Hari kemarin merupakan hari yang istimewa. Saya harus memimpin ibadah pemakaman seorang jemaat yang meninggal dengan tak wajar, yakni bunuh diri, dan hingga sekarang ini, belum ada kabar yang terang mengenai sebab tindakannya yang sangat pendek pikir itu. Keluarga yang ditinggalkan masih saja shocked dan terus-menerus menangis.
Dalam pemakaman itu, saya berjumpa dengan seorang anggota Majelis Jemaat senior, yang masih aktif dalam pelayanan khususnya dalam Pekabaran Injil dan penanganan Cabang-cabang serta Lingkungan-lingkungan di gereja kami. Pemakaman itu jaraknya jauh dari rumahnya. Saya bertanya, dengan apa beliau ke tempat itu. Jawabnya, naik sepeda motor! Dari ujung kota hingga ujung yang lain, naik sepeda motor, untuk seorang engkong yang usianya 73 tahun!
Malam, setelah rapat Badan Pelaksana Program MJ, kira-kira pukul 22.00, saya masih ingin stay di kantor, seperti biasa saya berencana untuk ngantor hingga pukul 00.15. Saya menyalakan komputer, dan setelah membaca beberapa halaman buku, tiba-tiba muncul ide untuk menulis renungan mengenai Ikon Bunda Allah dari Bogorod. Renungan sudah hampir selesai, tiba-tiba beruntun SMS masuk 3 buah. Saya tidak terlalu peduli, sebab saya tidak ingin diganggu bila sedang penuh ide untuk menulis.
Tapi tiba-tiba telepon berdering. Dari seorang rekan pendeta muda, saya mendapat kabar bahwa si engkong tersebut di atas dipanggil Tuhan malam itu, dan sudah berada di rumah duka. Segera saya ambil motor dan bergegas ke sana. Dari pengakuan dokter perempuan, yang juga seorang jemaat kami dan yang menangani detik-detik terakhir si engkong, saya mendapat kabar bahwa beliau meninggal pada pukul 22.05 WIB, dengan proses yang amat cepat. Dari keterangannya, memang si engkong terkena serangan jantung. Padalah, beliau tidak pernah mempunyai keluhan apa-apa. Hanya saja, beliau adalah seorang perokok berat!
Dalam perjalanan menuju rumah duka, dan sekembalinya dari sana, saya tak habis-habis untuk mengerti, mengapa hari ini terlampau banyak misteri yang saya alami.
Dalam pemakaman itu, saya berjumpa dengan seorang anggota Majelis Jemaat senior, yang masih aktif dalam pelayanan khususnya dalam Pekabaran Injil dan penanganan Cabang-cabang serta Lingkungan-lingkungan di gereja kami. Pemakaman itu jaraknya jauh dari rumahnya. Saya bertanya, dengan apa beliau ke tempat itu. Jawabnya, naik sepeda motor! Dari ujung kota hingga ujung yang lain, naik sepeda motor, untuk seorang engkong yang usianya 73 tahun!
Malam, setelah rapat Badan Pelaksana Program MJ, kira-kira pukul 22.00, saya masih ingin stay di kantor, seperti biasa saya berencana untuk ngantor hingga pukul 00.15. Saya menyalakan komputer, dan setelah membaca beberapa halaman buku, tiba-tiba muncul ide untuk menulis renungan mengenai Ikon Bunda Allah dari Bogorod. Renungan sudah hampir selesai, tiba-tiba beruntun SMS masuk 3 buah. Saya tidak terlalu peduli, sebab saya tidak ingin diganggu bila sedang penuh ide untuk menulis.
Tapi tiba-tiba telepon berdering. Dari seorang rekan pendeta muda, saya mendapat kabar bahwa si engkong tersebut di atas dipanggil Tuhan malam itu, dan sudah berada di rumah duka. Segera saya ambil motor dan bergegas ke sana. Dari pengakuan dokter perempuan, yang juga seorang jemaat kami dan yang menangani detik-detik terakhir si engkong, saya mendapat kabar bahwa beliau meninggal pada pukul 22.05 WIB, dengan proses yang amat cepat. Dari keterangannya, memang si engkong terkena serangan jantung. Padalah, beliau tidak pernah mempunyai keluhan apa-apa. Hanya saja, beliau adalah seorang perokok berat!
Dalam perjalanan menuju rumah duka, dan sekembalinya dari sana, saya tak habis-habis untuk mengerti, mengapa hari ini terlampau banyak misteri yang saya alami.
No comments:
Post a Comment