Friday, January 25, 2008
Katolik Roma: Bagaimana Saya Memandang Saudara Tua? (4)
Sama di Mana?
Bila kaum Injili mengakui diri sebagai pewaris tradisi kerasulan, maka kita pun ingat bahwa Katolik Roma pun mengakui hal yang sama. Di mana tradisi kerasulan itu nampak? Dalam jabaran Pengakuan Iman Rasuli. Bukan ditulis oleh para rasul sendiri, namun saripati pemikiran para rasul sebagai saksi-saksi Kristus nyata di situ. Bila kita memiliki pengakuan iman yang sama, maka tanpa diragukan lagi, antara Katolik Roma dan Protestan adalah bersaudara.
Kendati demikian, mendiang Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya yang berturut-turut keluar mengenai kesatuan gereja, ke-Tuhanan Yesus, dan ekaristi, dalam tafsir saya, mempersempit lingkup gereja, sebagaimana yang tercermin dalam semangat aggiornamento Paus Yohanes XXIII yang dilanjutkan oleh Paus Paulus VI, dan diputuskan dalam konstitusi Konsili Vatikan II Unitatis Redintegratio. Yang disebut saudara muda adalah Gereja Ortodoks Timur dan Rusia. Implikasinya, gereja Protestan bukan termasuk di dalamnya. Hal ini saya sayangkan. Tetapi di sisi lain, upaya keras Paus untuk terbuka dengan gereja-gereja lain, mengundang para pemimpin gereja ke Vatikan untuk mengadakan dialog dan mengangkat sejumlah kardinal dalam Pontifical for Promoting Christian Unity patut disambut baik dan didukung oleh gereja-gereja Protestan. Dulu badan ini diketuai oleh Kardinal Walter Kasper, yang sangat bersemangat untuk penyatuan gereja Tuhan.
Menyadari bahwa gereja itu mewarisi tradisi kerasulan, dalam hemat saya, adalah lebih damai dan tepat bila kita semeja perjamuan Tuhan dengan saudara Katolik ketimbang dengan gereja-gereja yang bersifat esoteris, nyentrik dan yang membuat doktrin sakramen secara mistis. Roti dan anggur menyembuhkan. Baptis menyelamatkan. Cara baptis harus diselamkan. Ada karunia kedua setelah baptis air, yakni baptis Roh Kudus. Sementara itu, pengakuan iman yang katolik (am) tidak dikenal dan ibadah yang sangat menonjolkan aspek emosionalnya.
Dari pergumulan intelektual secara pribadi, pengenalan mengenai Katolik Roma saya temukan setelah saya mengambil jalan memutar mengenali Ortodoks Timur dan Rusia terlebih dahulu. Vladimir Lossky dan John Zizioulas menyentakkan hati saya untuk kembali melihat pentingnya tradisi gereja, dan pengajaran bapa-bapa gereja. Dari sejarah Reformasi, Calvin adalah murid bapa-bapa gereja! Dan, ia dipengaruhi sekali oleh Bapa-bapa dari Kapadokia (Basilius, Gregorius dan Gregorius Nazianzen). Hal ini nyata dalam doktrin mengenai perjamuan Tuhan. Calvin masih merupakan kampiun dalam mengkaji doktrin Perjamuan Tuhan. Nah, barulah terang bagaimana saya menilik pemikiran Katolik Roma, dan mengapa saya tidak ragu untuk terbuka dengan Katolik Roma, bahkan dalam aras doktrinal dan kerja sama institusional. Katolik Roma adalah kakak komunitas iman saya.
Akhirnya, kalau ada yang bertanya kepada saya: Dimungkinkankah kesatuan gereja secara nyata? Jawaban saya, bukan mungkin atau mustahil, tetapi saya yakin akan kesatuan gereja, dan saya akan memperjuangkannya. Saya seorang Injili. Namun saya juga seorang ekumenis. Apakah dua hal ini berkontradiksi? Sederhana. Saya hanya mengingat doa Tuhan Yesus Kristus bagi Gereja-Nya, “Sed ut unum sint.” ("Tetapi supaya mereka menjadi satu!")
TERPUJILAH ALLAH!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pemikiran menarik. Akan jadi salah satu bahan acuan saya ketika nanti saya memikirkan mengenai Roma Katolik. Thanks!
ReplyDeletePembahasan singkat yang menarik!!
ReplyDeleteMungkin perlu juga mas,untuk diPA kan di Korem..
Menurutku banyak orang Kristen yang berada di tengah jalan ketika dihadapkan pada hubungan 'Kristen-Katolik'.. Merci!