Pengantar
Bagi orang Kristen, Allah dikenal bukan saja sebagai Pencipta, tetapi juga Pembebas. Cara pembebasan itu ialah melalui karya penebusan yang dikerjakan oleh Anak-Nya yang tunggal. Penebusan itu berisikan penebusan dosa (1:13-14). Sebagai bentuk syukur atas karya penebusan Allah tersebut, meluaplah syukur rasul Paulus dalam bentuk puji-pujian yang menunjukkan betapa agung dan utamanya Kristus di atas segala sesuatu. Pasal 1:15-20 merupakan doksologi (pujian) Paulus rentang keagungan dan kemuliaan Yesus Kristus. Ia termulia atas seluruh ciptaan (ay. 15-17) dan di dalam penebusan (18-19).
Bagi orang Kristen, Allah dikenal bukan saja sebagai Pencipta, tetapi juga Pembebas. Cara pembebasan itu ialah melalui karya penebusan yang dikerjakan oleh Anak-Nya yang tunggal. Penebusan itu berisikan penebusan dosa (1:13-14). Sebagai bentuk syukur atas karya penebusan Allah tersebut, meluaplah syukur rasul Paulus dalam bentuk puji-pujian yang menunjukkan betapa agung dan utamanya Kristus di atas segala sesuatu. Pasal 1:15-20 merupakan doksologi (pujian) Paulus rentang keagungan dan kemuliaan Yesus Kristus. Ia termulia atas seluruh ciptaan (ay. 15-17) dan di dalam penebusan (18-19).
Paulus menunjukkan adanya sesuatu yang hilang di dalam ajaran yang menyelusup ke dalam jemaat Kolose: pandangan yang tepat akan siapa Kristus. Maka, dengan cara pandang yang terarah ini, jemaat diberi peranti untuk menangkal setiap bentuk penyelewengan. Di sini, rasul mengajak jemaat masuk ke dalam suasana penyembahan terhadap Pribadi Kristus, dan bukan sekadar dimensi doktrinal. Keutamaan Kristus ini secara langsung melucuti kepongahan kuasa-kuasa lain yang ingin berkuasa.
Penjelasan Teks
Kalau kita perhatikan, ada dua bait di dalam nyanyian pujian di 1:15-20
Bait pertama—Kristus, Allah, dan Ciptaan, 1:15-16
1:15 Kristus, gambar Allah
1:16 Kristus, Agen Penciptaan dan Tujuan Segala Sesuatu
Bridge—Kristus, Figur Sentral, 1:17,18a
1:17a Kristus, Yang Terlebih Dahulu Ada
1:17b Kristus, Penopang Segala Sesuatu
1:18a Kristus, Kepala Gereja
Bait Kedua—Kristus, Allah, dan Ciptaan Baru, 1:18b-20
1:18b Kristus, Dasar Gereja
1:19 Kristus, Kepenuhan Allah
1:20 Kristus, Sarana Pendamaian Segala Sesuatu
Pertama, Kristus, Allah dan Ciptaan (1:15-16). Kristus disebut sebagai gambar Allah (eikon Theou) yang berarti representasi tepat atau perwujudan Allah sendiri. Allah adalah roh, dan Ia tidak akan pernah kelihaatan (1Tim. 6:16). Anak Allah adalah pengungkapan yang kelihatan. Ia tidak hanya mencerminkan Allah, tetapi, sebagai Allah sendiri, Ia menyatakan Allah kepada kita (Yoh. 1:18; 14:9; Ibr. 1:1-2). Kemuliaan Kristus mengekspresikan kemuliaan ilahi-Nya (2Kor. 4:4). Ia bukanlah salinan, tetapi pengejawantahan hakikat Allah sendiri. Kita memperoleh “pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus” (2Kor. 4:6). Kristus adalah “cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah” (Ibr. 1:3).
Sebagai yang sulung dari segala ciptaan, Kristus memiliki keutamaan dan kuasa seperti seorang anak sulung di keluarga kerajaan (Ibr. 1:2). Ia datang dari surga, bukan dari debu tanah (1Kor. 15:47), dan Dialah Tuhan segala sesuatu (Rm. 9:5; 10:12; Why. 1:5; 17:14). Kristus benar-benar suci (Ibr. 7:26-28; 1Ptr. 1:19; 2:22; 1Yoh. 3:5), dan Ia memiliki kuasa untuk menghakimi dunia (Rm. 2:16; 2Kor. 5:10; 2Tim. 4:1). Karena itu, Kristus lebih dari segala sesuatu di atas ciptaan, termasuk dunia roh. Meskipun kata “sulung” mengandung arti anak pertama yang dilahirkan manusia, 1:16 segera menjelaskan kebenaran siapa Yesus, bahwa Ia adalah Pencipta. Kristus, tidak sama dengan ciptaan; Ia sendiri adalah Khalik alam semesta.
