BILA SEORANG KRISTEN BERBISNIS:
MARI MERENUNGKANNYA!
MARI MERENUNGKANNYA!
Era Kompetitif
Dalam percepatan kemajuan dunia yang tidak dapat dibendung, teknologi komunikasi yang perubahan kemajuannya sudah masuk dalam digit detik, dan budaya konsumerisme yang menyedot uang masyarakat menit demi menit, menyentak kita bahwa konteks hidup kita sekarang ini adalah era persaingan. Hidup bagaikan mesin yang tak berjiwa, yang dihidupkan oleh listrik yang juga tak berperasaan. Hidup seolah-olah hanya berorientasi pada perolehan target penghasilan sehingga mampu menutup segala kebutuhan hidup. Terlena atau lengah barang sedikit saja, bisa-bisa hancurlah penghidupan yang telah kita rintis selama ini, dikalahkan oleh para saingan usaha.
Era persaingan melahirkan sifat lain: letih. Banyak orang letih menghadapi hidup. Bukan saja karena di atas awan masih ada awan yang lebih tinggi, tetapi makin kita kita menjadi “segumpal awan” di angkasa, makin besar dan kencanglah angin menerpa kita, hendak menyerak-pisahkan gumpalan-gumpalan awan yang terkumpul. Tantangan makin hebat. Sementara banyak orang mengalami stagnasi—kok tidak ada perbaikan dalam usahaku ini, ya?
Mungkin kondisi ini yang tengah kita hadapi. Khususnya para pebisnis. Banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar dan memutus-hubungan-kerja semua karyawan perusahaan. Akibatnya, angka pengangguran pun bertambah. Sementara bisnis-bisnis lain yang masih berjalan menghadapi desakan, impitan, bahkan goncangan, kekhawatiran dan kecemasan menjadi berlimpat kali ganda. Bukankah kondisi zaman seperti ini dapat kapan saja menghancurluluhkan usaha yang dibangun dengan asa maupun derai air mata?
Alat Ukur Kebahagiaan
Pebisnis Kristen pun bisa jadi menghadapi hal yang sama. Mungkin Anda pun mengalami ketakutan yang sama. Tetapi sebagian Anda mungkin sedang tidak mengalaminya. Walau demikian, adalah kebenaran bahwa memiliki usaha yang baik, menambah satu mobil lagi di garasi atau mengoleksi barang-barang branded (bermerk), bisa berlibur ke luar negeri sama sekali tidak menjadi alat ukur bahwa seseorang telah mencapai tujuan hidupnya. Tak cukup dengan semuanya itu.
Ternyata, hidup memang bukan masalah uang. Hidup juga bukan masalah berapa negeri di bumi yang sempat dikunjungi. Para filsuf mengatakan bahwa hidup yang berbahagia itu tercapai tatkala kita hidup aktif. Bukan sekadar ada banyak aktivitas dari pagi sampai malam. Tetapi aktivitas yang selaras dengan tujuan kehidupan Anda, aktivitas yang memberi makna bahwa Anda adalah seorang manusia yang hidupnya berharga!
Sebagai pebisnis Kristen, kunci keberhasilan Anda bukan modal. Makin besar modal Anda berarti makin aman kehidupan Anda? Modal adalah faktor yang kecil, bahkan bisa disebut yang paling kecil. Apakah network? Berjejaring itu penting. Memiliki sahabat sebanyak-banyaknya adalah sikap yang harus ada dalam diri para pebisnis—meminimalisir pesaing dan musuh bisnis tetapi menambah kenalan dan kolega. Namun menjaga mutu, kualitas, dan pelayanan juga faktor yang menentukan. Kita boleh memiliki modal, memiliki jaringan, tetapi jika mutu yang kita tampilkan mengecewakan pelanggan, niscaya bisnis kita akan mengalami kemunduran. Menjaga kualitas untuk tetap baik, bahkan makin baik, harus menjadi prioritas para pebisnis.
Bahagia = Berharga
Modal, jejaring, dan mutu tidak pernah menjamin kebahagiaan akan menjadi bagian hidup seorang pebisnis Kristen. William James pernah mengatakan, “The great use of life is to spend it for something that will outlast it.” Hidup menemukan manfaat yang besar jika dipakai untuk sesuatu yang melampaui kehidupan itu. Untuk mendapatkan hidup yang bahagia, kita perlu melampaui tingkat kepuasan materi, dan kembali bertanya apa arti menjadi manusia dan menemukan tujuan hidup. Seorang pebisnis perlu juga memikirkan dan menemukannya.
Kebahagiaan berarti siapa kita dan apa yang kita lakukan bagi dunia. Kebahagiaan berarti belajar untuk memberi diri bagi sesuatu yang lebih penting, lebih berharga, daripada memberi diri untuk sesuatu yang lebih baik, lebih menyenangkan, lebih menguntungkan. Menemukan makna hidup di satu sisi berani kehilangan. Kehilangan sesuatu yang kita sayangi, dan merasakan keterhilangan itu. Bagaimanakah rasanya kehilangan sesuatu, namun sesuatu yang hilang dari kita itu ternyata berguna bagi orang lain yang membutuhkan? Tidakkah kita bahagia? Tidakkah kita bahagia ketika kita memberikan milik kita untuk proyek-proyek pemeliharaan alam, sebab bumi ini adalah rumah kita dan kita diberi makan olehnya?
Para pebisnis Kristen diundang untuk melakukan bisnis dalam spirit shalom(damai sejahtera)—tidak terjebak dalam pola hidup egosentris (cinta diri sendiri) dan hedonis (cinta kenikmatan), tetapi menjadi seseorang yang berharga bagi orang lain dan bagi bumi. Apa yang kita lakukan demi mengangkat harkat orang lain, dan rumah kita ini, adalah sesuatu yang berharga yang kita lakukan bagi Allah. Bersaing tidak ada habisnya. Hidup dalam persaingan yang tiada henti akan membuat kita letih dan patah semangat. Namun ada hal yang lebih baik, yaitu menghayati panggilan Allah bagi kita. Sekarang. Panggilan Allah ini juga bagi Anda!
Terpujilah Allah!
No comments:
Post a Comment