DELAPAN SABDA BAHAGIA
Hari yang Penuh Makna
Hari baru dimulai. Kristus telah melakukan pekerjaan yang besar. Setelah semalam-malaman Ia mengambil waktu untuk berdoa, Ia kemudian memilih murid-murid, yang disebut para rasul. Mereka serta banyak murid lain, mengelilingi Kristus. Lalu Ia memberi isyarat, "Mari!" Maka turunlah mereka dari bukit itu. Mereka berdiam diri. Masing-masing terbuai asyik dengan pikirannya sendiri-sendiri. Rasul-rasul itu penuh dengan rasa terpesona akan apa yang baru saja terjadi. Mereka merasa, bahwa peristiwa yang baru saja terjadi merupakan peristiwa nan dahsyat, meskipun jika mau jujur, mereka tak cukup paham, apa arti semuanya itu.
Makin mereka turun, makin kedengaran suara gaduh; makin jelas tampak kerumunan orang banyak di lereng bukit itu. Dari kejauhan bekilau-kilau air danau Galilea yang memantulkan cahaya surya pagi. Berkerumunlah orang-orang yang ingin mengetahui siapa Yesus, mereka memadati jalan-jalan, lorong-lorong yang berliku tak mereka rasakan. Mereka hanya ingin berjumpa dengan Yesus. Ya, Yesus dari Nazaret itu menjadi tokoh yang ternama. Bagaikan fans yang ingin ditatap oleh sorot mata Yesus, orang-orang ini bergerombol di pagi itu. Mereka berusaha dekat, tak jarang mereka berjejal-jejal untuk sekadar menyentuh lipatan jubah-Nya. Mereka semua tahu: ada suatu kuasa yang mengalir keluar dari tubuh Kristus yang dapat menyembuhkan orang sakit, laksana minyak penyembuh bagi hati yang terluka serta putus pengharapan.
Berapa lamakah Yesus sanggup berjalan demikian di antara orang banyak itu? Kita tidak tahu. Kisah berjeda ketika tiba-tiba Yesus menghentikan langkah-Nya pada suatu dataran yang tak terlampau tinggi. Para rasul dengan setia mengelilingi-Nya. Yesus memberikan isyarat agar semua duduk. Para rasul di muka, dan yang lain mengikuti.
Yesus memandang mereka, membuka mulut dan bersabda, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga!" Oh, betapa beda! Dengarkan artinya: Berbahagialah orang yang miskin di dalam roh! Atau, berbahagialah orang yang bersemangat kemiskinan! Ia melanjutkan, "Berbahagialah orang yang lembut hatinya, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang berdukacita, sebab mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, sebab mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang berbelas kasihan, sebab mereka akan beroleh belas kasihan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, sebab mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, sebab mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah mereka yang dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, apabila karena Aku, orang mengolok-olok kamu: Bersukacita dan bergembiralah, sebab upahmu besar di surga!"
Itulah kata pengantar Khotbah di Bukit yang sangat terkenal itu. Apa yang disampaikan oleh Yesus sedemikian menawan, karena Ia adalah seorang Pengkhotbah yang luar biasa berbakat, dan Ia adalah seorang yang berintegritas; dan tak kurang dari itu, Ia adalah seorang yang penuh kuasa. Mimbar Kristus adalah sebuah bukit, 500 meter di atas permukaan air laut. Orang banyak, yang sedemikian besar bilangannya itu, duduk berjejal rapat di sekeliling-Nya sambil mendengarkan sabda-Nya dengan penuh perhatian.
Ia mengajarkan sesuatu yang baru! Lebih lagi, begitu indah isinya, sehingga setiap hati yang mendengarnya dibuat terharu karenanya. Sinar matahari yang berkilauan di pagi itu serta madah alam semesta di permulaan musim panas masih masih menyisakan pucuk-pucuk hijau segar dan yang berkembang itu menjadi saksi peristiwa agung di sepanjang sejarah manusia, dengan keindahan dan kesemarakannya.
Berbahagialah!: 8 kali Berbahagialah!
Demikianlah Kristus memulai khotbah-Nya di bukit itu. Ia menyebut berbahagia orang-orang yang menjadi murid-Nya. Socrates dan Aristoteles, kedua pemikir besar filsafat itu, pernah berkata, "Sebelum mati, tak seorang pun dapat disebut bahagia." Tetapi Yesus mengulangnya delapan kali berturut-turut: Berbahagialah! Berbahagialah! Jadi, dalam kehidupan yang sekarang pun sudah bahagia! Ajaran seperti ini belum pernah didengar oleh orang di atas bumi ini.
