THEOTOKOS DARI BOGOROD (IKON RUSIA)
Sambung Rasa
Sebuah ikon Bunda Allah dan Putra Allah terpajang di ruang ibadah Komisi Remaja kami. Satu lagi, tersimpan di kantor saya. Ikon ini berasal dari Rusia, dibuat kira-kira pada abad ke-15. Kondisinya tidak terlalu baik. Sewaktu pertama kali saya memandang ikon ini di toko yang menjual replikanya (sekitar tahun 2002), saya sama sekali tidak tertarik. Mengapa? Karena Maria! Sebagai seorang Protestan (dan sampai saat ini tetap berada dalam jalur iman Reformasi), saya tidak terlalu akrab dengan Maria. Saya enggan untuk menempatkan Maria dalam posisi yang lebih tinggi dari orang-orang sekaliber rasul Paulus dan Petrus. Saya tidak mau jatuh ke dalam paham Mariologi, yang saya duga begitu kental dalam pemahaman saudara-saudara Katolik Roma. Maria adalah manusia biasa, namun demikian ia memang mendapat karunia luar biasa dari Allah untuk dipinjam rahimnya untuk melahirkan Putra Allah. Jadi, pertama kali melihat ikon ini, saya tersandung oleh besarnya gambar Maria yang mendominasi 60% dari keutuhan lukisan tersebut. Saya tersandung dengan hal itu.
Enam tahun berlalu. Selama interval waktu ini, saya bolak-balik pergi ke toko buku tersebut. Dua buah ikon Maria dan Yesus Kecil di atas masih saja tersimpan dengan rapi. Bedanya, lebih berdebu tebal. Saya datang dan pergi untuk memborong sejumlah buku dari toko tersebut, yang kebanyakan ditulis oleh para rohaniwan Katolik Roma. Sama sekali tak ada ketertarikan dengan ikon yang satu ini!
Barulah pada pertengahan tahun 2008, saya menjadi sangat antusias untuk memandang dalam-dalam ikon Maria dan Yesus. Seperti halnya Archimedes yang bersorak Eureka!, “Saya temukan!”, ikon ini tampil berbeda di mata saya. Saya benar-benar terperanjat ketika menyadari ada sesuatu yang dalam dari lukisan itu. Cepat-cepat saya membelinya. Lalu saya melihat di balik ikon ini adalah sebuah tulisan, “Bunda Maria dari Khazan, Ikon Rusia.” Saya mencoba mencari-cari informasi di internet, dan ternyata, Ikon Bunda Allah dari Khazan bukan seperti yang saya beli ini. Memang ini adalah ikon Rusia, tetapi bukan yang berasal dari Biara Khazan. Ikon ini ternyata namanya “Bunda Allah dari Bogorod” (Bogorodskaya).
Saya masih melihat Maria dan Yesus dalam ikon itu, tetapi sekarang cara saya memandangnya sudah berbeda. Saya tidak berubah menjadi seorang Mariolatri. Saya tidak akan pernah menaikkan doa-doa memohon pertolongan kepada Bunda Maria; dan saya pun tidak akan memandang Maria sebagai seorang penebus di samping Kristus. Saya tidak akan pernah berdoa untuk keselamatan Maria. Maria adalah manusia; sama seperti kita, ia pun dikandung di dalam dosa, namun anugerah Allah yang khusus telah menguduskan dia sehingga dipakai untuk menjadi Theotokos (Ing. God’s bearer), Sang Bunda Allah. Ia mendapat kehormatan yang jauh di atas yang lain oleh karena posisinya yang dekat dengan Kristus. Malaikat Gabriel menyatakan, “Engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah” (Luk. 1:30). Dan Elisabet pun bersaksi, “Siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku mengunjungi aku?” (Luk. 1:43).
Saya segera membeli satu ikon tersebut! Semula saya letakkan di atas meja kerja, tepat berhadap-hadapan dengan saya. Pernah saya pindah ke ruang dalam kantor Tim Gembala Jemaat, tempat biasanya saya berdoa pribadi. Kemudian saya pindahkan ke ruang ibadah komisi remaja. Saya pasang ikon itu tepat berhadap-hadapan dengan ikon penyaliban Kristus dan penurunan jenasah Kristus dari salib (atau biasa disebut Pieta). Ada maksudnya, mengapa saya meletakkan ikon Theotokos ini berhadapan dengan dua ikon itu. Tetapi karena sudah dipindahkan ke tempat lain, saya merasa tak ada lagi yang “menemani” di kantor. Maka saya pun merasa perlu untuk membeli satu lagi ikon yang sama untuk kantor. Ada sesuatu yang memikat hati saya. Bukan karena ikon itu bagus dalam pandangan seorang pengamat seni. Malahan, banyak bagian catnya yang telah terkelupas, dan ini cukup mengganggu keindahan ikon.
Meski begitu, bagi saya ikon ini tetap perfect! Ikon ini selalu membuat sebuah impresi bahwa saya sedang tinggal di sebuah dunia yang carut-marut! Dunia yang porak-poranda, banyak hal yang indah, dan yang mempercantik bumi, kini sudah hilang entah ke mana. Goresan-goresan kuas Sang Pelukis Agung itu mulai terkelupas, dan kita hanya “melihat dalam cermin gambaran yang samar-samar . . . sekarang [kita] hanya mengenal yang tidak sempurna” (1Kor. 13:12). Namun dunia dan bumi tempat kita berpijak tetaplah baik. Semesta ini tetap indah!
No comments:
Post a Comment