Akhirulkalam . . .
Maka undangan saya, marilah kita kembali kepada berita yang disampaikan oleh Yesus dari Nazaret. Itulah agama pra-Konstantin. Itulah iman yang menggentarkan para imam, yang menghebohkan Roma, sebuah tata iman yang sederhana yang mengajak setiap orang selalu memandang adanya pengharapan di tengah-tengah impitan hidup. Iman yang tidak mengajak lari dari kenyataan. Iman yang menjanjikan pembaruan. Iman yang membuat kita tahu apa artinya tinggal di atas bumi ciptaan Allah yang baik, dan ke mana tujuan sejarah dunia, serta apa arti hidup kita sebagai ciptaan baru.
Jikalau Anda tetap menyebut diri Anda agnostik, kiranya dengan segala kasih saya mengundang Anda untuk menjadi agnostik yang intelektual. Selidiki dan carilah kebenaran. Memang benar, Michel Foucault mengatakan bahwa pengetahuan terlahir dari pihak yang berkuasa. Ya, memang, pengetahuan itu otoriter. Tetapi kebenaran itu memerdekakan. Bertanyalah seperti Pilatus, “Apakah kebenaran itu?” dan temukanlah jawabnya. Kalau boleh saya berpesan, pertama-tama, taruhlah kepercayaan pada sesuatu, karena dari situlah titik pijak Anda untuk menjadi seorang agnostik yang sejati. Maka, kebenaran itu pun akan menjadi milik Anda. Selamat berpetualang.
No comments:
Post a Comment