PRIBADI YANG PALING BERPENGARUH
Dalam sejarah manusia, tidak ada satu tokoh pun yang lebih berpengaruh, sekaligus kontroversial selain Yesus dari Nasaret. Para pengikut-Nya menyebut Dia “Tuhan.” Orang yang membenci-Nya menyebut Dia “orang gila.” Kaum liberal menyebut Dia “Guru moral.” Golongan konservatif menyebut Dia vere Deus, vere homo, “Allah sejati-manusia sejati.” Kalender yang dipakai di sebagian besar antero jagad disusun berdasarkan penganggalan solar system (sistem peredaran planet mengelilingi matahari), serta memakai gelar-Nya: Anno Domini (Tahun Tuhan) dan kita di sini mengenalnya “Tahun Masehi.” Di setiap zaman, kehidupan-Nya mengundang enigma dan teka-teki. Kebangkitan-Nya digugat. Perkataan-Nya dipotong-potong dan direka ulang. Namun betapa pun banyak pemuja dan penghujat-Nya, kenyataannya toh tak terbantahkan: Yesus yang satu ini telah membawa pengaruh besar!
Pengaruh yang sangat besar dari pribadi yang satu ini adalah dalam diri St. Fransiskus dari Asisi. Pada tahun 1926, di Asisi, Italia tengah, diadakan peringatan 700 tahun kelahiran St. Fransiskus. Sekitar dua juta manusia memadati perhelatan akbar ini. Pada puncak peringatan ini, Paus Pius XI secara resmi menegaskan kasak-kusuk yang beredar pada zaman itu, bahwa Fransiskus adalah seorang alter Christus, atau “Kristus yang Kedua.” Hidup Fransiskus sangat dekat dengan Kristus, dan hampir-hampir ia menyerupai Sang Guru Agung.
Apakah sesungguhnya pengaruh Yesus terhadap St. Fransiskus? John Stott dalam buku The Incomparable Christ (2001:134) mengemukakan dua alasan. Pertama, ajaran Yesus, yaitu panggilan-Nya untuk menyangkal diri sendiri serta misi yang diembankan kepada kedua belas murid-Nya. Kedua, dan yang jauh lebih penting, yaitu kerinduan Fransiskus untuk meniru sedetail mungkin dan seketat mungkin kehidupan Yesus. Bagi Fransiskus, kelahiran Kristus di dalam palungan merupakan ungkapan tertinggi dari pengosongan diri Sang Putra Allah.
Kelahiran Yesus pernah terlupakan oleh gereja. Waktu 3 atau 4 abad berlalu begitu saja, tanpa seorang pun memedulikan kelahiran Kristus. Rumor banyak beredar pada waktu itu, bahwa Kristus melintasi angkasa dengan mengendarai sebuah kereta, laksana dewa matahari. Dan, oleh karena orang Kristen beribadah pada Sun-day (Minggu) dan menghadap timur untuk melakukannya, orang-orang mengira bahwa orang Kristen menyembah matahari. Baru pada abad ke-4, gereja mulai memakai tanggal 25 sebagai peringatan Natal, menginkulturasikan perayaan Natalis invicti, yaitu kelahiran dewa matahari yang jatuhnya tepat di hari di mana siang hanya berlangsung beberapa jam dan malam terasa begitu panjang.
Bagaimanakah kelahiran Kristus yang menimbulkan banyak pertanyaan di hati kita ini berhasil mengubah hidup St. Fransiskus? Jawabnya adalah, Fransiskus menemukan inspirasi di dalam kelahiran Kristus. M. A. Habig, penulis biografi St. Fransiskus berkata, “[Francis] spoke charming words concerning the nativity of the poor King and the little town of Bethlehem.”
No comments:
Post a Comment