Jam-jam yang Berharga
Kehidupan tiap hari diwarnai oleh rutinitas kegiatan yang hampir sama dan seragam, begitu-begitu saja. Namun, betapa penting bagi kita untuk mengintegrasikan jam-jam dalam satu hari, sehingga periode 24 jam itu mempunyai makna.
Pagi hari, hendaknya dimulai dengan Saat Teduh. Saat Teduh dimaksudkan agar kita mendengarkan suara Allah melalui firman dan perenungan. Setelah membaca dan merenungkan firman, ambillah waktu untuk hening. Dalam doa kita terlampau sering berbicara kepada Allah, tetapi jarang sekali kita mengizinkan Allah berbicara kepada kita. Maka, hendaklah kita tidak tergesa-gesa bila berdoa. Perbanyaklah waktu untuk diam, hening, dan mengucap syukur. Di antara kata-kata yang keluar dari mulut kita, berilah ruang kosong—tanpa kata-kata—untuk mendengarkan suara Allah.
Dilanjutkan dengan aktivitas setengah hari, atau lebih, untuk belajar di sekolah dan kegiatan-kegiatan sehari. Kegiatan-kegiatan ini adalah tugas manusia untuk “bekerja.” Kita tahu bahwa Allah menciptakan manusia dalam gambar dan rupanya untuk bekerja. Setelah semuanya diciptakan, dan Allah mendeklarasikan dengan sabda-Nya bahwa semua ciptaan-Nya itu “sungguh amat baik,” manusia mendapat panggilan Allah untuk “memelihara” taman Eden. Manusia mengelola sesuatu yang menjadi kepunyaan Allah. Manusia bekerja untuk Allah. Dapat disimpulkan, “bekerja” juga berarti melayani (atau beribadah) Allah.
Imbangan yang Allah berikan kepada manusia adalah beristirahat. Kerja dan istirahat. Aktivitas dan rekreasi. Dua hal ini harus seimbang dalam kehidupan. Allah tidak menghendaki manusia menjadi “gila kerja” tanpa istirahat sedikit pun. Alkitab menyebutnya “tamak.” Tetapi Allah pun melarang manusia beristirahat terus, dan tidak bekerja apa-apa. Alkitab menyebutnya “pemalas.” Kesaksian firman Tuhan bahkan menyatakan, bila ada orang yang tidak bekerja, hendaklah ia tidak makan.
Dalam sehari, berbaring, merelaksasikan otot-otot yang tegang, mendinginkan otak yang panas karena dipakai berpikir seharian, mendengarkan musik berirama lembut (bukan musik rock, underground dan sejenisnya), atau sekadar duduk santai sambil menghirup secangkir kopi panas atau teh adalah kebutuhan tiap-tiap manusia. Mungkin ditambah membaca novel, cergam, komik atau bacaan-bacaan ringan lainnya.
Singkatnya, aturlah irama hidup tiap-tiap hari. Tuhan bukan Allah yang menghendaki kekacauan, tetapi keteraturan. Allah kita menciptakan ritme kehidupan berbarengan dengan penciptaan langit dan bumi serta segala isinya, suatu ritme yang dibungkus dan diikat dengan Sabda-Nya yang penuh kuasa.
No comments:
Post a Comment