SEKALI BUAT SELAMANYA
Oratorio Jumat Agung, 6 April 2007
Narator 1
Sabda Kekal telah menjadi manusia,
dan nama-Nya ialah Yesus.
Allah yang Perkasa telah menjadi manusia, sama seperti kita,
bahkan mengambil rupa seorang hamba,
hingga detik-detik terakhir-Nya di dunia yang sarat dengan noda dosa.
Di dalam Dialah, kita menemukan kemerdekaan, kebenaran dan kasih.
Narator 2
Pada malam sebelum Ia diserahkan,
Ia rindu merayakan Paskah bersama para murid-Nya. Sambil mengangkat roti, Ia berkata, “Ambillah, makanlah . . . inilah tubuh-Ku.”
Kemudian diambil-Nyalah cawan, diangkatnya cawan itu serta berkata,
“Minumlah dari cawan ini . . . inilah darah-Ku, darah perjanjian baru.”
Yesus memberitakan kematian-Nya.
Kematian sebagai Pengantara perjanjian Allah.
Sebab, perjanjian itu telah dihancurkan oleh kelicikan hati manusia,
dan Allah kini menuntut kepada tiap-tiap manusia
atas dosa dan pelanggarannya.
Narator 1
Dua hari sebelum peristiwa itu, Ia berkunjung ke rumah Simon,
yang pernah Ia sembuhkan dari kusta.
Tiba-tiba . . . gelak tawa dan kehangatan persekutuan itu berubah menjadi sunyi . . . senyap . . . Semua mata tertuju ke sudut ruang!
muncullah seorang perempuan dari balik tirai,
membawa sebuah buli-buli pualam.
Sebotol minyak narwastu, tak ternilai harganya!!
Sejenak kemudian, ruangan menjadi harum!
Minyak itu . . . ya, minyak mahal itu mengalir di kepala Yesus.
“Aah . . . pemborosan!” demikian keluh para murid.
Yesus memandangi mereka, dan berkata dengan lembut,
“Biarkan dia. Perempuan ini telah mengurapi aku sebagai persiapan penguburan-Ku.”
Narator 2
Tubuh-Nya akan terpecah-pecah.
Daging-Nya akan tercabik-cabik.
Darah-Nya akan tercurah.
Dengan kematian, Ia mengalahkan maut.
Dengan kematian, Ia mendamaikan manusia.
Dengan kematian, Ia menunjukkan ketaatan total kepada Bapa-Nya.
Buli-buli yang dipecah, dan minyak harum yang tercurah,
Mengukuhkan Yesus sebagai Mesias bagi kaum pilihan Allah.
Paduan Suara: PECAH DAN TERCURAH
Narator 1
Allah itu adil, Allah itu benar.
Allah tidak mungkin mengasihi ketidakbenaran di dalam kita.
Namun betapa indahnya!
Dia pula yang menggenapkan karya keselamatan bagi kita.
Sungguh, oleh anugerah itulah kita diselamatkan melalui iman,
itu bukan hasil usaha kita, tetapi pemberian Allah;
itu bukan hasil pekerjaan kita, sehingga tiada tempat bagi kita untuk bermegah!
Narator 2
Kematian Kristus bukanlah kematian yang biasa.
Ia layak mengurbankan diri-Nya
sebab Ia saja yang tiada noda dan cela.
Ia adalah Anak Domba yang sempurna,
Yang telah dipilih sebelum permulaan dunia.
Sebab mautlah upah dosa,
dan maut hanya dapat dihapus dengan darah yang mahal.
Yakni darah Anak Domba yang tiada bernoda.
Yesus Kristus telah membayarnya . . . LUNAS!
Satu kali untuk selamanya.
Paduan Suara: SEKALI BUAT SELAMANYA
Narator 1
Dan memuncaklah derita itu . . .
tatkala Yesus harus menanggung di atas pundak-Nya,
sebilah kayu salib yang kasar . . .
Beban berat menindih pundak yang telah robek-robek
oleh lecutan cambuk bergigi duri.
Tak cukup sampai di situ.
Ia harus maju ke tempat penghukuman,
Bukit Tengkorak yang menjadi kengerian
bagi para penjahat dan pemberontak!
Wajah-wajah nan haus darah berdiri di kanan-kiri
mengiring perjalanan Yesus ke Bukit Tengkorak.
Cemoohan, hujatan, teriakan, “Salibkan Dia!”
bertaut-bersambung.
Narator 2
Via Dolorosa tak mungkin dihindari.
Jalan Sengsara adalah satu-satunya pilihan.
Itulah jalan yang Bapa tetapkan:
Jalan penderitaan adalah jalan pendamaian
Jalan sengsara adalah jalan penebusan
Jalan derita adalah jalan pembenaran
Jalan kematian adalah jalan kehidupan.
Narator 1
Demikianlah digenapi sabda sang Bapa lewat nabi Yesaya:
Sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggung-Nya,
dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya.
Dia tertikam oleh pemberontakan kita ,
Dia diremukkan oleh kejahatan kita.
Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulut-Nya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
Paduan Suara: Via Dolorosa
Oratorio Jumat Agung, 6 April 2007
Narator 1
Sabda Kekal telah menjadi manusia,
dan nama-Nya ialah Yesus.
Allah yang Perkasa telah menjadi manusia, sama seperti kita,
bahkan mengambil rupa seorang hamba,
hingga detik-detik terakhir-Nya di dunia yang sarat dengan noda dosa.
Di dalam Dialah, kita menemukan kemerdekaan, kebenaran dan kasih.
Narator 2
Pada malam sebelum Ia diserahkan,
Ia rindu merayakan Paskah bersama para murid-Nya. Sambil mengangkat roti, Ia berkata, “Ambillah, makanlah . . . inilah tubuh-Ku.”
Kemudian diambil-Nyalah cawan, diangkatnya cawan itu serta berkata,
“Minumlah dari cawan ini . . . inilah darah-Ku, darah perjanjian baru.”
Yesus memberitakan kematian-Nya.
Kematian sebagai Pengantara perjanjian Allah.
Sebab, perjanjian itu telah dihancurkan oleh kelicikan hati manusia,
dan Allah kini menuntut kepada tiap-tiap manusia
atas dosa dan pelanggarannya.
Narator 1
Dua hari sebelum peristiwa itu, Ia berkunjung ke rumah Simon,
yang pernah Ia sembuhkan dari kusta.
Tiba-tiba . . . gelak tawa dan kehangatan persekutuan itu berubah menjadi sunyi . . . senyap . . . Semua mata tertuju ke sudut ruang!
muncullah seorang perempuan dari balik tirai,
membawa sebuah buli-buli pualam.
Sebotol minyak narwastu, tak ternilai harganya!!
Sejenak kemudian, ruangan menjadi harum!
Minyak itu . . . ya, minyak mahal itu mengalir di kepala Yesus.
“Aah . . . pemborosan!” demikian keluh para murid.
Yesus memandangi mereka, dan berkata dengan lembut,
“Biarkan dia. Perempuan ini telah mengurapi aku sebagai persiapan penguburan-Ku.”
Narator 2
Tubuh-Nya akan terpecah-pecah.
Daging-Nya akan tercabik-cabik.
Darah-Nya akan tercurah.
Dengan kematian, Ia mengalahkan maut.
Dengan kematian, Ia mendamaikan manusia.
Dengan kematian, Ia menunjukkan ketaatan total kepada Bapa-Nya.
Buli-buli yang dipecah, dan minyak harum yang tercurah,
Mengukuhkan Yesus sebagai Mesias bagi kaum pilihan Allah.
Paduan Suara: PECAH DAN TERCURAH
Narator 1
Allah itu adil, Allah itu benar.
Allah tidak mungkin mengasihi ketidakbenaran di dalam kita.
Namun betapa indahnya!
Dia pula yang menggenapkan karya keselamatan bagi kita.
Sungguh, oleh anugerah itulah kita diselamatkan melalui iman,
itu bukan hasil usaha kita, tetapi pemberian Allah;
itu bukan hasil pekerjaan kita, sehingga tiada tempat bagi kita untuk bermegah!
Narator 2
Kematian Kristus bukanlah kematian yang biasa.
Ia layak mengurbankan diri-Nya
sebab Ia saja yang tiada noda dan cela.
Ia adalah Anak Domba yang sempurna,
Yang telah dipilih sebelum permulaan dunia.
Sebab mautlah upah dosa,
dan maut hanya dapat dihapus dengan darah yang mahal.
Yakni darah Anak Domba yang tiada bernoda.
Yesus Kristus telah membayarnya . . . LUNAS!
Satu kali untuk selamanya.
Paduan Suara: SEKALI BUAT SELAMANYA
Narator 1
Dan memuncaklah derita itu . . .
tatkala Yesus harus menanggung di atas pundak-Nya,
sebilah kayu salib yang kasar . . .
Beban berat menindih pundak yang telah robek-robek
oleh lecutan cambuk bergigi duri.
Tak cukup sampai di situ.
Ia harus maju ke tempat penghukuman,
Bukit Tengkorak yang menjadi kengerian
bagi para penjahat dan pemberontak!
Wajah-wajah nan haus darah berdiri di kanan-kiri
mengiring perjalanan Yesus ke Bukit Tengkorak.
Cemoohan, hujatan, teriakan, “Salibkan Dia!”
bertaut-bersambung.
Narator 2
Via Dolorosa tak mungkin dihindari.
Jalan Sengsara adalah satu-satunya pilihan.
Itulah jalan yang Bapa tetapkan:
Jalan penderitaan adalah jalan pendamaian
Jalan sengsara adalah jalan penebusan
Jalan derita adalah jalan pembenaran
Jalan kematian adalah jalan kehidupan.
Narator 1
Demikianlah digenapi sabda sang Bapa lewat nabi Yesaya:
Sesungguhnya penyakit kitalah yang ditanggung-Nya,
dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya.
