ALLAH ITU ESA
Mari sekarang kita melihat dasar tauhid Kristen. Orang Kristen pun mengenal Allah sebagai esa dalam keberadaan. “Dengarlah hai Israel, TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa” (Ul. 6:4). Inilah “Pengakuan Iman” Israel kuno ketika kebanyakan orang menyembah banyak dewa. Para leluhur Kristen mula-mula juga meyakini keesaan Allah. “Tidak ada Allah yang lain daripada Allah yang esa” (1 Kor. 8:4). Hanya ada “satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua” (Ef. 4:6).
Kita harus percaya, iman yang alkitabiah berdiri teguh atau runtuh di atas pengakuan Allah itu esa. Pengakuan Iman Gereja Skotlandia tahun 1560 merangkum iman yang dipercaya oleh kaum Yahudi maupun Kristen, “Kami percaya dan mengaku hanya satu Allah, yang kepada-Nya saja kami harus menyembah, dan di dalam Dia saja kami menaruhkan kepercayaan kami.” Allah itu berpribadi, dan karena itu umat menyembah. Allah itu hidup dan benar, dan karena itu Allah layak disandari. Tak satu pun kondisi yang mengizinkan kita untuk menyejajarkan Allah dengan ilah-ilah yang lain. Keesaan Allah berarti kita memilih Allah yang diberitakan oleh Kitab Suci dan bukan ilah lain.
Mengenal Allah yang esa berarti bahwa kita tidak boleh atau tidak diizinkan untuk didominasi dan dikendalikan oleh ideologi-ideologi modern (dan pascamodern!) dalam bidang politik, sosial, ekonomi atau religus. Sebab, segala hal ini pada hakikatnya memisahkan umat dari Allah dan menempatkan umat melawan sesamanya. Para pemeluk iman Kristen pada abad-abad pertama dinyatakan sebagai kaum ateis sebab mereka menolak ilah-ilah tiran dan merendahkan manusia, yang disembah dan dilayani oleh orang-orang di sekeliling mereka.
Para Kristen kala itu berani menyembah dan melayani Allah yang memiliki klaim eksklusif lagi total atas hidup mereka. Justru, di dalam Allah yang seperti inilah mereka menemukan kemerdekaan, kepuasan, dan komunitas yang sejati.
No comments:
Post a Comment