Sebuah Paradoks!
Salah satu keunikan iman Kristen adalah, bahwa kita diajar untuk hidup dalam “paradoks.” Menurut KBBI, paradoks berarti “pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan), dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.” Misalnya, perkataan Rasul Paulus, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Flp. 1.21). Agama mana yang memberikan kepastian bahwa mati adalah sebuah keuntungan?
Marilah kita perhatikan Surat Yakobus. Mundur ke ayat satu, saya mencatat adanya dua paradoks. Pertama, orang Kristen yang menerima Surat Yakobus ini adalah para perantau, yakni orang-orang Kristen Yahudi yang tidak lagi tinggal di Yerusalem, tetapi harus terserak oleh sebab khaos yang terjadi di sekitar pemberontakan Simon bar Giora, yang berujung pada kejatuhan Yerusalem di bawah tangan Jendral Titus pada tahun 70 M. Namun demikian, mereka ini disapa “kedua belas suku.” Bukankah sapaan ini mengukuhkan keyakinan bahwa mereka adalah umat Allah yang sejati? Sekalipun terserak, tercerai berai, dan mengalami “eksil” (pembuangan) dari tanah Palestina, namun mereka toh adalah orang-orang yang dikasihi Allah.
Kedua, bahagia dalam berbagai-bagai pencobaan. Aneh dan sekali lagi asing di telinga banyak orang! Pencobaan, peirasmos, dapat berarti: (1) pencobaan yang berasal dari diri sendiri, tetapi (2) pencobaan dari dalam diri.
Pasal demi pasal dalam Surat Yakobus, surat ini tak hanya meneguhkan iman jemaat yang tengah bergumul dengan kesengsaraan akibat bangsa asing. Jelas sekali, Yakobus membongkar-bangkir, serta menjungkirbalikkan praksis jemaat yang telah melenceng. Yakobus mengambil peran gembala yang benar-benar tegas. Ia membebat yang terluka, tetapi juga membuka nanah yang mulai membusuk di dalam luka.
Mengapa paradoks itu penting dalam kehidupan Kristen? Kita akan mengelaborasi masalah ini, namun mari sejenak merefleksikan problem peirasmos apa yang ada di konteks kita sekarang.
Ini cukup bagus dan memberkati saya. Thanks untuk artikel ini.
ReplyDelete