Penutup
Ilmu kedokteran bolehlah menerangkan proses kematian. Kecanggihan teknologi medis dapat mengupayakan obat untuk memperlambat degradasi sel manusia. Tetapi ilmu-ilmu ini mempunyai keterbatasan. Ia segera berbenturan dengan pertanyaan, setelah kita mati, mau apa? Tidak ada data untuk itu. Ya, jiwa manusia mempunyai awareness, kemawasan atau conscience, kesadaran. Tetapi kesadaran yang bagaimana? Lalu mau apa roh manusia dengan kesadaran jiwawi itu?
Alkitab dengan jelas menerangkan makna kematian, yang bagi orang lain, semua ini adalah misteri yang menakutkan. Kristus Tuhan pernah mati. Ia masuk ke dalam kegelapan kematian, bahkan tanpa Bapa-Nya! Bayangkan, masuk kekekalan tanpa kehadiran Bapa yang Ia kasihi. Tetapi syukur kepada Allah, Bapa membangkitkan-Nya pada hari yang ketiga, sehingga sorak umat Allah seperti yang diwakili oleh rasul Paulus, “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (1Kor. 15:54-55). Inilah penghiburan kita yang sejati! Inilah yang tidak pernah ditemukan oleh ilmu medis dan kecanggihan teknologi kimia.
Itulah sebabnya, rasul Paulus berani berkata, bahwa kematian itu tak ubahnya “tidur,” tetapi berbahagialah setiap orang yang “tidur” di dalam dekapan Kristus! Untuk selama-lamanya, ia akan menjadi milik Kristus! Kristus akan menjaganya dengan aman, dan kelak akan dibangkitkan kembali.
Camkanlah pertanyaan pertama di dalam Katekismus Heidelberg berikut ini:
Pertanyaan: Apakah satu-satunya penghiburan Saudara, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati?
Jawab: Bahwa badan dan jiwa saya, baik pada masa hidup maupun pada waktu mati, bukan milik saya, melainkan milik Yesus Kristus, Juruselamat saya yang setia, yang sudah menebus segala dosa saya dengan darah-Nya yang tak ternilai harganya, dan sudah melepaskan saya dari segala kekuasaan iblis, dan memeliharakan saya, sehingga sehelai rambut pun tidak akan jatuh dari kepala saya, jika tidak dengan kehendak Bapa yang ada di surga, bahkan segala sesuatu sungguh berguna untuk keselamatan saya, maka karena itu juga dengan Roh-Nya yang kudus Ia sudah menjamin hidup yang kekal bagi saya, sehingga mulai dari sekarang ini dengan rela hati saya bersedia menjadi hamba-Nya.
TERPUJILAH ALLAH!
Katekismus Heidelberg??
ReplyDeleteApa'an ya itu pak?Buku atau apa?
T'rus emang bener, kita yang sudah percaya pada Tuhan gak seharusnya takut akan kematian. Kematian memang sesuatu yang menegangkan, tapi begitu kita melewatinya (bersama Kristus),kita akan berbahagia selamanya... :)
Katekismus Heidelberg (kota di Jerman) itu buku katekisasi kaum Reformed yang dibuat tahun 1563; disusun oleh Dr. Zacharias Ursinus dan Dr. Caspar Olevianus. Mereka berdua pernah sekolah di Akademi Jenewa, Swiss, kepunyaan Yohanes Calvin--mereka berdua sangat senang dengan pengajaran di Gereja Jenewa.
ReplyDeletePada waktu itu terjadi skisma antara Katolik-Protestan, dan Konsili Trente (Katolik), 1546-1563, dan Katolik meng-anathema (mengutuk) gereja Protestan.
Reaksi Katolik ini membuat "perang" di antara Kristen-Protestan. Banyak kaum Protestan yang dikejar dan dibantai. Untuk memberikan penghiburan dan penguatan jemaat, disusunlah buku ini.
Begitu . . .