STRES DAN TUBUH 2
Bila kita bekerja di bawah tekanan tanpa diimbangi waktu istirahat yang cukup, kita ibarat menghadapi musim kering dengan tangki air yang bocor. Kadang-kadang kita bekerja keras tanpa menyediakan ruang untuk menyimpan energi apa-apa. Dan, ketika dalam tubuh kita tidak tersimpan energi, kita akan mudah stres. Apalagi para pelayan Allah dan gembala jemaat.
Coba perhatikan kata-kata pemazmur, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah; sebab diberikan-Nya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mzm. 127.1-2). Masalah-masalah rohani mengenai kepercayaan dan menyerah kalah muncul dari balik mata yang letih dan kurang tidur.
Tidur mengandung fungsi praktis dan fisis. Tubuh kita memerlukan istirahat. Kita membutuhkan suatu cadangan energi dalam menghadapi saat-saat stres, suatu energi yang diperoleh melalui tubuh yang beristirahat. Lebih jauh, gaya tidur kita—dalam arti tertentu—mencerminkan cara hidup kita. Memang benar bahwa jumlah waktu tidur yang diperlukan oleh setiap orang bervariasi dan juga benar bahwa beberapa orang mempunyai faktor-faktor biologis yang mempengaruhi jumlah waktu tidur mereka, namun gaya tidur kita menyatakan sesuatu tentang bagaimana kita menjalankan hidup kita ini. Tidur terlalu kurang atau tidur terlalu banyak mengisyaratkan kepada kita bahwa kita memilih untuk hidup dengan bak-bak penampung yang bocor daripada hidup dengan bak yang utuh.
Bila kita bekerja di bawah tekanan tanpa diimbangi waktu istirahat yang cukup, kita ibarat menghadapi musim kering dengan tangki air yang bocor. Kadang-kadang kita bekerja keras tanpa menyediakan ruang untuk menyimpan energi apa-apa. Dan, ketika dalam tubuh kita tidak tersimpan energi, kita akan mudah stres. Apalagi para pelayan Allah dan gembala jemaat.
Coba perhatikan kata-kata pemazmur, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah; sebab diberikan-Nya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (Mzm. 127.1-2). Masalah-masalah rohani mengenai kepercayaan dan menyerah kalah muncul dari balik mata yang letih dan kurang tidur.
Tidur mengandung fungsi praktis dan fisis. Tubuh kita memerlukan istirahat. Kita membutuhkan suatu cadangan energi dalam menghadapi saat-saat stres, suatu energi yang diperoleh melalui tubuh yang beristirahat. Lebih jauh, gaya tidur kita—dalam arti tertentu—mencerminkan cara hidup kita. Memang benar bahwa jumlah waktu tidur yang diperlukan oleh setiap orang bervariasi dan juga benar bahwa beberapa orang mempunyai faktor-faktor biologis yang mempengaruhi jumlah waktu tidur mereka, namun gaya tidur kita menyatakan sesuatu tentang bagaimana kita menjalankan hidup kita ini. Tidur terlalu kurang atau tidur terlalu banyak mengisyaratkan kepada kita bahwa kita memilih untuk hidup dengan bak-bak penampung yang bocor daripada hidup dengan bak yang utuh.
No comments:
Post a Comment