DEMI KEUTUHAN TUBUH
1 Korintus 12:12-31
Teropong:
“Memang, si A itu begitu! Jahat benar dia. Tidak pernah mau berubah!” demikian gumam seorang jemaat. Lain lagi dengan orang kedua, yang tiba-tiba datang dengan muka masam sambil berkata ketus, “Jangan paksa saya menjadi orang yang bukan saya. Gaya saya emang begini. Jangan jadikan saya orang lain!” Kita dapat menambah daftar dengan orang ketiga, keempat, yang memiliki serentetan keluhan mengenai gereja.
Tidak pernah kita menemukan gereja sepi dari masalah. Setiap orang Kristen memiliki masalah sendiri-sendiri. Sepuluh jemaat, berarti sepuluh masalah. Seratus jemaat, berarti seratus masalah. Seribu jemaat berarti seribu masalah. Itulah sebabya, gereja rawan sekali dengan konflik.
Masuk ke dalam Teks:
“Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”
Siapa “kamu” di sini? “Kamu” yang adalah anggota-anggota tubuh Kristus. “Kamu” yang berbeda-beda. “Kamu” dengan segala latar belakang pendidikan, tingkat sosial, etnis, hobi, cita-cita hidup. “Kamu” yang masing-masing memiliki masalah pribadi. “Kamu” yang menambah problem dan konflik di gereja. “Kamu” yang juga dapat menolong orang lain untuk bertumbuh, mendamaikan orang, memajukan kehidupan gereja.
Jemaat di Korintus kala itu menghadapi konflik dan pertikaian antarjemaat. Kini pun, kita kerap kali menghadapi konflik. Saat menghadapi konflik, apakah yang terpikir oleh kita? Kita benar, orang lain jahat? Kita yang menderita, orang lain berkuasa atas kita? Kita diposisi kalah, dan orang lain menang? Konflik meruncing pada saat terjadi ketimpangan posisi: ada yang menang, ada yang kalah; ada yang benar, ada yang jahat.
Konflik terjadi juga karena persepsi. Kita menganggap orang lain jahat. Anggapan kita inilah yang kita jadikan tolok ukut untuk menilai orang lain. Suatu kali, ketika kita jumpai orang itu tidak beres, maka penilaian kita makin bulat tentang dia, “Dia memang jahat.” Waspadalah, cara pandang kita terhadap orang lain belum tentu benar.
Camkanlah, bahwa tujuan Kristus membentuk kita menjadi satu tubuh yaitu “supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaua anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan” (ay. 25).
Bisikan Yesus
“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” (Matius 5:23-24)
Yesus Kristus, Junjungan dan Teladan kita, tidak menghendaki kesalehan beragama tanpa kasih yang lahir dari hati. Yesus tidak menghendaki aktivitas keberagamaan yang hingar-bingar. Yesus menghendaki terwujudnya perdamaian antarsaudara.
Penyembahan yang dinaikkan dengan hati yang penuh damai, akan mendatangkan berkat yang melimpah. Sebaliknya, ibadah yang dilambari dengan dengki, iri hati, dendam, akan menimbulkan perpecahan.
Berbagi dalam Kelompok:
1. Sifat orang lain yang seperti apa yang kamu tidak sukai? (Kalau bertemu sifat ini, pasti kamu menghindar; jika tidak, pasti konflik)
2. Sifat apa di dalam dirimu yang rawan menimbulkan konflik di dalam komunitas? Berikan contoh konkret tentang satu kejadian.
3. Apakah kamu memandang orang yang sifatnya bertolak belakang dengan kamu adalah orang yang jahat? Bagaimana kamu biasanya bergaul dengan mereka?
4. Apa yang kira-kira Kristus harapkan untuk kamu lakukan sekarang ini?
5. Tulislah doa pribadi:
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
6. Nyanyian:
Di dalam cinta dan kasih,
di dalam cinta hadirlah Tuhan.
Ubi caritas et amor,
ubi caritas, Deus ibi est.
No comments:
Post a Comment