Minggu-minggu yang Berharga
Minggu I, kita sebut sebagai Minggu Doksologi. Kita membuka Minggu I dengan votum yang isinya suatu pengakuan iman, bahwa Tuhan adalah pencipta langit dan bumi. Alkitab kita dibuka dengan kalimat, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Perhatikan, di halaman pertama Alkitab, pernyataan pokoknya adalah Allah sebagai Pribadi, yang melakukan suatu tindakan agung, yakni menciptakan langit dan bumi. Minggu I mengundang kita untuk menghayati keberadaan kita sebagai ciptaan (bahkan mahkota ciptaan) di hadapan Allah. Kita ada sebagaimana kita ada, adalah oleh sebab Tuhan yang menjadikan kita.
Minggu II, ibadah kita dibuka dengan Pengakuan Dosa yang dipimpin oleh seorang pengurus. Pelayan firman belum menempatkan diri di mimbar. Di sini segera kita diajak untuk mengingat, bukan hanya kita ini diciptakan oleh Allah, tetapi juga adalah makhluk yang telah jatuh ke dalam dosa. Oleh sebab manusia, maka semua ciptaan berada di bawah kutuk Tuhan. Manusia memilih jalannya sendiri, dan menolak Allah sebagai Junjungan dan sesembahan yang patut dipuji dan dimuliakan. Karena itu, dengan kembali merendahkan diri di hadapan Allah, kita memohon pemulihan dan pembaruan hidup dari Tuhan, dan membuka diri kita kembali untuk Tuhan utus ke dalam dunia sebagai saksi-Nya, membawa berkat dan terang Allah bagi dunia. Maka, Minggu II kita sebut sebagai Minggu Hidup Baru.
Minggu III kita memasukkan berbagai lagu dari belahan dunia. Kita sebut sebagai Minggu Segala Bangsa. Kita mengingat Abraham, yang dipanggil Allah untuk memberkati orang-orang di sekitarnya. Kita mengingat panggilan Israel untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa, selepas dari penindasan dan perbudakan Mesir. Kita mengingat Yesus Kristus adalah Terang yang Sejati, dan Ia pernah berkata kepada murid-murid-Nya, “Kamu adalah terang dunia!” Kita mengingat gereja yang telah ditebus oleh darah Kristus sebagai ciptaan baru sekaligus terang. Kita pun mengingat, pada hadirnya Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya di atas bumi, segala bangsa akan berjalan di dalam terangnya. Dengan menetapkan Minggu III sebagai Minggu Segala Bangsa, kita dipanggil oleh Allah untuk menjadi saksi-saksi-Nya, mulai dari yang paling kecil dahulu, yaitu di tempat tinggal kita, di sekolah kita, kepada mereka yang belum mengenal Allah dan Juruselamat yang sejati.
Minggu IV adalah Minggu Taizé. Taizé adalah suatu persekutuan (tarekat) biarawan di dekat Burgundy, Prancis Tengah, yang didirikan oleh seorang pendeta Calvinis Prancis, Roger Schutz, dan mengabdikan diri untuk hidup melajang dan mendisiplin diri dalam berdoa dan bekerja. Taizé didirikan sebagai pelambang untuk rekonsiliasi dan perdamaian. Kiprah Taizé dalam rekonsiliasi dunia tidak diragukan. Banyak bruder yang berani pergi di tengah-tengah konteks yang bergolak. Namun yang menarik, Taizé menjadi daya tarik besar bagi kaum muda. Ribuan kaum muda datang dari berbagai belahan dunia pada tiap tahunnya, khususnya pada waktu musim panas untuk berdoa.
Taizé menjadi pelambang rekonsiliasi dan perdamaian. Sedangkan Kerajaan Allah adalah perdamaian. Sampai datangnya Kerajaan Allah itu, kita diajak untuk melihat Taizé sebagai simbolo di pace, lambang perdamaian. Lagu-lagunya yang pendek, dan menyejukkan hati, membuat para penyembah menjadi damai dan tenang dalam jiwa. Doa-doa dan keheningan yang tercipta, memotivasi orang untuk mendoakan bukan hanya kebutuhan pribadi, tetapi juga orang lain bahkan derita dunia. Menjadikan Minggu IV sebagai Minggu Taizé, mengajak kita untuk bergiat di dalam aktivitas untuk mewujudkan perdamaian di muka bumi ini, sebagai antisipasi Kerajaan Allah yang akan datang.
Minggu V, yang tidak ditemukan tiap bulan, tetapi hanya sesekali, seharusnya membuat kita mengharapkan kedatangannya. Bila Minggu itu datang, ada sukacita yang meluap, suatu kegembiraan dan antusiasme yang memuncak. Minggu V menjadi Minggu Kemenangan bagi kita, sekaligus menjadi Minggu perjamuan. Di dalam Alkitab, kemenangan itu digambarkan dengan sebuah pesta perjamuan mahaakbar. Minggu V pun seharusnya menjadi Minggu yang seperti ini, yang kita nanti-nantikan kedatangan-Nya.
Dengan demikian, kita telah menata Minggu-minggu kita sebagai suatu rangkaian cerita besar yang diilhami dari Kitab Suci sendiri: penciptaan-kejatuhan-rekonsiliasi-kesaksian- perdamaian-kemenangan. Plot kisah besar inilah yang seharusnya membentuk jati diri kita sebagai kaum muda, remaja Kristen yang mengenal kebenaran iman yang utuh. Kebenaran itu bukan hanya untuk diingat, dihapalkan, dinalar dengan logika, tetapi juga dihidupi, sehingga satu bulan itu menjadi “waktu-waktu puncak” dalam hidup kita.
No comments:
Post a Comment