Kedua, mereka “tidur,” hanya untuk sementara
Mereka tidak akan tidur selamanya. Kalau tidur kita terlalu lama, maka badan kita akan terasa pegal-pegal dan tidak nyaman. Tidur itu nikmat, tetapi tidur itu untuk sementara waktu saja. Tidak ada seorang pun yang tidur untuk selamanya.
Kebenaran Alkitab tentang “tidur”-nya orang percaya, adalah bahwa orang percaya meninggal untuk sementara waktu. Ia tidak selamanya tidur dalam liang lahat. Ia akan bangun kembali. Tiap pagi, ketika bangun dari tidur, menghirup udara pagi yang segar, wah . . . rasanya begitu segar! Demikianlah setiap orang percaya yang “tidur.” Ia kelak akan bangun, dan ia akan menghirup udara baru yang jauh lebih segar.
Kapan itu terjadi? Ketika Kristus yang sudah naik ke surga itu kembali lagi sebagai Tuhan dan raja semesta. Ia akan menjadi Hakim yang adil. Ia akan membela perkara umat-Nya. Kaum-Nya tidak akan dihukum. Dan sebagai tandanya, mereka akan dibangkitkan kembali, untuk bekerja. Bekerja? Ya, bekerja! Bekerja di dalam dunia dan langit yang baru. Bekerja dengan tiada lagi uraian air mata. Bekerja dengan tiada lagi lelah dan derita. Bekerja dengan lindungan Tuhan, sebab Ia hadir di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tiada lagi dukacita. Tiada lagi kematian.
Seandainya Tuhan tidak kembali, dan membangkitkan kita, maka sia-sialah seluruh iman kepercayaan kita. Inilah yang meruntuhkan setiap imajinasi kalau orang mati itu tidak naik ke surga, tetapi jiwanya tetap berkeliaran di suatu dimensi di sekitar kita, yang bisa melihat kita tetapi tidak dapat terlihat oleh mata kita. Kita lebih percaya kepada Kitab Suci. Berita Kitab Suci sedemikian jelas dan gamblang bagi kita.
Maka, kematian kita hadapi dengan suatu kepastian. Tak perlu cemas dan risau dengan kematian, karena kematian itu sementara waktu saja. Kita tak perlu bertanya berapa lamanya kematian itu berlangsung. Tetapi apakah Saudara yakin bahwa Saudara akan menikmati “tidur” atau istirahat yang damai dan memiliki pengharapan seperti ini? Justru yang Saudara harus risaukan adalah bila Saudara belum mempunyai kepastian itu.
Ketiga, mereka yang “tidur” dalam Kristus akan bahagia
Bagaimana mempunyai kepastian bahwa “tidur” kita itu hanya sementara waktu saja? Yaitu ketika kita percaya bahwa “tidur” di dalam Kristus dengan meninggal di luar Kristus itulah yang menentukan “nasib” kita kelak. Barangsiapa tidur dalam Kristus, ia akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia (Kristus). Artinya, kita aman berada di dalam pelukan Kristus. Kristus bukan saja hadir di sana, tetapi Ia bahkan mendekap kita, memeluk kita dengan erat. Kita berada di dalam ribaan Kristus dan mendengar suara-Nya yang lembut, “Engkau adalah milik-Ku, takkan Kubiarkan engkau direbut dari dekapan-Ku.”
Kepada salah satu penjahat yang berseru kepada Kristus, pada waktu Ia disalib, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk. 23:42-43). Apa arti “Firdaus”? Yaitu di mana Allah hadir dan bertahta. Penjahat itu dijanjikan oleh Kristus untuk tinggal bersama Dia di surga, Firdaus Allah! Jika kepada penjahat saja, Kristus Yesus menjanjikan Firdaus, apalagi kepada murid-murid-Nya, demikian pun dengan kita yang mengikuti Kristus!
Masih adakah yang menakutkan dengan kematian? Kita tidak hanya dikumpulkan dengan para leluhur iman kita ketika kita meninggal (artinya: “tidur” di dalam Kristus). Tetapi, kita akan dipeluk oleh Kristus, didekap dalam cinta kasih-Nya yang kekal dan mahakuasa, hingga kelak kita akan mendapatkan kebangkitan tubuh kita. Apabila ini yang menjadi keyakinan kita, maka tak ada satu pun yang akan memisahkan kita dari Kristus dan kuasan-Nya yang ajaib lagi dahsyat itu. Sehingga, dengan cara apa pun jenasah seorang Kristen dirawat, kelak ia akan dibangkitkan pula.
Kadang-kadang ada orang yang menabukan kremasi, dengan pertimbangan, bagaimana bila kelak ada kebangkitan orang mati. Bukankah yang akan bangkit adalah orang-orang yang berada di dalam kubur? Bukan diperabukan, kemudian abunya dilarung ke laut! Oh, tidak demikian. Banyak orang Kristen yang meninggal dunia karena perang, karena bom sehingga tubuh mereka tercabik-cabik dan sulit sekali teridentifikasi. Bukankah mereka pun akan sulit dibangkitkan kalau demikian? Tidak demikian, bukan? Kita percaya kuasa Allah yang mahadahsyat. Sehingga, baik ia meninggal karena tua, sakit, perang, ledakan bom, gempa bumi, tsunami, dan lain-lain, Tuhan tetap sanggup membangkitkan mereka dari kematian. Ia tidak sekerdil itu! Kalau Kristus berkata, “Engkau adalah milik-Ku, dan Aku takkan membiarkan engkau,” maka hal ini boleh menjadi jaminan bagi kita bahwa kelak janji kebangkitan itu menjadi milik kita yang pasti.
No comments:
Post a Comment