Sebagai Agen dan Tujuan Segala Sesuatu, di sini Paulus memakai kata sambung di dalam, melalui dan untuk Kristus. Jadi, Paulus hendak membungkam pernyataan bahwa Kristus bukan setara dengan Allah. Kata sambung “untuk” menunjukkan bahwa tujuan dari segala ciptaan yakni untuk “memuliakan Kristus.” (Bdk. Yoh. 1:3; Ibr. 1:2-3). Sebagaimana seluruh kepenuhan Allah berada di dalam Dia (1:19), maka di dalam Dia pula seluruh kuasa penciptaan menyatakan Dia adalah Tuhan yang terutama.
Oleh sebab para pengajar sesat percaya bahwa dunia fisik ini jahat, mereka berpikir bahwa Allah yang adalah roh tak mungkin menciptakannya. Tetapi Paulus menerangkan bahwa segala singgasana, maupun kerajaan, pemerintah, maupun penguasa, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, tunduk di bawah kuasa Kristus sendiri. Pada zaman Paulus diyakini bahwa umat manusia sedang menghadapi kuasa yang bekerja untuk menjatuhkannya. Tetapi segala macam kuasa ini tunduk tak berkutik di bawah Kristus. Kristus, tiada tanding dan tiada banding. Karena Kristus adalah Pencipta semesta, maka segala kuasa baik yang tak kelihatan maupun yang kelihatan berada di bawah kekuasaan mutlak Kristus.
Maka, tidak benar pula jika dikatakan bahwa di samping Kristus, ada perantara lain seperti malaikat yang patut dipuja. Semua kuasa malaikat dan kuasa langit dan bumi takluk di bawah kuasa Kristus. Dialah Tuhan segala sesuatu.
Kedua, Kristus adalah Figur Sentral (1:17, 18a). Bahwa Kristus yang lebih dahulu ada. Kristus sudah ada baik secara waktu maupun posisi. Ia adalah Allah yang agung. Kristus Penopang segala sesuatu. Ia bukan hanya Pencipta; Ia juga Penjaga segala hal. Oleh Dia, segala sesuatu ada, dan oleh Dia segala sesuatu terus menjadi. Di dalam Dia, segala sesuatu terjalin, terpelihara dan terjaga dari kekacauan. Sebab Kristus adalah Penopang kehidupan, tidak ada satu pun di dalam dunia yang dapat bebas dari Dia. “Segala sesuatu ada di dalam Dia” dapat dipahami “segala sesuatu terjalin satu sama lain” (sunestaken), yaitu dalam satu keterikatan yang koheren dan logis, tertopang dan tegak, terjaga dari segala keterpurukan dan kekacauan. Di dalam Dia saja dan oleh sabda-Nya, kita menjumpai prinsip pemersatu kehidupan. Umat di Kolose, dan semua kaum beriman, adalah hamba-hamba-Nya yang tiap hari harus mempercayai penjagaan dan pemeliharaan-Nya.
Serta, Kristus adalah Kepala Gereja. Gereja ada oleh sebab Kristus adalah awal dan sumber keberadaan-Nya. Kristus adalah Sang Kepala. Orang-orang Kristen harus bekerja bersama-sama di bawah perintah dan otoritas Yesus Kristus.
Gereja terdiri dari banyak tipe manusia dari segala jenis latar belakang, dengan pelbagai karunia dan kemampuan. Kendati berbeda-beda, semua orang percaya memiliki prinsip pemersatu—iman di dalam Kristus. Di dalam kebenaran hakiki ini, semua orang percaya bersepakat. Semua orang percaya tidak kehilangan identitasnya, tetapi semuanya bersatu di dalam Kristus, kepala tubuh. Tiap anggotanya bekerja untuk menuntaskan pekerjaan Kristus di atas dunia (Ef. 4:15).
Ketiga, Allah, Kristus, dan Ciptaan Baru (1:18b-20). Kristus disebut sebagai dasar gereja, sebab Dialah “yang sulung . . . yang pertama bangkit dari antara orang mati.” Dialah yang pertama mati serta bangkit. Orang yang percaya pun akan mengalami kebangkitan (1Kor. 15:20; 1Tes. 4:14). Tetapi Ia tetap menduduki tempat yang terutama.
Kebangkitan Kristus adalah batu penjuru keyakinan Gereja—alasan keberadaan gereja. Hanya Kekristenan yang memiliki Allah yang menjadi manusia, wafat dengan cara hina bagi umat-Nya, dan dibangkitkan kembali dalam kuasa dan kemuliaan untuk memerintah ciptaan lama dan ciptaan baru (yang dimulai oleh gereja) selama-lamanya. Kebangkitan meyakinkan kaum beriman bahwa Kristus bukan legenda; Ia hidup dan memerintah kerajaan-Nya.
