ALLAH PEMBERI PERTUMBUHAN
Markus 4.26-29
Yesus memberikan sebuah perumpamaan tentang Kerajaan Allah. Kerajaan Allah diumpamakan seperti seorang penabur, yang melakukan pekerjaannya pada siang hari dan pada malam hari ia tidur. Siang hari kemudian ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, yang kian lama kian tinggi. Dan, bagaimana proses terjadinya, tak seorang pun mengetahuinya.
Kedatangan Kerajaan Allah adalah sebuah rahasia yang besar. William Wrede menyebutnya sebagai “Rahasia Mesianik.” Tentang kapan masanya Kerajaan Allah dan di dalam siapa, tak seorang pun yang tahu. Bahkan menurutnya, Yesus pun tidak. Seorang muda dari Nazaret yang adalah tukang kayu ini belajar untuk mengerti apa arti Kerajaan Allah, yang pada akhirnya ia yakin bahwa mandat Kerajaan Allah itu dilimpahkan ke atas pundaknya. Akhirnya ia pun mulai mengkhotbahkan secara terbuka datangnya Kerajaan Allah yang penuh di atas dirinya.
Sebagian kaum fundamentalis mungkin akan merasa terserang di sini. Argumentasi ini kedengaran Arianis. Masakan Yesus Kristus sang Putra Allah sejak semula tidak “mengetahui” bahwa Ialah pengemban Kerajaan Allah? Bukankah ia adalah Allah yang omniscient? Dan bukankah persidangan gereja Am telah memungkasi masalah ini? Ya memang demikian. Masalah keilahian Yesus telah dituntaskan dalam persidangan gereja Am.
Namun kiranya ketika kita membaca teks dalam Markus, kita belajar melihat teks apa adanya. Yesus berbicara bahwa kedatangan Kerajaan Allah itu semata-mata adalah karya agung Allah. Ia pernah berbicara bahwa hanya Allah Bapa saja yang tahu kapan waktunya kerajaan itu datang. Dengan demikian, kerajaan itu adalah misteri di hadapan manusia, dan semata-mata merupakan prerogatif Allah.
Yesus adalah sang penabur. Seorang penabur yang menaburkan benih firman Kerajaan. Dalam Perjanjian Lama, benih itu adalah benih firman yang keluar dari Allah, dan akan berhasil bagi setiap hal yang telah dirancangkan oleh Allah (Yes. 55.10-11). Dalam sepanjang sejarah, para nabi memberitakan benih firman ini. Yesus menempatkan dirinya dalam arak-arakan para nabi, yang dimandati untuk memberitakan warta kerajaan Allah itu. Dan bilamana Kerajaan Allah itu hadir . . . lihatlah! Ada “ciptaan baru” yang ditandai dengan buah yang dikeluarkan oleh bumi, dimulai dari tangkai dan lambat laun bulir-bulirnya menjadi penuh. Tidakkah kita lihat? Setiap karya yang Allah kerjakan, sesungguhnya ada “kreativitas”! Allah menjadikan sesuatu yang baru, dari sesuatu yang nampak sederhana dan tidak spektakuler.
Akhirnya, musim menuai pun tiba! Masa penuaian, bagi orang Yahudi adalah masa pengadilan Allah. Pengadilan itu berarti Allah akan bertindak berdasarkan perjanjian yang Ia tetapkan sendiri, untuk memutuskan apa yang sesuai kebenaran dan keadilan-Nya. Perjanjian itu berisikan janji-Nya untuk membela umat-Nya dan melepaskan mereka dari musuh-musuh mereka. Allah bertindak atas nama-Nya sendiri, mempertahankan kekudusan nama-Nya.
Jika demikian, bukankah kita patut bersyukur dan menaikkan puji-pujian kepada Allah? Pertama, Allah memiliki rancangan agung, yaitu meneguhkan Kerajaan-Nya di atas muka bumi, dan Ia sendiri yang akan mengerjakannya. Berbahagialah setiap orang yang menjadi warga Kerajaan Allah, karena mereka memiliki jaminan yang pasti.
Kedua, Allah memiliki rancangan yang selalu baik dan menjadikan sesuatu yang baru. Di tengah-tengah kehidupan yang berat dan penuh perjuangan, marilah kita selalu ingat bahwa karya Allah tidak pernah gagal. Allah akan mengerjakan masa depan yang lebih baik bagi kita! Ya, kita memiliki masa depan.
Ketiga, kita semakin diyakinkan untuk berbahagia karena Allah bertindak sesuai dengan natur dan keberadaan-Nya. Ia tidak pernah lalai akan perjanjian-Nya. Jika Ia bertindak, maka tindakan Allah itu bukanlah berdasarkan kasih yang melankolis yang ditujukan semata-mata bagi kita yang sedang berjuang. Allah bukanlah Allah yang mengikuti keinginan manusia, meskipun bila kita mengakui dengan jujur, kita lebih suka Allah yang semacam ini! Namun tahukah kita, bila Allah adalah Allah yang melankolis, maka Ia hanya Allah yang mengikuti pengalaman hidup umat-Nya. Implikasinya, Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Akibat yang lebih fatal lagi, bagaimana mungkin kita dapat mempercayai Allah yang tidak tahu apa yang akan terjadi.
Ada dua pengajaran yang perlu diwaspadai dalam hal ini: (1) open theism, atau “teisme terbuka” yang argumentasinya mirip seperti yang diuraikan di atas, yang merupakan perkembangan terkini dari teologi Arminianisme dengan tokoh-tokohnya seperti Clark Pinnock, William Hasker, John Sanders. Golongan ini cukup rasional, dan para pencetusnya adalah para teolog atau filsuf yang berkelas.
(2) ultra-charismatics, atau “kharismatik ultra.” Ada banyak ragam kharismatik, tetapi golongan yang satu ini memiliki kecenderungan menempatkan Alkitab setara atau bahkan di bawah “pengalaman perjumpaan dengan Allah secara langsung,” dan sebagaimana tercermin dalam lagu-lagu “pujian” (?) yang mengedepankan si “aku” sebagai subjek—aku yang dikasihi, aku yang diperhatikan, aku yang disayangi dan tidak pernah ditinggalkan sendiri.
Tetapi syukur kepada Allah, Ia adalah Allah yang akan mengerjakan segala sesuatu yang Ia telah putuskan. Allah tidak pernah menarik apa yang Ia telah rancangkan. Segala rencana-Nya akan berhasil dengan tuntas. Ia mengerjakannya melalui Mesias Yesus dalam kekuatan Roh-Nya yang kudus. Kepada Allah yang seperti inilah, saya menaruh pengharapan! Bagaimana dengan Anda?
Terpujilah Allah!
Untuk direnungkan:
1. Apakah saya sabar menantikan Allah bekerja di dalam kehidupan saya?
2. Seberapa tekunkah saya belajar untuk menghayati pekerjaan-pekerjaan Allah dan kehendak-Nya seperti Mesias Yesus?
3. Penghiburan apa yang saya miliki bila Allah adalah Allah yang menjadikan segala sesuatu baru?
4. Suka cita seperti apa yang saya dapatkan ketika saya mengenal Allah sebagai Allah yang tidak pernah lalai akan perjanjian-Nya?
No comments:
Post a Comment