Tanggal 13-14 Agustus, saya mengikuti rapat persiapan Third Historic Peace Churches Conference, atau Konferensi Gereja-gereja Perdamaian yang Ketiga. Dua konferensi serupa pernah diadakan di Eropa dan Afrika. Pada awal bulan Desember ini akan dilangsungkan di Indonesia. Konferensi seperti ini disarankan oleh World Council of Churches, karena ternyata WCC belum memiliki konsep mengenai makna perdamaian. Dalam pertemuan semacam ini, dibahas bukan saja kerangka konseptual, tetapi juga tindakan-tindakan praktis dalam menangani masalah-masalah lokal di masing-masing negara yang berhubungan dengan perdamaian dan keadilan.
Yang disebut sebagai gereja-gereja Perdamaian adalah Mennonite, Brethren dan Friends (atau Quakers). Ternyata, ketiga denominasi ini meski dari akar yang sama, tetapi ternyata telah berpuluh-puluh tahun tidak duduk bersama untuk memecahkan satu masalah ataupun membuat suatu proyek bersama. Meski kita kenal banyak teolog dari ketiga denominasi, seperti: John Howard Yoder (alm.) dari Mennonite, Howard John Loewen, sekarang Dekan Jurusan Teologi di Fuller Seminary dari Brethren, dan penulis spiritual Richard Foster dari Friends (Quakers).
Dalam konferensi ketiga yang akan diadakan pada awal bulan Desember 2007 nanti, akan diangkat tema Peace in Our Land, "Damai di Tanah Kami," dengan subtema mengenai: ketidakadilan, pluralisme religius dan kemiskinan. Inilah masalah riil yang kita hadapi dalam konteks Asia. Konferensi akan diadakan di Surakarta. Kota ini dipilih bukan semata karena kota wisata dengan objeknya yang beragam, tetapi di sana juga pernah dan tengah dipraktikkan hidup rukun antarumat beragama untuk mengentaskan masalah-masalah sosial.
Para pembicara yang dipilih demikian beragam, bukan saja berasal dari para teoritikus, tetapi juga pada praktisi perdamaian. Salah satu yang mungkin kita kenal adalah Glenn Stassen, yang terkenal dengan pemikirannya mengenai Just Peacemaking, atau "Upaya Perdamaian yang Adil," yang meretas ketegangan antara teori "perang adil" dan "pasifis." Dia sendiri berasal dari latar belakang Baptis Amerika, tetapi ia sangat berjiwa Anabaptis.
Seperti apa jadinya konferensi ini? Kita tunggu saja . . .
No comments:
Post a Comment