DASAR DOA YANG BENAR
Dalam sejarah Gereja, Alkitab menjadi dasar dan sumber utama doa Kristen. Para leluhur iman menyelidiki Kitab Suci untuk mendapatkan prinsip-prinsip pengajaran mengenai doa, tetapi juga prinsip-prinsip cara berdoa yang benar. Mereka yakin, doa yang benar pasti memuliakan Tuhan dan sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Sebab itu, jika sebagian tradisi Kristen tampak sedemikian kakunya dalam aturan doa, hal itu bukanlah tanpa alasan. Mereka menyadari pentingnya doa di samping firman. Doa dan firman adalah dwitunggal.
Pemikir Kristen besar, Yohanes Calvin, yang menghasilkan pemikiran-pemikiran teologis yang luar biasa itu menempatkan doa dan “doktrin kehidupan Kristen” di tempat utama. Sampai-sampai, ia disebut sebagai “teolog Roh Kudus,” sebenarnya bukan karena kehebatannya menelurkan doktrin yang tidak berkontradiksi mengenai Roh Kudus, tetapi kecintaannya pada doa. Mazmur dan Doa Bapa Kami menjadi kesayangannya. Marilah kita mempelajari keduanya.
Mazmur
Menurut Calvin, menyanyikan Mazmur dalam ibadah merupakan ungkapan doa segenap jemaat yang sedang menyembah Tuhan. Kitab Mazmur secara jujur mengungkapkan pengalaman hidup orang percaya. Hidup manusia tidak selalu lancar dan mulus. Bahkan setelah seseorang dilahirbarukan pun, tidak ada jaminan sama sekali bahwa hidupnya kini ada di “negeri di awan.” Karena itu, Mazmur memiliki peran penting dalam kehidupan pribadi maupun komunal kaum beriman. Dalam kitab ini, suasanan emosi dibuka dengan blak-blakan: sukacita dan ucapan syukur, ratap kesedihan dan kecemasan yang menjadi akibat dari situasi kritis. Ya, sebagian mazmur mengungkapkan luapan pujian kepada Allah, tetapi beberapa lagi menyatakan keluh kesah kepada Allah. Bahkan ada sebagian lagi yang mengungkapkan “pemberontakan” atau protes keras kepada Allah.
Ketika membaca Mazmur, kita akan belajar banyak hal. Hidup bersama Tuhan itu seperti spiral, dan kita mengalami banyak fase dalam hidup kita:
(a) aman dan terkendali (being securely oriented)
(b) menderita dan kehilangan kendali (being painfully disoriented)
(c) kembali dalam kendali (being surprisingly reoriented)
Dengan memahami fase-fase ini, maka kita akan memahami bahwa tidak ada satu bagian pun dalam hidup orang percaya yang dapat dianggap remeh oleh Tuhan. Tuhan menerima suka cita kita. Tuhan pun menerima keluh-kesah dan derita kita. Perhatikan contoh Mazmur 13; 22; 88.
Dengan demikian, doa merupakan ungkapan tulus seorang beriman kepada Allahnya. Dalam iman Kristen, seseorang didorong untuk berani mengungkapkan perasaan-perasaannya yang terdalam.
Doa Bapa Kami (Matius 6.9-13)
Hampir setiap Katekismus Reformed mencantumkan Doa Bapa Kami. Mengapa? Sebab doa ini merupakan salah satu doa yang merangkum inti kehidupan Kristen: hidup yang berpusat kepada Allah. Doa Bapa Kami bukan semacam azimat ampuh untuk diulang-ulang. Doa ini semacam model atau maket rumah dari sebuah perusahaan real-estate.
Dalam Doa Bapa Kami, poin-poin penting yang tidak boleh dilupakan oleh seorang Kristen adalah:
1. Nama Allah Kudus. Nama Allah adalah kuasa Allah, otoritas Allah. Arti “menguduskan” yaitu memisahkan atau mengkhususkan untuk tujuan tertentu. Bukankah nama Allah itu sudah pasti kudus? Bukankah manusia tidak mungkin menambah barang setitik pun kekudusan Allah? Benar! Sebagaimana pujian tak mungkin menambah kemuliaan Allah, seolah-olah sebelumnya 80% menjadi 90%; memuji dan memuliakan Allah merupakan tugas umat. Demikian pun, memohon supaya Allah menguduskan nama-Nya sendiri adalah tugas umat. Dampak pengudusan ini bukan pada Allah, tetapi pada kekudusan hidup umat.
2. Kerajaan Allah datang. Kerajaan Allah adalah kemerajaan Allah. Atau, pemerintahan Allah, yang dicirikan oleh kedamaian, shalom atau eirene. Prinsip Kerajaan Allah itu sudah datang ketika Yesus Kristus menggenapkan karya kemanusiaan-Nya di atas salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Tetapi, Kerajaan Allah itu belum mencapai kepenuhannya. Kepenuhan ini akan datang manakala Kristus datang kembali untuk menyempurnakan ciptaan dan mewujudkan tatanan baru yang berwelas-asih, benar, adil dan kudus. Lalu, mengapa umat diajar untuk berdoa seperti ini? Yaitu bahwa umat diingatkan selalu bahwa mereka adalah mitra kerja Allah dalam mewujudkan Kerajaan Allah itu.
3. Kehendak Allah dijalankan. Doa memang sebuah pekerjaan yang berat. Hal yang membuat doa terasa berat adalah bagaimana membuat pikiran kita berjalan dalam jalur yang sama dengan pikiran-pikiran Allah. Ketika kita beranggapan bahwa doa adalah cara atau sarana untuk mencapai tujuan-tujuan kita, maka kita akan mendapati bahwa berdoa itu membuat kita frustrasi, dan jawaban-jawaban doa sangat mengecewakan.
Sebaliknya, bila kita menyadari bahwa doa adalah cara atau sarana untuk mendekatkan diri kita kepada karunia dan janji yang Allah berikan melalui karya Yesus yang sempurna di kayu salib, maka kita dapat yakin penuh bahwa doa kita tidak sia-sia. Kita akan menggunakan karunia dan janji itu untuk memuliakan Allah dan menjalankan kehendak-Nya.
No comments:
Post a Comment