Saudara-saudaraku,
Mungkin Anda akan terkejut dengan kisah yang begitu mirip yang dialami oleh rasulullah Muhammad dan nabi Isa As., yang akan saya tuturkan berikut ini. Dalam Hadits al Bukhari, bagian “Hirak Har” seperti yang dikisahkan oleh Ibnu Hisyam, tersebutlah kisah ini.
Penduduk Mekah tidak dapat melupakan kekalahan mereka atas kaum muslimin saat perang Badar. Kekalahan itu serasa menikam jantung, laksana racun yang membakar mereka dengan nafsu dendam.
Berkobarlah api dendam yang selama ini terpendam. Tiga ribu prajurit pilihan di bawah pimpinan Abu Sufyan bergerak menuju Madinah. Sejumlah srikandi Arab, di bawah komando Hindun ikut pula dalam barisan. Mereka menyanyikan lagu-lagu peperangan, meneriakkan yel-yel dan mengancam akan mengusir kaum muslimin dari rumah-rumah mereka. Ekspedisi ini merupakan ancaman yang besar bagi Islam yang masih berada pada masa-masa awal. Karena kekalahan yang telak bisa menyebabkan bencana dan bahkan melenyapkan sama sekali komunitas muslimin yang masih sedikit itu.
Rasulullah membahas ancaman ini dalam suatu majelis bersama para sahabat. Saat itu, jumlah kaum muslimin hanya sedikit, tetapi mereka diilhami oleh semangat keimanan yang tak tergoyahkan akan kebenaran agama Islam. Karenanya, mereka memutuskan untuk menghunus pedang guna membela keyakinan mereka. Rasulullah bersama seribu tentaranya keluar Madinah menyambut kedatangan pasukan Quraisy.
Belum lama mereka melakukan perjalanan, ‘Abdullah bin Ubay, dedengkot kaum munafik, bersama sekitar riga ratus pasukan melakukan pengunduran diri dan membelot dari pasukan muslim. Sehingga, hanya dengan tujuh ratus orang tentara Rasulullah menghadapi musuh di dekat Jabal Uhud.
Pertempuran sengit pun terjadi, dengan kemenangan awal di tangan kaum muslimin. Pada mulanya, tentara muslim meraih kemenangan. Mereka berhasil memukul mundur pasukan lawan. Barisan pasukan musuh dapat ditembus. Pasukan lawan berhasil mereka paksa mundur. Bahkan beberapa orang di antara mereka melarikan diri dari medan pertempuran. Gejolak kemenangan awal ini membuat sebagian pasukan muslim melupakan tugas mereka, mereka meninggalkan pos-pos yang sudah ditentukan dan bergerak maju mendekati lawan, hingga membuat sebagian yang lain bingung.
Melihat kebingungan itu, pasukan musuh tidak menyia-nyiakan waktu. Dengan cepat mereka mengonsolidasikan kekuatan dan kembali menyerang pasukan muslim dari kaki bukit dengan kekuatan baru. Pasukan muslim bertempur dengan keberanian luar biasa. Namun keberanian semata, tidak segera menghilangkan kekacauan yang telah ditimbulkan oleh pasukan yang tidak disiplin. Sejumlah tokoh muslim gugur di medan perang. Jumlah pasukan yang terluka lebih besar lagi.
Rasulullah sendiri menderita luka parah, dahinya terluka, memar dan robek terkena lemparan batu, giginya retak, topi bajanya terbenam dalam ke kepalanya. Beliau tergeletak tak berdaya di sebuah parit pelindungan. Ali mengangkat tubuh beliau.
Segera setelah Rasulullah terjaga dari pingsan, beliau menyeka darah yang membasahi muka dan dengan menengadah ke langit beliau memanjatkan doa, “Ya Allah, tunjukkanlah kaumku ke jalan yang benar, karena mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan.”
No comments:
Post a Comment