DI BALIK LAYAR TERKEMBANG
Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah.
Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.
Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan.
(Yohanes 1:1-3)
Kita mengenal biologi, psikologi, atau apa pun studi yang lainnya. Kita bertindak dan bertutur kata mengenai segala sesuatu yang kita sebut logis. Kata “logi,” nampaknya mendapatkan tempat yang cukup utama di masyarakat kita, bahkan kadang-kadang kata ini dipertentangkan dengan segala sesuatu yang berbau-bau agama. Sebab kata ini menjabarkan materi, pernak-pernik hidup, diri manusia, sedangkan agama hampir-hampir hanya berkaitan dengan dugaan, abstrak, bahkan mungkin mitos, atau simbol-simbol.
Dengan begitu, tak dapat tidak kita harus memahami bahwa kata “logi” atau logos ini erat kaitannya dengan pencarian pemahaman, dan makna. Yohanes 1:1 dengan tegas memberikan tantangan kepada orang yang memutlakkan pengetahuan. Bahwa sesungguhnya, kunci menuju kepada semua pengetahuan, semua pemahaman, dan semua pemaknaan yang sejati, hidup di dalam Allah! Sang Logos itu!
Mengapa Yohanes memilih kata Logos? Mengapa bukan Anak Domba? Atau Mesias? Atau gelar-gelar Kristus yang lain? Kita tidak tahu pasti. Kita hanya dapat menarik kesimpulan tentatif bahwa Logos atau Sabda adalah kata yang paling inklusif untuk mewakili jati diri Allah dan karya-karya-Nya. Lihatlah dalam Perjanjian Lama, Allah menciptakan dunia ini dengan firman-Nya (Kej. 1:3). Allah berfirman ketika memanggil orang yang Ia mau pakai, mis. Musa (Kel. 3). Allah membebaskan kaum Israel dari perbudakan di Mesir dengan firman-Nya juga. Allah menjanjikan pemulihan bagi Israel yang dibuang, dengan menciptakan segala sesuatu baru, juga dengan firman-Nya (Yes. 55:11-13). Firman, dengan demikian, menunjukkan kesempurnaan Allah!
Dalam pada itu, sejak penciptaan, telah ada kuasa kegelapan, chaos, penghalang, yang hendak merintangi Sang Logos. “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh. 1:5). Bahkan “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia ini dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya” (ay. 10). Dari mana datangnya kuasa ini? Alkitab menutup celah pandangan yang mengatakan bahwa kuasa jahat ini diciptakan Allah. Masakan yang diciptakan Allah, hendak menghalangi Allah? Dan pada klimaksnya, kita mendengar keunikan berita Kristen, “Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh anugerah dan kebenaran” (ay. 14). Dengan membaca kata-kata pertama “Pada mulanya adalah Firman,” Yohanes dengan cermat dan teliti melukis sebuah paralel antara kisah penciptaan di Kejadian dan penciptaan baru di dalam Kristus. Mari kita selidiki lebih lanjut.
Jika Anda berasal dari gereja yang memberlakukan bacaan rutin gerejawi (leksionari), Anda akan menjumpai bahwa Yohanes 1:1-9, 10-18 dibaca pada Minggu kedua setelah Natal. Di sini maknanya adalah masa Natal merupakan inkarnasi Sang Sabda. Sedangkan bila Anda pernah beribadah di Gereja Ortodoks, prolog Yohanes ini dibacakan pada Malam Paskah (!) dan hal ini merupakan pintu kepada seluruh pembacaan Alkitab di sepanjang tahun liturgi. Apa implikasi dari penggunaan ayat ini dalam liturgi? Yaitu bahwa kebangkitan Kristus, kubur yang kosong, rahasia sukacita perjumpaan antara Tuhan yang bangkit dengan para murid-Nya, merupakan makna terdalam dari penciptaan.
Berarti, kisah di Kejadian tak dapat dimengerti tanpa pewahyuan yang Allah kerjakan di dalam Yesus Kristus: penciptaan baru, manusia baru, tata cipta semesta yang baru diwujudnyatakan di dalam kebangkitan Kristus. Itulah yang mula-mula dimaksudkan oleh Allah Bapa ketika menciptakan langit dan bumi. Ya, manusia telah menolak untuk bersekutu dengan Allah; sukacita untuk tinggal bersama di dalam komunitas besar tata semesta telah digantikan dengan kecongkakan diri, yang hanya menyebabkan murka Allah; tetapi prolog Yohanes ini menyatakan, ada suatu permulaan yang baru, satu sukacita yang belum pernah ada! Dan hal ini dimungkinkan dalam ciptaan yang telah diperbarui oleh Allah yang sama, yang mempunyai rencana agung ketika menciptakan langit dan bumi, dan direalisasikan oleh Sang Logos.
Maka, kita mendapatkan implikasi penting dari prolog Injil Yohanes: Kristus, yang adalah Sang Logos, bukan sekadar Juruselamat jiwa seseorang; atau pun pemberi kode moralitas, atau pengajar falsafah hidup yang unik, tetapi: Ia adalah Juruselamat dan makna terdalam dari seutuh ciptaan.
Pemahaman ini mengarahkan kita untuk memikirkan konsekuensi bagi pekerjaan misi Kristen. Gereja Kristen tidak hanya dipanggil oleh Allah untuk menyelamatkan individu-individu dari dunia, tetapi juga untuk menyelamatkan dunia. Sebab, jika orang Kristen mengenal Kristus, mereka juga diantar untuk mengenali makna segala sesuatu yang diciptakan. Mereka memiliki kunci ultimat bukan untuk memahami ilmu pengetahuan semata, tetapi untuk mengenal tujuan tata semesta seutuhnya.
No comments:
Post a Comment