Saturday, March 8, 2008

Bertumbuh Karena Disiplin Rohani (4)


Disiplin Sebagai Murid

Mungkinkah pola hidup Kristen memberikan alternatif di tengah-tengah porak porandanya dunia? Mungkin! Orang di luar sana, memang tengah menikmati kemerdekaan yang palsu, dan pseudo-Kristianitas di sekitar kita menawarkan buaian kepuasan semu bagi para orang Kristen jablai (“jarang dibelai”), yang merasa kurang kasih sayang dari Allah dan sesamanya, dengan menciptakan Kekristenan yang melankolis dan agama hot tub (bak mandi air panas). Tapi toh akan ada masanya semua ini berlalu, dan berganti dengan era yang lebih baru lagi, dan sangat mungkin akan lebih tak terkendali.

Namun, dunia akan segera menuai keputusasaan. Mereka yang berjalan dalam kegelapan akan jatuh ke dalam jurang yang tak berujung. Dunia kebingungan mencari alternatif gaya hidup. Mereka menjadi antipati terhadap Kekristenan, muak dan jijik dengan wajah gereja, oleh karena gereja dan orang Kristen pun tak ubahnya seperti dunia. Di manakah orang yang masih tetap teguh bediri? Masihkah ada orang yang tetap kokoh dengan pendirian dan prinsip yang dia yakini, serta berani hidup di dalamnya?

Sejangka waktu, kita yang menghidupi paradoks “bersuka walau dalam duka”—berbahagia meski dalam kesengsaraan—akan dipandang aneh oleh dunia. Mungkin kita akan dihindari. Mungkin kita akan dikucilkan. Namun ingatlah pesan firman Tuhan, Allah mau agar kita tekun; Ia menghendaki agar kita bertumbuh dan kelak menghasilkan buah yang matang.

Inilah yang disebut disiplin, yang dalam bahasa Inggris memiliki akar kata yang sama dengan “murid” (disciple). Jadi, apakah kita mau disiplin? Jadilah murid Kristus yang sejati! Tetapi bagaimana menjadi murid Kristus yang sejati? Jadilah orang yang berdisiplin! O o, kok logikanya berputar? Ya, memang demikian. Tidak ada jalan lain. Tuhan Yesus pernah katakan bahwa siapa pun yang hendak mengikut Dia, harus mengikuti teladan-Nya, yaitu memikul salib. Salib itulah tanda disiplin tertinggi dari Tuhan Yesus. Sang Guru memikul salib. Maka murid pun memikul salib. Barangsiapa memikul salibnya, tidak ada lagi peluang untuk mundur atau berbalik arah. Hanya ada satu jalan, yaitu mati! Dietrich Bonhoeffer yang menjadi martir di bawah kekejaman Nazi di akhir Perang Dunia II (1945), pernah berkata, “Ketika Kristus memanggil seseorang, Ia menariknya untuk datang dan mati.”

Terpujilah Allah!

No comments:

Post a Comment