Dalam ajaran ini, tersimpan misteri kebijaksanaan ilahi. Dengan ajaran ini pula, Kristus memulai perjuangan-Nya yang mahaagung itu, menentang paham serta pandangan hidup orang-orang sesat yang sarat dosa. Selama adanya dunia ini, maka ajaran-Nya itu tetaplah menjadi sumber yang tak habis-habisnya, dari kebijaksanaan sejati serta kedamaian hati.
Berbahagialah! Bergembiralah! Bebas dan merdeka dari segala keduniaan, bebas dari kegoyahan, kegelisahan yang mengharubirukan. Walau hidup berada di lembah kedukaan, namun damai dan sukacita itu disediakan sedemikian besarnya, yang di dalamnya terkandung ketentraman dan tiada lagi gangguan. Siapa yang sanggup memberikan ini? Hanya Kristus. Cukup Kristus saja. Cukup dengan delapan Sabda Bahagia ini.
Ini adalah pondasi dari sebuah bangunan agung yang sedang kita bangun, yaitu bangunan kehidupan yang ujungnya belum kita ketahui. Gedung itu dibangun di atas dasar sukacita dan kegembiraan. Kita pun dapat mengatakan, Sabda Bahagia itu adalah Surya, Surya Kebenaran yang menyinari jiwa manusia, dan yang melenyapkan segala kegelapan. Sabda Bahagia itu adalah akord harmoni, yang mengalun dan mencipta sebuah tembang kehidupan yang tiada tara indahnya, yang tak dapat dijumpai oleh manusia di tempat mana pun.
Bagaimana nada-nada itu mengalun? Kiranya kita akan melanjutkan meditasi kita dengan masing-masing Sabda Bahagia itu.
Percikan Permenungan: Berbahagialah! Berbahagialah! Delapan kali: Berbahagialah!
Doa: O Guru yang Agung, Sang Guru yang ilahi, perkenankanlah aku berlutut bersama-sama dengan para rasul-Mu, untuk mendengarkan sabda-Mu yang memberi hidup itu.
Ajarilah aku memahami makna sabda-sabda-Mu itu; dan hidupku menurut ajaran-Mu, agar dengan demikian di atas bumi ini pun aku dapat tinggal tegak tak terganggu meski badanku penuh kelelahan dan kelemahan. Namun aku dapat berbahagia di dalam Engkau. Amin.
Makin mereka turun, makin kedengaran suara gaduh; makin jelas tampak kerumunan orang banyak di lereng bukit itu. Dari kejauhan bekilau-kilau air danau Galilea yang memantulkan cahaya surya pagi. Berkerumunlah orang-orang yang ingin mengetahui siapa Yesus, mereka memadati jalan-jalan, lorong-lorong yang berliku tak mereka rasakan. Mereka hanya ingin berjumpa dengan Yesus. Ya, Yesus dari Nazaret itu menjadi tokoh yang ternama. Bagaikan fans yang ingin ditatap oleh sorot mata Yesus, orang-orang ini bergerombol di pagi itu. Mereka berusaha dekat, tak jarang mereka berjejal-jejal untuk sekadar menyentuh lipatan jubah-Nya. Mereka semua tahu: ada suatu kuasa yang mengalir keluar dari tubuh Kristus yang dapat menyembuhkan orang sakit, laksana minyak penyembuh bagi hati yang terluka serta putus pengharapan.
Berapa lamakah Yesus sanggup berjalan demikian di antara orang banyak itu? Kita tidak tahu. Kisah berjeda ketika tiba-tiba Yesus menghentikan langkah-Nya pada suatu dataran yang tak terlampau tinggi. Para rasul dengan setia mengelilingi-Nya. Yesus memberikan isyarat agar semua duduk. Para rasul di muka, dan yang lain mengikuti.
Yesus memandang mereka, membuka mulut dan bersabda, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga!" Oh, betapa beda! Dengarkan artinya: Berbahagialah orang yang miskin di dalam roh! Atau, berbahagialah orang yang bersemangat kemiskinan! Ia melanjutkan, "Berbahagialah orang yang lembut hatinya, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang berdukacita, sebab mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, sebab mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang berbelas kasihan, sebab mereka akan beroleh belas kasihan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, sebab mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, sebab mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah mereka yang dianiaya karena kebenaran, sebab merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, apabila karena Aku, orang mengolok-olok kamu: Bersukacita dan bergembiralah, sebab upahmu besar di surga!"
