Gereja yang Terorganisasi dan Penggembalaan dalam Gereja Reformed
Calvin mempercayai bahwa pengorganisasian Gereja Kristen sangatlah penting bagi pemeliharaan kehidupan iman umat yang akan menumbuhkan ketaatan mereka kepada Allah. Struktur yang kelihatan dari gereja serta segala prosedur yang ditetapkan bagi peribadatan gereja merupakan sarana-sarana anugerah dan harus diterapkan selaras dengan karya Roh Kudus. Sebab itu, Calvin serta para penerusnya bukanlah orang-orang yang anti struktur gereja. Namun, struktur gerejawi bukan hal yang penting dalam dirinya sendiri, tetapi sebagai sarana-sarana anugerah.
Fokus perhatian Calvin terhadap pengorganisasian gereja adalah penggembalaan dan untuk “pemulihan jiwa-jiwa.” Calvin tak hanya menulis mengenai tugas-tugas gembala dalam struktur gereja, tetapi lebih dari itu semua, Calvin sendiri menjadi pendeta. Dalam tugas-tugas di Gereja Jenewa, ia menyediakan diri untuk mengunjungi para narapidana dan orang-orang sakit, dan mengajar katekisasi serta khotbah persiapan Perjamuan Kudus.
Pengakuan dosa dan janji pengampunan, yang selalu ada dalam ibadat mingguan, juga diberlakukan dalam perjumpaan antara orang Kristen dengan orang Kristen lainnya, ataupun secara khusus, dalam tugas-tugas penggembalaan bagi para pelayan firman.
Para diaken ditetapkan sebagai pelayanan welas asih bagi orang-orang yang berduka, pengampunan bagi orang-orang yang berdosa, dan membantu orang-orang yang sakit dan membutuhkan; dengan tujuan utama untuk membarui kehidupan umat hingga serupa dengan gambaran Kristus.
Penggembalaan tak hanya bertujuan untuk memberikan penghiburan dan pernguatan, tetapi mengarahkan hidup warga gereja. Dalam berpuluh-puluh surat yang ia kirimkan, Calvin menunjukkan perhatiannya sebagai seorang gembala bagi seluruh Eropa, tak hanya memberikan penghiburan tetapi juga mengundang orang-orang Kristen untuk terlibat dalam pelayanan yang berkobar-kobar serta berisiko, bagi Allah yang Berkuasa.
Jean-Daniel Benoit, dalam buku yang sangat penting, Calvin: Director of Souls, menemukan bahwa Calvin pertama-tama adalah seorang gembala dan kemudian seorang teolog, atau lebih baik dikatakan, bahwa ia adalah seorang teolog supaya untuk menjadi seorang gembala. Ia juga berkesimpulan bahwa adalah selaku gembalalah—dan bukan sebagai seorang teolog, pengorganisasi gereja, atau seseorang yang berkepribadian kuat—Calvin telah berhasil mempengaruhi sejarah. Sebab dalam menuntun jiwa-jiwa, Calvin tak hanya menitikkan perhatian pada keselamatan orang per orang; tetapi ia juga mempersatukan keselamatan ini dengan antisipasi akan kehadiran kemerajaan Yesus Kristus.
TERPUJILAH ALLAH!
Calvin mempercayai bahwa pengorganisasian Gereja Kristen sangatlah penting bagi pemeliharaan kehidupan iman umat yang akan menumbuhkan ketaatan mereka kepada Allah. Struktur yang kelihatan dari gereja serta segala prosedur yang ditetapkan bagi peribadatan gereja merupakan sarana-sarana anugerah dan harus diterapkan selaras dengan karya Roh Kudus. Sebab itu, Calvin serta para penerusnya bukanlah orang-orang yang anti struktur gereja. Namun, struktur gerejawi bukan hal yang penting dalam dirinya sendiri, tetapi sebagai sarana-sarana anugerah.
Fokus perhatian Calvin terhadap pengorganisasian gereja adalah penggembalaan dan untuk “pemulihan jiwa-jiwa.” Calvin tak hanya menulis mengenai tugas-tugas gembala dalam struktur gereja, tetapi lebih dari itu semua, Calvin sendiri menjadi pendeta. Dalam tugas-tugas di Gereja Jenewa, ia menyediakan diri untuk mengunjungi para narapidana dan orang-orang sakit, dan mengajar katekisasi serta khotbah persiapan Perjamuan Kudus.
Pengakuan dosa dan janji pengampunan, yang selalu ada dalam ibadat mingguan, juga diberlakukan dalam perjumpaan antara orang Kristen dengan orang Kristen lainnya, ataupun secara khusus, dalam tugas-tugas penggembalaan bagi para pelayan firman.
Para diaken ditetapkan sebagai pelayanan welas asih bagi orang-orang yang berduka, pengampunan bagi orang-orang yang berdosa, dan membantu orang-orang yang sakit dan membutuhkan; dengan tujuan utama untuk membarui kehidupan umat hingga serupa dengan gambaran Kristus.
Penggembalaan tak hanya bertujuan untuk memberikan penghiburan dan pernguatan, tetapi mengarahkan hidup warga gereja. Dalam berpuluh-puluh surat yang ia kirimkan, Calvin menunjukkan perhatiannya sebagai seorang gembala bagi seluruh Eropa, tak hanya memberikan penghiburan tetapi juga mengundang orang-orang Kristen untuk terlibat dalam pelayanan yang berkobar-kobar serta berisiko, bagi Allah yang Berkuasa.
Jean-Daniel Benoit, dalam buku yang sangat penting, Calvin: Director of Souls, menemukan bahwa Calvin pertama-tama adalah seorang gembala dan kemudian seorang teolog, atau lebih baik dikatakan, bahwa ia adalah seorang teolog supaya untuk menjadi seorang gembala. Ia juga berkesimpulan bahwa adalah selaku gembalalah—dan bukan sebagai seorang teolog, pengorganisasi gereja, atau seseorang yang berkepribadian kuat—Calvin telah berhasil mempengaruhi sejarah. Sebab dalam menuntun jiwa-jiwa, Calvin tak hanya menitikkan perhatian pada keselamatan orang per orang; tetapi ia juga mempersatukan keselamatan ini dengan antisipasi akan kehadiran kemerajaan Yesus Kristus.
TERPUJILAH ALLAH!
No comments:
Post a Comment