Pendahuluan
Pada tahun 1900, hampir 77% jumlah orang Kristen berada Di Eropa dan Amerika Utara. Namun pada tahun awal 2000, hanya tinggal 37% yang ditemukan di sana. Para sosiolog menganalisis bahwa sampai tahun 2025, kecenderungan ini akan terus berlangsung. Dari total seluruh pemeluk Kristen, 31% adalah pengikut Pentakosta dan Kharismatik.
Apa yang disebut sebagai “kharismatik”? Kata ini dikembangkan dari kata Yunani kharismata, yang berarti “karunia-karunia” (bentuk tunggalnya kharisma). Lebih khusus, artinya adalah karunia-karunia rohani bagi gereja yang diberikan oleh Kristus, Sang Tuhan Gereja. Satu ciri gereja kharismatik adalah adanya “alergi” terhadap hal-hal ritual-dogmatis, digantikan dengan kebebasan dan dinamika roh yang nampak dalam fenomena spiritual. Antusiasme, gelora semangat yang menggebu-gebu serta gejala-gejala supranatural mewarnai spiritualitas kharismatik. Oleh sebab hal ini, maka pengalaman pribadi diberi ruang yang sangat luas, sedangkan penalaran teologis diminimumkan. Bila dalam kekristenan tradisional, pendekatan berteologi dilaksanakan dengan
Pada tahun 1900, hampir 77% jumlah orang Kristen berada Di Eropa dan Amerika Utara. Namun pada tahun awal 2000, hanya tinggal 37% yang ditemukan di sana. Para sosiolog menganalisis bahwa sampai tahun 2025, kecenderungan ini akan terus berlangsung. Dari total seluruh pemeluk Kristen, 31% adalah pengikut Pentakosta dan Kharismatik.
Apa yang disebut sebagai “kharismatik”? Kata ini dikembangkan dari kata Yunani kharismata, yang berarti “karunia-karunia” (bentuk tunggalnya kharisma). Lebih khusus, artinya adalah karunia-karunia rohani bagi gereja yang diberikan oleh Kristus, Sang Tuhan Gereja. Satu ciri gereja kharismatik adalah adanya “alergi” terhadap hal-hal ritual-dogmatis, digantikan dengan kebebasan dan dinamika roh yang nampak dalam fenomena spiritual. Antusiasme, gelora semangat yang menggebu-gebu serta gejala-gejala supranatural mewarnai spiritualitas kharismatik. Oleh sebab hal ini, maka pengalaman pribadi diberi ruang yang sangat luas, sedangkan penalaran teologis diminimumkan. Bila dalam kekristenan tradisional, pendekatan berteologi dilaksanakan dengan
firman + penafsiran + penerapan kontekstual
maka kekristenan kharismatik:
pengalaman + kesejajaran alkitabiah + perohanian
Meskipun makin banyak cendekiawan kharismatik yang menuliskan rumusan teologis, bahkan teologi sistematik, namun aras akar-akar rumput (grass roots) nampaknya tidak pernah sampai tersentuh oleh pemahaman teologis yang diharapkan. Sehingga, tidak ada patron teologis dalam gerakan kharismatik. Tetap saja, doktrin-doktrin alkitabiah adalah sekunder, sedangkan pengalaman akan Allah secara pribadi menjadi sangat menonjol. Oleh karena sifat longgarnya inilah maka di dalam tubuh gerakan kharismatik banyak terdapat cabang dan sub-cabang dengan berbagai sebutan: revival, renewal, Third Wave, Charismatic Wave, Healing, Miracles, Signs and Wonders, dan lain-lain.
Dalam pada itu, kita pun perlu mengajukan apresiasi terhadap gerakan ini, oleh sebab di dalamnya kita akan menjumpai suatu hasrat yang menggelora serta tekad bulat untuk mendukung pekerjaan misi secara global; mengalami Allah secara pribadi dalam kehidupan devosional yang diperkaya, ibadah yang antusias dan meriah, serta kehidupan moral yang diperbarui secara radikal; dan juga penantian yang sepenuh hati terhadap kembalinya Kristus.
Pemahaman yang baik dan objektif terhadap gerakan ini perlu didapatkan dengan menelisik akar historisnya. Gerakan ini tidak muncul dengan sendirinya. Sejak abad II M. telah ada cikal bakal gerakan Pentakosta dan Kharismatik, terus melaju ke abad Reformasi, Metodisme, Gerakan Kekudusan, Pentakosta Klasik (awal abad XX), dan Pentakosta Baru atau Kharismatik (tahun 1960-an), Kharismatik Baru dan Gelombang Ketiga (1980 – sekarang).
No comments:
Post a Comment