Kristus juga Kepenuhan Allah. Allah berkenan agar “kepenuhan-Nya” (“totalitas” atau “kesempurnaan”) tinggal (artinya “hidup secara permanen”) di dalam Kristus. Paulus ingin memberikan pemahaman kepada orang Kolose bahwa Kristus adalah tempat bersemayamnya Allah; karena itu, kristus adalah ilahi, berdaulat dan agung. Kristus secara sempurna menampilkan segala atribut (sifat) dan aktivitas Allah: Roh, Firman, hikmat, kemuliaan.
Dengan pernyataan ini, Paulus menolak alam pikir Yunani bahwa Yesus tidak mungkin bisa menjadi manusia sekaligus Allah sejati. Kristus benar-benar manusia; Ia pun benar-benar Allah. Rasul pun menolak ajaran sesat bahwa segala kuasa malaikat mengalir dari Allah, memenuhi ruang antara surga dan bumi, sehingga menjadi perantara Allah dan manusia. Ketika kita memiliki Kristus, kita memiliki segala sesuatu yang ada pada Allah, dalam rupa manusia. Segala ajaran yang mengecilkan salah satu aspek—kemanusiaan dan keilahian Kristus—adalah ajaran yang salah. Di dalam Dia, kita menemukan segala hal yang kita butuhkan.
Akhirnya, Kristus adalah Sarana Pendamaian Segala Sesuatu. Pendamaian berarti meneguhkan kembali hubungan. Perseteruan menjadi persekutuan. Permusuhan menjadi persahabatan. Oleh sebab Kristus adalah Pencipta dan Penopang segala sesuatu, maka wafat dan salib-Nya menyediakan pendamaian bagi segala sesuatu. Kepenuhan Allah tinggal di dalam Kristus dan kepenuhan Allah ini mendamaikan segala sesuatu kepada Diri-Nya sendiri. Pendamaian ini dipenuhi di dalam Dia (Kristus) dan “oleh darah salib Kristus.”
“Baik yang di bumi maupun yang di surga” berarti tidak ada satu pun di alam semesta ini yang terhindar dari jangkauan Kristus. Tidak ada wilayah netral; segala sesuatu berada di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada kuasa kegelapan yang dapat merendahkan karya-Nya bagi gereja-Nya. Iblis dan kuasa jahat tunduk kepada-Nya. Mereka tidak akan diperdamaikan dengan Allah. Sebaliknya, takdir akhir mereka jelas (lihat Why. 20:7-10).
Pendamaian dengan cara demikian ini tidak mungkin dapat dikerjakan oleh kuasa-kuasa ataupun malaikat-malaikat. Mereka bukanlah Pencipta dan Penopang, maka tidak mungkin bagi mereka untuk mengerjakan pendamaian tersebut. Kuasa jahat yang menyamar sebagai malaikat terang malahan dilucuti kedoknya, dibongkar kepalsuannya dan menjadi tontonan kekalahan. Ia ditaklukkan di bawah kuasa kemenangan Kristus (2:15).
Penerapan
Penerapan
1. Siapakah Yesus Kristus? Kolose 1:15-20 menerangkan bagi kita siapa Dia:
a. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan (1:15)
b. Ia adalah yang sulung dari segala ciptaan (1:15)
c. Oleh Dia segala sesuatu diciptakan (1:16)
d. Ia adalah Kepala tubuh, gereja (1:18)
e. Ia adalah yang pertama dari semua yang dibangkitkan (1:18)
f. Kepenuhan Allah tinggal di dalam-Nya (1:19)
g. Melalui Kristus, Allah berkenan mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya (1:20)
2. Kematian Kristus membuka jalan bagi kita untuk datang kepada Allah. Salib membuka jalan yang terhalang dosa sehingga kita tidak mendapatkan persekutuan dengan Allah. Hal ini tidak berarti bahwa setiap orang secara otomatis diselamatkan (seperti paham universalisme—Yesus mati bagi semua, maka semua selamat). Hanya yang percaya dan datang kepada Kristus akan diselamatkan. Kita dapat menerima keselamatan itu tatkala kita datang kepada Kristus yang telah wafat di tempat kita. Allah berkenan melakukan ini melalui Putra-Nya agar kita mendapatkan persekutuan yang kekal dengan Dia. Satu-satunya jalan kepada pendamaian adalah melalui salib Kristus.
3. Apa implikasi bagi kehidupan kita ketika kita mengenal siapa Kristus?
3. Apa implikasi bagi kehidupan kita ketika kita mengenal siapa Kristus?
a. Kita harus menyembah Dia dengan pujian dan ucapan syukur,
b. Kita harus belajar mengenal Dia lebih sungguh, sebab Dia adalah Allah,
c. Kita harus menaati Dia, sebab Dia adalah otoritas yang ultimat, dan tidak boleh menduakan kasih Kristus dengan tawaran-tawaran yang lain,
d. Kita harus mengasihi Dia atas segala karya-Nya bagi kita.
No comments:
Post a Comment