Dia tertikam oleh pemberontakan kita ,
Dia diremukkan oleh kejahatan kita.
Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas
dan tidak membuka mulut-Nya
seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
Paduan Suara: Via Dolorosa
Narator 2
Ajaib . . .
Sungguh agung karya-Nya!
Sungguh menakjubkan perbuatan tangan-Nya!
Ia yang tidak berdosa telah dibuat menjadi dosa karena kita
Ia yang kekal, menjadi manusia dan mendiami kesementaraan,
rela mati karena kita.
Ia yang empunya semesta raya kini tergantung di antara langit dan bumi!
Narator 1
Siapa yang membela-Nya?
Siapa yang menjadi penghibur-Nya?
Yang berteriak “Hosana!” kini berbalik dan memekikkan “Salibkan Dia!”
Yang bersama Dia dan mengenal Dia, menukar-Nya demi 30 keping perak, dan memeluk-Nya dengan “ciuman Yudas”!
Yang berkata, “Aku akan bersama Engkau sampai matiku,” menyangkal Dia, 3 kali banyaknya.
Yang menyaksikan puluhan bahkan ratusan mukjizat, tergopoh-gopoh berhamburan meninggalkan Dia.
Yesus sendirian.
Bahkan Bapa di surga yang mengasihi-Nya,
kini memalingkan muka-Nya dari Sang Putra,
Sebab maut akibat dosa umat manusia,
kini merenggut Sang Putra yang dikasihi-Nya.
Narator 2
Tapi dengarlah . . . dari atas salib itu,
sayup-sayup terdengar suara . . . Lirih . . .
“Tetelestai!”
Sudah selesai!
Sudah genap!
Harga penebusan terlunasi!
Misi Allah berjalan sempurna!
Yesus tidak terjebak dalam perangkap sang kala!
Yesus tidak dipaksa oleh tangan-tangan manusia!
Yesus menjalankan misi Sang Bapa!
Narator 1
Ajaib . . .
Sungguh agung karya-Nya!
Sungguh menakjubkan perbuatan tangan-Nya!
Ia yang tidak berdosa telah dibuat menjadi dosa karena kita
Ia yang kekal, menjadi manusia dan mendiami kesementaraan,
rela mati karena kita.
Ia yang empunya semesta raya kini tergantung di antara langit dan bumi!
Narator 1
Siapa yang membela-Nya?
Siapa yang menjadi penghibur-Nya?
Yang berteriak “Hosana!” kini berbalik dan memekikkan “Salibkan Dia!”
Yang bersama Dia dan mengenal Dia, menukar-Nya demi 30 keping perak, dan memeluk-Nya dengan “ciuman Yudas”!
Yang berkata, “Aku akan bersama Engkau sampai matiku,” menyangkal Dia, 3 kali banyaknya.
Yang menyaksikan puluhan bahkan ratusan mukjizat, tergopoh-gopoh berhamburan meninggalkan Dia.
Yesus sendirian.
Bahkan Bapa di surga yang mengasihi-Nya,
kini memalingkan muka-Nya dari Sang Putra,
Sebab maut akibat dosa umat manusia,
kini merenggut Sang Putra yang dikasihi-Nya.
Narator 2
Tapi dengarlah . . . dari atas salib itu,
sayup-sayup terdengar suara . . . Lirih . . .
“Tetelestai!”
Sudah selesai!
Sudah genap!
Harga penebusan terlunasi!
Misi Allah berjalan sempurna!
Yesus tidak terjebak dalam perangkap sang kala!
Yesus tidak dipaksa oleh tangan-tangan manusia!
Yesus menjalankan misi Sang Bapa!
Narator 1
Maka sekarang:
Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikianlah firman Allahmu,
tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya,
bahwa perhambaannya sudah berakhir,
bahwa kesalahannya telah diampuni.
Paduan Suara: SION BERSORAK
Narator 2
Tuhan telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus
di depan mata semua bangsa;
maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang dari Allah kita!
Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama-sama,
hai reruntuhan Yerusalem!
Sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya,
telah menebus Yerusalem.
Rencana agung keselamatan itu tidak berhenti di kubur milik Yusuf Arimatea!
Maut tak dapat merenggut Sang Putra Allah lebih lama lagi!
Pada hari yang ketiga, Ia bangkit dari antara orang mati!
Tepat seperti yang Ia katakan kepada para murid.
Ya, benar, Ia sungguh bangkit!
Karena ketaatan-Nya kepada rencana Allah,
maka Allah membela Dia,
dan membangkitkan Dia dari antara orang mati.
Allah meninggikan Kristus,
dan menobatkan-Nya sebagai Mesias Raja!
Yesus Kritus telah mengalahkan maut!
Maka,
Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa dan kekayaan dan hikmat dan kekuatan dan hormat dan kemuliaan dan puji-pujian sampai selama-lamanya!
Dia hidup selama-lamanya!
HALELUYA!
Lanjutan Lagu SION BERSORAK
No comments:
Post a Comment