Itulah kata pengantar Khotbah di Bukit yang sangat terkenal itu. Apa yang disampaikan oleh Yesus sedemikian menawan, karena Ia adalah seorang Pengkhotbah yang luar biasa berbakat, dan Ia adalah seorang yang berintegritas; dan tak kurang dari itu, Ia adalah seorang yang penuh kuasa. Mimbar Kristus adalah sebuah bukit, 500 meter di atas permukaan air laut. Orang banyak, yang sedemikian besar bilangannya itu, duduk berjejal rapat di sekeliling-Nya sambil mendengarkan sabda-Nya dengan penuh perhatian.
Ia mengajarkan sesuatu yang baru! Lebih lagi, begitu indah isinya, sehingga setiap hati yang mendengarnya dibuat terharu karenanya. Sinar matahari yang berkilauan di pagi itu serta madah alam semesta di permulaan musim panas masih masih menyisakan pucuk-pucuk hijau segar dan yang berkembang itu menjadi saksi peristiwa agung di sepanjang sejarah manusia, dengan keindahan dan kesemarakannya.
Berbahagialah!: 8 kali Berbahagialah!
Demikianlah Kristus memulai khotbah-Nya di bukit itu. Ia menyebut berbahagia orang-orang yang menjadi murid-Nya. Socrates dan Aristoteles, kedua pemikir besar filsafat itu, pernah berkata, "Sebelum mati, tak seorang pun dapat disebut bahagia." Tetapi Yesus mengulangnya delapan kali berturut-turut: Berbahagialah! Berbahagialah! Jadi, dalam kehidupan yang sekarang pun sudah bahagia! Ajaran seperti ini belum pernah didengar oleh orang di atas bumi ini.
Dalam ajaran ini, tersimpan misteri kebijaksanaan ilahi. Dengan ajaran ini pula, Kristus memulai perjuangan-Nya yang mahaagung itu, menentang paham serta pandangan hidup orang-orang sesat yang sarat dosa. Selama adanya dunia ini, maka ajaran-Nya itu tetaplah menjadi sumber yang tak habis-habisnya, dari kebijaksanaan sejati serta kedamaian hati.
Berbahagialah! Bergembiralah! Bebas dan merdeka dari segala keduniaan, bebas dari kegoyahan, kegelisahan yang mengharubirukan. Walau hidup berada di lembah kedukaan, namun damai dan sukacita itu disediakan sedemikian besarnya, yang di dalamnya terkandung ketentraman dan tiada lagi gangguan. Siapa yang sanggup memberikan ini? Hanya Kristus. Cukup Kristus saja. Cukup dengan delapan Sabda Bahagia ini.
Ini adalah pondasi dari sebuah bangunan agung yang sedang kita bangun, yaitu bangunan kehidupan yang ujungnya belum kita ketahui. Gedung itu dibangun di atas dasar sukacita dan kegembiraan. Kita pun dapat mengatakan, Sabda Bahagia itu adalah Surya, Surya Kebenaran yang menyinari jiwa manusia, dan yang melenyapkan segala kegelapan. Sabda Bahagia itu adalah akord harmoni, yang mengalun dan mencipta sebuah tembang kehidupan yang tiada tara indahnya, yang tak dapat dijumpai oleh manusia di tempat mana pun.
Bagaimana nada-nada itu mengalun? Kiranya kita akan melanjutkan meditasi kita dengan masing-masing Sabda Bahagia itu.
Percikan Permenungan: Berbahagialah! Berbahagialah! Delapan kali: Berbahagialah!
Doa: O Guru yang Agung, Sang Guru yang ilahi, perkenankanlah aku berlutut bersama-sama dengan para rasul-Mu, untuk mendengarkan sabda-Mu yang memberi hidup itu.
Ajarilah aku memahami makna sabda-sabda-Mu itu; dan hidupku menurut ajaran-Mu, agar dengan demikian di atas bumi ini pun aku dapat tinggal tegak tak terganggu meski badanku penuh kelelahan dan kelemahan. Namun aku dapat berbahagia di dalam Engkau. Amin.
No comments:
Post a Comment