“Berdamai,” Kata yang Sukar!
Harus kita akui, tema kita ini tidak sepenuhnya mudah! Saudara perhatikan, di Roma 12:18, rasul Paulus pun mengakui, ada kata ini, “Sedapat-dapatnya . . . kalau . . .”[1] itu bergantung padamu . . .” Sulit untuk hidup dalam perdamaian! Ya, perdamaian dengan semua orang kadang hanya menjadi pengetahuan yang berhenti di kepala kita.
Sebagai gereja yang dikenal cinta perdamaian, kita memang merayakan bulan September ini sebagai “Bulan Perdamaian.” Namun demikian, tidak jarang kita membuat orang lain tersandung dengan perkataan dan sikap kita. Kita memilih berkata, “Aku begini, ya begini! Terima aku apa adanya!” Artinya, “Aku kasar, ya memang sifat dasarku kasar!” atau “Omonganku sembarangan dan perilakuku seenak diriku sendiri, ya memang begitulah aku!” Jangan meminta aku berubah! Tetapi, terima aku seburuk apa pun diriku!
Benarkah Tuhan menginginkan kita hidup sebagai makhluk yang beringas? Benarkah Tuhan menciptakan Saudara dan saya sebagai orang yang berperingai kasar dan bertindak semena-mena? Benarkah Tuhan menciptakan ulang Saudara dan saya di dalam Yesus Kristus (Ef. 2:10), untuk menjadi orang-orang yang tidak mempunyai kepekaan terhadap orang lain, bahkan orang-orang yang dekat dengan kita? Benarkah Saudara dan saya yang tiap-tiap Minggu duduk di bangku gereja, tidak lagi dapat diubahkan oleh Roh Tuhan untuk menjadi orang-orang yang lebih lemah lembut dan suka berdamai? Apakah Tuhan sudah gagal? Apakah Dia tidak lagi mempunyai daya pengubah kehidupan seseorang yang telah dibebaskan-Nya dari kuasa maut? Atau, apakah ke-aku-an kita yang telah sedemikian membatu sehingga Tuhan sampai-sampai tidak mampu mengubah kita? Apakah kemanusiaan kita telah mengalahkan otoritas dan kedaulatan Allah?
Saya tidak percaya itu! Saya masih percaya kedaulatan Allah! Saya percaya Ia jauh lebih berkuasa dari hidup saya! Saya percaya Allah mampu mengubah hidup saya! Saya percaya Allah mau mengubah hidup saya! Saya percaya Allah sedang mengubah hidup saya! Saya pun percaya Allah sedang melakukan itu di dalam kehidupan Saudara!
Apa yang membuat saya seoptimis itu? Firman Tuhan sendiri, perhatikan Roma 11:36,
Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Kalimat inilah yang merangkum Roma 1-11. Seperti halnya teolog besar Karl Barth pernah ditanya, “Apakah yang menjadi inti pengajaran buku Church Dogmatics yang Anda tulis?” Ia menjawab dengan satu kalimat pendek, “Yesus mengasihiku, inilah yang aku tahu, sebab Alkitab mengatakan demikian kepadaku.”[2] Demikian pula bila Anda bertanya kepada rasul Paulus, “Apa intisari Roma 1-11?” Jawabannya adalah “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
Segala sesuatu adalah dari Dia
Simaklah baik-baik Roma dibuka dengan Allah menciptakan langit dan bumi, untuk tujuan apa? Yaitu agar setiap makhluk mengenal Dia. Mengenal berarti, mengasihi Allah dengan sepenuh hati, serta bersekutu dengan Allah yang hidup dan benar selama-lamanya. Sebab, apakah sesungguhnya tujuan utama manusia? Tujuan utama manusia adalah mengenal Allah, dan menikmati Dia selama-lamanya!
Segala sesuatu oleh Dia
Saudara membaca baik-baik Roma 1-4, Allah melihat kegagalan manusia! Manusia tidak ada yang baik. Tak seorang pun manusia yang mencari Tuhan dan mau bersekutu dengan Dia! Semua manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23). Manusia yang seperti ini, hanya layak untuk mendapat hukuman dari kegeraman murka Allah yang adil.
Tetapi oleh karena rahmat yang besar, Putra Tunggal Allah turun ke dunia, menjadi manusia dan kepatuhan Kristus di kayu salib itulah membebaskan manusia dari kutuk hukum. Sebagaimana Abraham dibenarkan karena iman, maka setiap orang yang percaya kepada Kristus akan dinyatakan (dideklarasikan) sebagai orang benar di hadapan Allah. Kita bukan lagi orang yang harus dimurkai. Kita menjadi orang benar. Bukan karena kebaikan kita. Tetapi semata-mata karena kepatuhan Kristus yang adalah Tuhan. Semua ini Allah sendiri yang mengerjakan.
Segala sesuatu bagi Dia
Bukan sampai di situ saja. Allah mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kematian dan kehidupan Kristus pun menjadi bagian kita, dengan satu tujuan: kita sekarang menyerahkan anggota-anggota tubuh kita kepada Allah untuk menjadi senjata kebenaran (Rm. 6:13, 19). Kita hidup bagi kemuliaan Allah dalam Yesus Kristus (Rm. 6:11)! Di Roma 12:1 dikatakan, “supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Jika Allah tidak mengerjakan perubahan di dalam kita, mustahillah kita dapat menjadi orang-orang yang berkenan kepada-Nya. Tetapi inilah kebenaran: Allah sanggup mengubah Saudara dan saya. Allah pun mampu untuk mengubah kita menjadi juru-juru damai. Kristus berkata, “Berbahagialah orang-orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat. 5:9). Tetapi mungkinkah kita menjadi pembawa damai? Justru itu, mari kita katakan, “Oh aku tak mampu, ya Tuhan! Karuniakanlah perintah-perintah-Mu kepadaku, dan perintahkanlah apa yang Kau kehendaki” (St. Agustinus).
No comments:
Post a Comment