BERKELUARGA DALAM SPIRIT SYALOM
Kolose 3:12-21
Membangun keluarga Kristen pada hakikatnya adalah membangun sebuah entitas masyarakat yang diikat oleh perjanjian Allah. Allah yang menghendaki manusia untuk bekerja, dengan mencukupkan segala kebutuhannya. Allah menempatkan manusia di dalam sebuah taman yang indah (Kej. 2:15-16). Allah memberikan tanggung jawab yang harus dipatuhi oleh manusia (ay. 17). Allah pun menyediakan pendamping yang sepadan bagi manusia (2:20). Ada anugerah, tetapi ada kerja. Ada berkat, tetapi ada tanggung jawab. Singkatnya, keluarga perjanjian adalah keluarga yang diikat oleh cinta Allah. Jadi, Allah menghendaki terbangunnya keluarga yang menempatkan Allah sebagai pusat.
Dengan mengutip kembali Kejadian 2:24-25, Yesus Kristus menegaskan kebenaran mengenai keluarga perjanjian itu. Yesus meneguhkan pentingnya keutuhan keluarga, bukan karena kehendak manusia, bukan karena selera, tetapi karena “Ia [Allah] yang menciptakan manusia laki-laki dan perempuan” (Mat. 19:4). Titik tekan Yesus adalah “Ia” atau “Allah.” Bahwa Allah harus menjadi pusat kehidupan keluarga murid Yesus.
Motif yang sama diulang oleh rasul Paulus dalam bacaan pokok kita pada Minggu ini. Ayat 4 adalah teks yang menginspirasi keseluruhan tema Surat Kolose. “Apabila Kristus yang adalah hidup kita.” Christ is my life. Kristus adalah pusat kehidupanku. Bukan semata-mata pernyataan dogmatis, atau kredo keimanan tetapi sebuah spirit, atau jiwa, atau pilihan ultima dari hidup itu sendiri. Kalau kualitas Kristen harus hidup lebih baik dari hari ke hari, maka spirit ini harus menjadi kehidupan kita. Selama jiwa dan semangat ini belum tertanam, tidak ada ada harapan bahwa hari esok lebih baik daripada hari ini.
Pilihan hidup untuk menjadikan Kristus sebagai pusat hidup ini bukanlah pilihan berdasarkan selera pribadi, tetapi merupakan buah dari pemilihan, pengudusan, dan kasih dari Allah (ay. 12). Intinya yaitu mengingat bahwa hidup adalah kasih karunia Allah. Bahwa kehidupan Kristen dimulai dari anugerah. Anugerah ini bukan sekadar berbicara tentang awal keselamatan (seseorang diselamatkan dari hukuman dosa), ataupun akhir keselamatan (seseorangpasti akan diselamatkan), tetapi Allah juga menyediakan sarana keselamatan (bagaimana hidup di dalam keselamatan).
Maka, bagaimanakah membangun sebuah keluarga Kristen yang menghadirkan syalomdi dalamnya?
· Apakah ada Allah di dalamnya? Apakah Kristus menjadi pusat kehidupan masing-masing anggotanya?
· Apakah yang terpikir ketika kita mengambil keputusan? Supaya aku untung dan supaya orang yang aku benci rugi? Pokoknya aku menang tak peduli perasaan orang lain? Ataukah “Kristus adalah hidup kita”?
· Apakah yang keluarga pikirkan ketika masalah datang? Kehendak dan keinginanku? Kesalahan orang lain? Atau prioritas yang lebih tinggi—“Kristus adalah hidup kita”?
Merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka kami yakin bahwa ketika Saudara-saudari menghadapi masalah di dalam keluarga, ada pertimbangan yang lebih tinggi dan lebih utama, “Apa yang Allah dan Kristus kehendaki?”dan bukan pertimbangan-pertimbangan pribadi. Kami berdoa, biarlah syalomhadir di dalam keluarga Saudara-saudari. Jangan berhenti berdoa untuk hadirnya syalom. Jadilah syalom itu sendiri. Nyatakan anugerah dan damai sejahtera di mana pun kita berada. Amin. (TGJ)
No comments:
Post a Comment