KESIMPULAN DAN PENUTUP
Pertama, doktrin ketekunan orang-orang kudus tidak mengajarkan bahwa tiap-tiap orang yang menjadi Kristen pasti diselamatkan. Berkali-kali Alkitab menyatakan, sedemikian banyak orang-orang yang ingin hidup berdasarkan kemampuannya sendiri pada akhirnya akan terhilang (bdk. Matius 12:20-22). Demikian pula, tidak setiap orang yang menyeru-nyerukan nama Tuhan akan diselamatkan (Mat. 7:21-23).
Kedua, doktrin ketekunan orang-orang kudus tidak menuntun kepada hidup yang sembrono dan bualan-bualan diri yang arogan. Setiap orang Kristen sejati yang mengejar kekudusan hati dan kasih kepada sesama, melakukan semua ini bukan untuk mengejar keselamatan, tetapi merupakan bukti autentik bahwa ia telah dilahirbarukan, menerima Kristus secara pribadi, dan bahwa jiwanya telah aman di dalam Tuhan.[1]
Ketiga, orang yang sudah dilahirbarukan, bisa saja berpaling dari Allah, serta jatuh ke dalam dosa. Jika ini yang terjadi, maka mereka melawan natur kehidupan mereka yang baru, dan Roh Kudus meyakinkan mereka mengenai dosa mereka (Yoh. 16:8), dan mendesak mereka untuk bertobat dan dipulihkan untuk hidup dalam kebenaran hubungan dengan Allah kembali. Mereka yang benar-benar telah dilahirbarukan akan merendahkan diri dan kembali kepada Allah. Mereka akan kembali menyadari bahwa Allah telah menyelamatkan mereka dan merindukan untuk menyenangkan Allah.
Keempat, sebagian kita tentu akrab dengan tanya jawab berikut ini:
Pertanyaan: Apakah satu-satunya penghiburan Saudara, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati?
Jawab: Bahwa badan dan jiwa saya, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati, bukan milik saya, melainkan milik Yesus Kristus, Juruselamat saya yang setia, yang sudah menebus segala dosa saya dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya, dan sudah melepaskan saya dari segala kekuasaan iblis, dan memeliharakan saya, sehingga sehelai rambut pun tidak akan jatuh dari kepala saya, jika tidak dengan kehendak Bapa yang ada di surga, bahkan segala sesuatu sungguh berguna untuk keselamatan saya, maka karena itu juga dengan Roh-Nya yang kudus Ia sudah menjamin hidup yang kekal bagi saya, sehingga mulai dari sekarang ini dengan rela hati saya bersedia menjadi hamba-Nya (Katekismus Heidelberg 1563, P&J 1)[2]
Apakah semua kalimat di atas mempunyai arti apabila ternyata keselamatan itu dapat hilang? Kita tidak akan memiliki penghiburan dalam hidup kini dan kelak!
Kelima, jikalau keselamatan kita dapat hilang, maka benarlah kata-kata Arthur W. Pink berikut ini, “For any of the elect to perish would necessarily entail a defeated Father, who was balked of the realization of his purpose; a dissapointed Son, who would never see the full travail of his soul and be satisfied; and a disgraced Spirit, who had failed to preserve those entrusted to his care. From such awful errors may we be delivered.”[3]
Akhirnya, bila benar bahwa anugerah keselamatan itu mungkin hilang, maka tidak mungkin kita dapat menyanyikan lagu, “Dia tak pernah gagal . . . Dia tak pernah lalai, Dia jamin firman-Nya.” Jikalau keselamatan dapat hilang, maka tidak ada jaminan seorang manusia pun dapat bertahan sampai akhirnya.
· Mampukah Saudara berkata di dalam hati bahwa Saudara sanggup bertahan di dalam iman dengan kehendak bebas Saudara?
· Ataukah Saudara percaya bahwa kekuatan untuk bertahan sampai pada akhirnya itu datangnya dari Allah saja?
Apabila opsi kedua yang Saudara ambil, maka jaminan kekal itu milik Saudara. Tepat benar seperti lirik kidung, “Safe in the Arms of Jesus” karya Frances Jane Crosby, yang digubah pada tahun 1868 bersama sahabat karibnya, William H. Doane, berikut ini:
1
Safe in the arms of Jesus,
Safe on His gentle breast;
There by His love o’ershaded,
Sweetly my soul shall rest.
Hark! ’tis the voice of angels
Borne in a song to me,
Over the fields of glory,
Over the jasper sea.
Refrain:
Safe in the arms of Jesus,
Safe on His gentle breast;
There by His love o’ershaded,
Sweetly my soul shall rest.
2
Safe in the arms of Jesus,
Safe from corroding care,
Safe from the world’s temptations;
Sin cannot harm me there.
Free from the blight of sorrow,
Free from my doubts and fears;
Only a few more trials,
Only a few more tears!
3
Jesus, my heart’s dear Refuge,
Jesus has died for me;
Firm on the Rock of Ages
Ever my trust shall be.
Here let me wait with patience,
Wait till the night is o’er;
Wait till I see the morning
Break on the golden shore.
TERPUJILAH ALLAH!
[1]Membandingkan ini dengan piramida aktualisasi diri dari Abraham Maslow, sebelum seseorang dapat mencapai keadaan “beraktualisasi,” maka piramida paling dasar yang harus ia penuhi adalah kebutuhan jasmani, sesudah itu “rasa aman.” Merenungkan hal ini dalam kaitan dengan keselamatan, maka seseorang dapat melakukan pekerjaan baik yang autentik, yang murni dan tidak punya pamrih, adalah bila jiwanya sungguh-sungguh telah dimerdekakan dari setiap perasaan takut akan masa depan; jiwanya telah aman karena mendapatkan jaminan yang sejati.
[2]Untuk uraian latar belakang sejarah, lihat Lyle D. Bierma et al., An Introduction to the Heidelberg Catechism: Sources, History and Theology, Texts and Studies in Reformation and Post Reformation Thought (Grand Rapids: BakerAcademic, 2005). Untuk tafsir dan renungan, lihat Dr. Zacharias Ursinus, The Commentary of Dr. Zacharias Ursinus on the Heidelberg Catechism, tr. G. W. Willard, A. M. (Philipsburg: Presbyterian and Reformed, 1852); G. I. Williamson, The Heidelberg Catechism: A Study Guide (Philipsburg: Presbyterian and Reformed, 1993).
[3]Arthur W. Pink, Eternal Security (Grand Rapids: Baker, 1974), 84.
No comments:
Post a Comment