KEBANGKITAN YESUS[1]
A. Penguburan Yesus
Orang-orang Roma biasanya sengaja menggantung para narapidana di atas tiang salib selama berhari-hari setelah kematiannya. Hal ini dijadikan sebagai peringatan untuk orang-orang lain, supaya tidak berlaku sama seperti si narapidana. Tetapi di Yudea, pemerintah Roma memberikan penghargaan tersendiri kepada keberatan Yahudi. Sesuai hukum Yahudi, adalah kekejian untuk meninggalkan mayat di atas tiang setelah matahari terbenam, apalagi menjelang hari Sabat. Para pemimpin Yahudi mengutus wakil-wakil mereka kepada Pilatus, untuk meminta agar mayat ketiga orang tersalib itu diturunkan. Tulang kaki kedua penjahat telah diremukkan. Pada waktu ini, Yesus sudah meninggal dunia. Salah satu serdadu, menurut kesaksian Yohanes, menusukkan tombak ke sisi perut-Nya. Yohanes memandang ini sebagai penggenapan nubuat kuno bahwa tulang-tulang-Nya tidak diremukkan, dan bahwa lambungnya ditombak.
Tubuh orang tersalib biasanya diletakkan tanpa upacara keagamaan, tetapi jika keluarga atau sanak famili menghendaki tubuh orang itu dikuburkan, maka biasanya permintaan mereka ini dikabulkan. Dalam kasus Yesus, yang meminta jenasah-Nya justru bukan sanak keluarga atau sahabat-sahabat-Nya, tetapi salah satu anggota Dewan Sanhedrin, Yusuf dari Arimatea. Ia adalah seorang simpatisan ajaran Yesus mengenai Kerajaan Allah, dan dengan berani ia meminta kepada Pilatus agar tubuh Yesus dikuburkan. Ia mempunyai satu pekuburan yang baru. Permintaannya dikabulkan. Waktunya sangat mendesak, sebab Sabat sudah mulai dengan terbenamnya matahari (mulai pukul 18.00 petang), dan tidak ada yang boleh dikerjakan lagi sampai Minggu pagi.
B. Kubur yang Kosong
Pada pagi-pagi benar, Maria Magdalena dan beberapa orang perempuan, yang mengikuti Yesus dari Galilea ke Yerusalem, datang ke kubur Yesus untuk memberi penghormatan terakhir (sebab, hal ini tidak boleh dilakukan pada hari Jumat malam). Dengan kecewa, mereka melihat kubur itu kosong, dan serta-merta berpikir bahwa tubuh Yesus telah dicuri atau dipindahkan.
Bilamana mengakui kebangkitan Yesus, orang-orang Kristen tidak pernah menyebutkan masalah “kubur-Nya telah kosong.” Mereka mengacu kepada fakta, bahwa pada hari pertama Minggu itu, Yesus menampakkan diri kepada para murid, bahwa Ia telah bangkit. Ia hidup kembali! Ia hidup untuk selama-lamanya.
Orang-orang Kristen perdana tidak percaya bahwa Kristus sudah bangkit oleh karena mereka tidak dapat menemukan tubuh-Nya di dalam kubur. Mereka percaya karena mereka telah berjumpa dengan Kristus yang hidup. Ketika memberitakan Kristus yang bangkit, mereka tidak pernah mengatakan, “Kami telah menemukan kubur-Nya kosong!”, tetapi “Kami telah melihat Dia hidup.” Kebangkitan Kristus dan kesaksian mereka bahwa Ia hidup mempunyai implikasi bahwa kubur-Nya telah kosong.
Ketika kubur-Nya telah dibuka dan dijumpai telah kosong, bisa saja orang beranggapan bahwa tubuh-Nya tidak pernah diletakkan di sana atau telah dicuri. Maria Magdalena menangis. Ia menyangka ada orang yang telah mengambil tubuh Tuhannya (Yoh. 20:13). Ia berpikir bahwa seorang tukang kebun telah memindahkan tubuh Yesus, dan ia bertanya apakah ia masih diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan. Akhirnya kepada Maria disingkapkan bahwa yang sedang berhadapan dengannya adalah Sang Guru sendiri, yang telah hidup kembali dan meninggalkan kubur-Nya.
[1]Buku termutakhir dan paling komprehensif berkenaan dengan kebangkitan Yesus secara badani adalah N. T. Wright, Resurrection of the Son of God (Minneapolis: Fortress, 2003). Paparan ringkas namun berbobot lihat Alister E. McGrath, Studies in Doctrine (Grand Rapids: Zondervan, 1997), 44-55.
No comments:
Post a Comment