SARANA PENYALURAN FIRMAN
Bagaimana Firman Allah yang diucapkan dari mulut Allah sampai kepada kita? Pertama, Allah menginspirasikannya. Inspirasi adalah “mengembuskan keluar” (2Tim. 3.16). Allah mengucapkan kata-kata di dalam Alkitab. Orang-orang kadang-kadang bertanya, apakah hal ini berarti Allah mendiktekan Alkitab kepada para penulis Alkitab. Jawabannya adalah sesekali, tetapi dalam banyak kali, justru tidak! Kita tidak pernah diberitahu bahwa Allah menyuruh Lukas untuk duduk dan mendiktekan kata-kata kepadanya. Meskipun Tuhan Yesus yang bangkit memang memerintahkan Yohanes untuk melakukan hal itu (Why. 2.1).
Lukas mempersiapkan tulisannya sebagai seorang sejarawan kuno (Luk. 1.1-4). Ia melakukan riset yang mendalam, melakukan cek, ricek dan kroscek data. Tetapi buah penanya juga adalah Firman Allah. Allah memakai Lukas untuk mengembuskan kata-kata-Nya sendiri, sehingga teks yang Lukas buat sungguh-sungguh adalah kepunyaan Lukas dan sungguh-sungguh Firman Allah.
Kedua, langkah penyaluran berikutnya adalah pengkopian atau penyalinan. Kita mengenal istilah autographa, atau autograf, yang mengacu kepada manuskrip-manuskrip asli dan otoritatif dari Kitab Suci. Kitab Suci sendiri tidak pernah menjanjikan bahwa ketika orang-orang melakukan proses penyalinan, tidak ada setitik salah di dalamnya. Coba buktikan. Anda menyalin satu kitab, misalnya Imamat. Dijamin, Anda akan melakukan sejumlah kesalahan. Lembaga Alkitab Indonesia pun juga melakukan kesalahan dalam proses penyalinan. Sebab itulah kita percaya bahwa hanya autograf dari Kitab Suci saja yang sempurna.
Beberapa kritikus terhadap posisi kita ini mengatakan bahwa hal ini justru menghancurkan otoritas Alkitab, oleh sebab hanya autograf yang sungguh-sungguh otoritatif. Sedangkan kita tidak mempunyai otograf, sehingga kita tidak mempunyai satu Alkitab yang tidak dapat khilaf (infallible) dan otoritatif. Meski demikian, marilah kita memperhatikan beberapa pokok pemikiran berikut ini:
· Kendati kita tidak memiliki autograf yang aktual, kita memiliki akses kepada teks orisinal melalui sains kritik teks, yang membadingkan berbagai manuskrip bacaan untuk menentukan mana yang orisinal. Hal yang terpenting adalah tersedianya teks, bukan memiliki manuskrip.
· Sejumlah permasalahan teks tidak terpecahkan; tetapi hal ini sangat minor dibandingkan dengan luasnya Alkitab, dan hal-hal tersebut tidak pernah mempengaruhi doktrin gereja.
· Kitab Suci banyak melakukan pengulangan. Jika terdapat satu masalah di satu tempat, kita menemukan satu pernyataan yang jelas mengenai sebuah ajaran di tempat lain.
Ada orang-orang yang tidak percaya bahwa Allah mengilhamkan sebuah kitab dan kemudian menuntut kita untuk menentukan isi orisinalnya melalui kritik teks, yakni dengan cara yang ditemukan oleh manusia. Ketika Anda memikirkan sarana untuk menyalurkan Firman dari mulut Allah ke hati kita, pada akhirnya di situ dituntut pemikiran, akal budi, bahkan ilmu pengetahuan dari manusia.
Bisa saja Allah menyampaikan kata-kata secara langsung, dan serta-merta kita mengerti. Tetapi hal yang begini tidak pernah terjadi. Allah memakai manusia untuk mengajar, dan pemikiran manusia dipakai oleh Allah, sebelum umat mendengar kata-kata Allah sendiri melalui tulisan. Ia ingin hal ini menjadi proses komunal, sehingga yang satu membutuhkan yang lain. Urusan penyalinan teks asli termasuk di dalamnya. Karena Allah tidak pernah berjanji bahwa proses ini bebas dari kesalahan, para penyalin bisa saja melakukan kesalahan. Sehingga, meski autograf itu tidak mungkin khilaf, penyalinan teks tidaklah demikian.
Dalam memahami dan menerapkan Firman Allah, kita tahu bahwa di dalamnya ada dua guru: (1) guru yang ilahi, yaitu Roh Kudus; dan (2) guru manusia: gembala jemaat, perpustakaan, dosen sekolah teologi. Karya yang dihasilkan oleh guru-guru manusia ini tidak berdampak apa-apa bila Roh Kudus tidak bekerja di dalam mereka dan melalui mereka. Karya Roh Kudus adalah: (1) iluminasi, yaitu memampukan kita untuk memahami Firman (Yoh. 3.5-6; 1Kor. 2.12-16; 2Kor. 3.15-18); (2) meyakinkan, yaitu menunjukkan kepada kita bahwa Firman itu benar adanya (1Tes. 1.5; 1Kor. 2.4); dan (3) menuliskan Firman itu di dalam hati kita, yaitu pewahyuan eksistensial, yang membuat kita mencintai dan menaati Firman Allah.
No comments:
Post a Comment