kaum pagan. Semula hari Minggu adalah hari yang dikhususkan bagi dewa matahari dalam kultus orang-orang Roma. Kekristenan yang telah diusir dari Yudaisme kini menyentuh agama Romawi. Yang terjadi bukan asimilasi (peleburan sehingga kompromistis). Orang Kristen ditantang untuk menunjukkan perbedaan ibadah mereka dari ibadah Yahudi dan ritus agama pagan. Dengan hari Minggu menjadi hari ibadah, maka pamor dan kehebatan sang dewa surya (dewa matahari) dari Roma menjadi nihil. Kristus berjaya! Kristus menang atas para dewa. Kristus mentransformasi kebudayaan.
No comments:
Post a Comment