BERBAHAGIALAH ORANG YANG BERBELASKASIHAN
Titah Kristus akan Hidup Kerahiman
Dalam Sakramen Baptis Kudus, kita diterima sebagai bagian dari tubuh Kristus. Kita hidup terikat satu dengan yang lain untuk bersatu. Semangat kehidupan Kristus haruslah kita resapkan ke dalam kehidupan kita. Kita ingat sabda-Nya, “Haruslah kamu berbelas kasihan, sama seperti Bapamu yang di surga juga berbelas kasihan.” Di dalam batin kita harus ada suatu dorongan untuk menaruh belas kasihan. Terhadap tindakan ketidakadilan yang kita alami, kita harus belajar untuk membalasnya dengan perkataan, “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Mereka yang menghina kita, sesungguhnya sering kali tidak ada maksud seperti itu; mungkin juga mereka tidak tahu bahwa mereka telah sangat menyakiti kita dengan tindakan mereka.
Meski demikian, tidaklah boleh kita membalas dengan cara menyakiti mereka pula. Jangan sampai kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Atau, jangan sekalipun kita melewati kebutuhan orang lain secara dingin dan acuh tak acuh. Hati kita hendaknya lemah lembut, dan menaruh belas kasihan seperti Hati Kristus, “Apa saja yang kamu harapkan orang lain perbuat bagimu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” Dan Tuhan Yesus pun pernah berkata, “Apa saja yang kamu perbuat untuk saudara-Ku yang hina dina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Sebaliknya, kalau kita tidak melakukan kepada saudara yang hina dina, kita pun tidak melakukannya bagi Kristus.
Perbuatan amal Kristiani adalah wahana karya tangan kita: Memberi makan orang-orang yang kelaparan, memberi minum orang-orang yang dahaga, memberi pakaian kepada orang-orang yang telanjang, menjamu orang-orang asing, membebaskan orang-orang hukuman, mengunjungi orang-orang sakit, memakamkan orang-orang mati.
Dan bukan perbuatan amal jasmaniah semata, tetapi juga yang rohani: menasihati orang-orang yang melenceng hidupnya, mengajar orang-orang yang berperilaku tidak benar, meneguhkan hati orang-orang yang bimbang hati, menghibur orang-orang yang berdukacita, menderita dengan sabar akan ketidakadilan, memaafkan orang-orang yang menghina kita, mendoakan orang-orang yang hidup dan yang mati.
Betapa banyaknya kesempatan untuk pengembangan semangat welas asih itu. Kita dapat memilih, karya-karya iman mana yang Tuhan taruh sebagai beban di hati kita masing-masing.
“Berbahagialah orang yang berbelaskasihan”
Jikalau kita melakukan karya-karya amal itu dengan setia, maka yakinlah kita, bahwa sekali kelak kita akan mendengar dari mulut Kristus, “Marilah, hai kamu, yang diperkenan oleh Bapa-Ku.” Dan Ia akan menambahkan kata-kata sambutan-Nya yang penuh mesra itu dengan alasan, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika aku seorang asing kamu memberi aku tumpangan; ketika Aku telanjang kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjenguk Aku.” Setiap kerahiman, yang telah kita buktikan kepada sesama kita, akan menjadi suatu sebab dan sumber kebahagiaan yang kekal. Karya-karya tindakan perbuatan baik itulah yang membuktikan bahwa kita telah memiliki surga yang kekal dan keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus.
Sekali lagi, kerahiman dan welas asih tidak hanya berdampak untuk masa depan, tetapi pun sudah terasa ketika kita ada di atas bumi. Bukankah suatu kebahagiaan dalam hati kita, bila kita berbuat baik, dengan membawa jiwa-jiwa yang tersesat kembali ke jalan yang benar? Kita mewartakan welas asih Allah kepada orang-orang berdosa dan mendorong mereka untuk bertobat dan menerima penebusan dari Kristus, dan ini pun akan membuat hati kita puas.
Dan betapa luasnya jiwa orang yang mengasihi, karena ia boleh mengajar orang-orang yang tidak punya perilaku yang baik, menghibur orang-orang yang berduka cita, menasihati orang-orang yang bimbang hati. Seakan-akan, kebaikan yang kita kerjakan untuk orang lain itu berpulang kembali ke dalam hati kita sendiri.
“Sebab Mereka akan Dihibur”
Sekarang, ya . . . dalam kehidupan ini pun sudah! Bukankah sudah seharusnya dan sewajarnya, kita yang dipanggil untuk menjadi orang-orang Kristen, memberikan kerahiman oleh karena kita telah menerima welas asih dari Sang Bapa di surga? Dicipta sebagai makhluk dengan derajat tertinggi, bukankah kita pun berlimpah dengan kerahiman Allah? Maka, betapa banyaknya cahaya terang ilahi serta welas asih yang telah kita terima! Kita dibimbing oleh para mentor rohani; kita mendisiplin hidup dalam doa serta latihan-latihan rohani. Demikian banyak sarana yang dapat kita pakai untuk mengembangkan hidup yang penuh dengan welas asih. Sungguh benarlah, kasih sayang Bapa yang maharahim itu meliputi dan meresapi kita sepanjang waktu!
Namun demikian, kita pun perlu mengakui, bahwa kita ini lemah. Meskipun banyak sekali anugerah Tuhan, sering kita pun menghina Dia juga. Kita pun tahu, bahwa kita tidak berterima kasih. Ada suatu jalan menuju pengampunan, “Hendaklah kamu berbelaskasihan!” Berwelas asih terhadap orang-orang serumah, anak-anak, orang-orang sakit, orang-orang tua . . . ya benar: berbelas kasih di mana pun kita berada!
Maka, tak usahlah kita takut bila saat kematian itu tiba. Welas asih, yang Anda lakukan, mengalir dari welas asih yang Tuhan sudah rahmatkan di dalam hati Anda. Sebagaimana yang Anda lakukan terhadap orang lain, demikian pun Anda akan diperlakukan oleh orang lain.
Percikan Permenungan: “Berbahagialah mereka yang berbelaskasihan.”
Doa: “Ya Tuhan Yesus, berikanlah aku semangat-Mu itu. Buatlah aku berwelas-asih dalam pikiran, perkataan serta perbuatan, agar sekali kelak aku pun memperoleh kerahiman. Amin.”
No comments:
Post a Comment