A. Kriteria Autentisitas
Apakah yang menjadi kriteria bagi suatu materi Injil, sehingga materi tersebut dianggap autentik dan bahwa Yesus benar-benar mengatakan atau melakukannya?
1. Disimilaritas. Kriteria ini mengemukakan bahwa ucapan dan tindakan Yesus relatif dapat diandalkan apabila tidak berparalel dengan yang ada di Yudaisme dan orang-orang Kristen perdana.
2. Koherensi. Oleh sebab Yesus adalah seorang Yahudi, dan Ia adalah seorang guru, bahkan Guru teladan, maka sudah pada tempatnya bila apa yang Ia katakan dan lakukan mempunyai kaitan dengan orang-orang sezaman-Nya. Maka, suatu ucapan atau tindakan Yesus dipandang autentik, jika ada keterhubungan dengan orang-orang lain yang mempunyai kredibilitas kriteria disimilaritas di atas.
3. Penegasan rangkap. Yaitu ketika satu perkataan dan tindakan Yesus di satu tempat diteguhkan oleh yang lain. Dengan demikian, tingkat keasliannya bertambah. Namun demikian, jangan sampai kita berpandangan bahwa apabila kata atau tindakan Yesus hanya ditemukan di satu tempat, maka hal itu patut diragu-ragukan.
4. Latar dialek Aram. Bahasa Aram adalah ragam bahasa Ibrani rendah yang berkembang setelah masa Pembuangan. Pada zaman Yesus, bahasa ini dipakai di daerah Palestina. Satu kriteria lagi yang biasanya dipakai adalah bila suatu kata dapat dilacak berlatar belakang Aram (Arami atau Aramaik), meskipun orang-orang pada waktu itu menggunakan bahasa Yunani, dan injil-injil pun ditulis dalam bahasa Yunani Koine (bahasa Yunani sehari-hari).[1]
B. Penemuan-penemuan Terakhir
Pada tahun 1940-an, terdapat penemuan besar-besaran yang sangat menolong kita memahami konteks hidup Yesus lebih baik lagi. Ditemukanlah dua kumpulan naskah-naskah kuno. Pertama adalah dari Qumran, di Utara Laut Mati, yang kemudian disebut sebagai naskah Gulungan Laut Mati (The Dead Sea Scrolls). Satunya lagi adalah kodeks-kodeks (naskah kitab) yang terkumpul, yang ditemukan di Nag Hammadi, di daerah Mesir Atas. Kedua naskah ini tidak memberi terang secara langsung bagi injil-injil.
Naskah-naskah Qumran memberi informasi mengenai suatu komunitas Yahudi, yang menarik diri dari keramaian hidup sehari-hari, dan mengasingkan diri di padang belantara untuk waktu sekitar 200 tahun (kira-kira 130 SM. s.d. 70 M.), dan mempersiapkan diri untuk menyongsong suatu era baru yang dipercaya bahwa Allah akan memerintah. Kebanyakan naskah ditulis sebelum kelahiran Yesus, dan memang tidak ada yang secara langsung bertutur mengenai diri-Nya. Namun demikian, penemuan ini penting untuk membuka wawasan kita mengenai satu fase kehidupan orang Yahudi serta pranata keagamaan mereka. Hal ini akan membantu kita untuk lebih baik lagi mengenal latar belakang pengkajian Injil dan tulisan-tulisan PB lainnya.
Naskah-naskah Nag Hammadi memuat 52 dokumen berbahasa Koptik yang dikelompok-kelompokkan menjadi 13 kodeks. Naskah-naskah ini dimiliki oleh komunitas Kristen di Mesir Atas pada abad ke-4 M. Kebanyakan merupakan naskah terjemahan dari bahasa Yunani, tetapi naskah asli yang menjadi sumber salinan tidak dapat dilacak keberadaannya. Semua kitab itu merupakan penafsiran terhadap iman Kristen, yang dikategorikan sebagai ajaran Gnostik. Gnostisisme merupakan sekte Kekristenan yang muncul pada abad ke-2. Dari sekian naskah, hanya satu saja yang bersentuhan dengan Yesus Sejarah, yaitu “Injil Tomas,” yang berisi 114 koleksi ucapan dari Yesus.
Di samping penemuan yang cukup penting di atas, ada banyak ragam penemuan lain. Tujuh puluh tiga tahun yang lalu, Museum Inggris menerbitkan sebuah buku berjudul Fragments of an Unknown Gospel, yang menyajikan sejumlah lembar papirus yang ditemukan di Mesir. Namun lembar-lembar papirus ini bukan merupakan bagian dari Injil yang baru, hanya kumpulan kata dan tindakan Yesus (debat dengan para ahli Taurat, penyembuhan orang kusta, debat mengenai mata uang, serta catatan apokrif mengenai penaburan benih di sungai Yordan). Jadi sebagian sumbernya diambil dari injil-injil, dan sebagian lagi dari injil non-kanonik.
Pada tahun 1958, Prof. Morton Smith dari New York menemukan di pertapaan Mar Saba, sekitar 15 kilometer sebelah Tenggara Yerusalem, suatu salinan kitab yang dicetak di Amsterdam pada tahun 1646. Seseorang menuliskan di ujung naskah itu suatu tulisan dalam bahasa Yunani, bahwa naskah itu diatribusikan kepada Klemen dari Aleksandria, yang beredar pada tahun 180 M. Bisa jadi, naskah asli dari naskah itu adalah dari Klemen, walau hal ini diperdebatkan oleh sejumlah orang.
Minat dari sang penulis nampaknya ialah untuk memperluas edisi Injil Markus. Sang penginjil dikatakan telah mengenal pengikut-pengikut Kristus di Aleksandria. Tulisan ini juga mereproduksi Markus 10:34 kisah pembangkitan atas seorang anak muda yang kaya dari dalam kubur, dan Kristus kemudian mengajarnya dalam satu malam mengenai “rahasia Kerajaan Allah.” Cerita ini memiliki keterkaitan dengan pembangkitan Lazarus di Yohanes 11 dan juga dengan catatan di Yohanes 3:1-15, tentang kunjungan Nikodemus kepada Yesus “pada malam hari” dan belajar dari Dia syarat-syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah.
[1]R. A. Burridge dan G. Gould, Jesus Now and Then (Grand Rapids: Eerdmans, 2004), 29.
No comments:
Post a Comment