LEMBARAN BARU
Dalam terang doktrin Logos ini, salah satu poin penting yang direnungkan dan dipegang oleh gereja perdana yaitu bahwa dunia ini, oleh sebab diciptakan oleh Allah, tidaklah ilahi dalam dirinya sendiri. Pemujaan kuasa-kuasa di udara, bintang-bintang, kilat dan halilintar, atau binatang, merupakan pemberhalaan di mata orang-orang Kristen perdana. Mereka tahu, memang ada realitas spiritual di balik anasir-anasir kosmis, tetapi semuanya ini diciptakan, dan tak jarang demonik, khususnya tatkala anasir-anasir tersebut menuntut penyembahan manusia.
Maka, hidup bebas dari jerat itu niscaya untuk manusia. “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.”[1] Dalam gereja perdana, Iblis disebut “tiran” atau penjajah, yang melawan kuasa sah dari Allah di dalam dunia. Kuasa Iblis tak hanya jahat serta mematikan, tetapi juga dengan terang-terangan menentang kuasa Allah. Dalam sebuah doa pada sakramen pembaptisan kuno, dituliskan demikian:
O Master of all, show this water to be the water of redemption, the water of sanctification, the purification of flesh and spirit, the loosing of bonds, the remission of sins, the illumination of the soul, the laver of regeneration, the renewal of the Spirit, the gift of adoption to sonship, the garment of incorruption, the fountain of life.[2]
Dengan demikian, kita melihat bahwa orang Kristen seharusnya tidak perlu ketakutan terhadap anasir-anasir dunia. Semua hal itu bukan ilahi ataupun memiliki daya magis di dalam dirinya sendiri, tetapi diciptakan oleh Allah melalui Sang Logos dan melalui kuasa Roh Kudus, sehingga pulihlah tujuan dan fungsinya yang mula-mula ketika diciptakan. Materi dikuduskan oleh tangan Allah dan dipakai untuk menyembah Dia. Kita dapat memahami “sakralitas” materi ketika dipakai dalam sakramen-sakramen gerejawi. Jadi, seluruh ciptaan dipanggil untuk kembali ke tujuannya yang “logis” di bawah kuasa Allah. Manusia, juga di bawah kuasa Allah, harus mengerjakan kekuasaan Allah itu atas seluruh ciptaan (Kej. 1:28).
Sekali lagi, misi Kristen adalah misi pembaruan ciptaan, tepatnya oleh sebab Sang Logos adalah Pencipta sejak pada mulanya, dan kini datang ke tengah-tengah dunia, sebagai Juruselamatnya. Secara konseptual misi Kristen dapat dijabarkan untuk menyatakan dan mengerjakan kembali kuasa Logos yang Esa itu, yang transenden, yang kekal, tak terciptakan, dan ilahi itu di dalam dunia. Paulus menyebut kita sebagai “kawan sekerja Allah” (1Kor. 3:9), dan hal ini mungkin terjadi oleh kita diciptakan untuk menjadi “kepunyaan Allah” (Yoh. 1:11), yang berarti kita mempunyai logos dalam diri kita, sehingga dimungkinkan untuk bersekutu dengan Sang Khalik.
Dan jika kita memahami bahwa Sang Logos itu telah menjadi manusia, dan telah dibangkitkan dari kematian serta kubur-Nya telah kosong maka kematian—sebagai akibat tertinggi dari dosa—telah ditaklukkan. Christus Victor! Kristus Jaya! Kemenangan Kristus merekahkan fajar penciptaan baru. Penebusan atas ciptaan lengkaplah sudah, karena Allah benar-benar mendandani kosmos sekali lagi melalui Firman-Nya. Implikasi untuk kaum-Nya? Manusia kini diangkat derajatnya. Athanasius berkata, “Allah manjadi manusia, sehingga manusia dapat menjadi Allah.” Kata ini jangan dimengerti kita akan menjadi sama seperti Allah. Tetapi sebagaimana yang dalam 2 Petrus 1:4, “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” dengan ditandai oleh luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. Pemuliaan ini (dalam istilah Gereja Timur “deifikasi”) saya yakin juga berlaku untuk tata semesta ciptaan Allah (lih. Kol. 1:20).
[1]Secara tekstual, “sedang datang ke dalam dunia” bisa mengacu kepada “setiap orang,” sehingga ayat ini dapat ditulis, “Terang yang sesungguhnya menerangi setiap orang yang sedang datang ke dalam dunia.” Gereja Timur mengerti ayat ini demikian.
[2]Dikutip oleh John Meyendorff, “Christ as Word: Gospel and Culture,” International Review of Mission 294 (1985)
No comments:
Post a Comment