NATUR PERSEKUTUAN
Kita mengenal pepatah Jawa, “Mangan, ora mangan angger kumpul.” Artinya, baik kita bisa makan, ataupun tidak bisa makan, berkumpul dengan saudara itu jauh lebih baik. Tetapi tahukah Anda di gereja yang modern, pepatah itu belumlah titik, masih koma! “Mangan, ora mangan angger kumpul, . . . mengko rak yo mesthi mangan!” Atau ada seorang rekan yang bercanda, “Mangan, ora mangan angger kumpul, . . . ‘ndi pangananne?” Kita bisa tertawa terkekeh-kekeh dengan hal itu. Tapi bukankah demikian kenyataannya? Acara gereja semarak bila ada makanannya. Bandingkan acara-acara gereja yang ada makanannya dan yang tidak! Mana kira-kira yang akan diminati dan dikunjungi lebih banyak? Ya, pastilah yang ada makanannya. Dan, ada juga yang sampai bawa pulang juga untuk orang-orang di rumah, bukan?
Pepatah di atas hendak menekankan satu hal: “kumpul.” Orang Jawa terkenal dengan orang yang suka hidup dalam sebuah kelompok. Ternyata, kumpul tidak hanya kepunyaan orang Jawa. Ribuan tahun yang lalu, dalam Alkitab kita ketahui bahwa Allah memanggil umat-Nya sebagai sebuah perkumpulan, atau persekutuan. Umat Allah beda dengan pasar, yang baru ramai hanya pada waktu pasaran, yang relatif tidak saling kenal, hanya sepintas lalu ketika melakukan transaksi jual-beli. Tetapi Allah memanggil sekumpulan orang-orang yang diikat dalam sebuah ikatan kudus yang disebut sebagai “perjanjian” (kovenan, dari bahasa Inggris covenant). Perhatikan firman Allah:
1. Allah menyatakan tidak baik bila Adam seorang diri saja. Ia menjadikan Hawa. Ia menetapkan sebuah keluarga. Allah memberi mereka mandat untuk mengelola ciptaan Allah, dan Taman Eden yang indah itu.
2. Allah memanggil Abraham sebagai kepala keluarga, memberkatinya dan menjanjikan kepadanya satu “keluarga” yang sangat besar!
3. Allah memanggil keturunan Yakub untuk keluar dari Mesir, dari tanah perbudakan, untuk menjadi umat yang dikasihi-Nya, dan Ia sendiri menjadi Allah bagi mereka.
4. Kita melihat Yesus sendiri hadir lewat sebuah keluarga kecil nan sederhana: Yusuf dan Maria. Jika kita sempat memperhatikan judul-judul lukisan potret keluarga Yesus yang dibuat pada abad-abad ke-14 s.d. ke-16, judulnya adalah “Keluarga Kudus” (The Holy Family).
5. Allah di dalam Yesus Kristus memanggil 12 rasul, yang selama 3,5 tahun bersama-sama melayani, sebagai tanda Israel yang baru telah datang. Setelah dibangkitkan dan sebelum naik ke surga, Ia menetapkan mereka sebagai saksi-saksi-Nya di seluruh dunia.
6. Di dalam PB, umat Allah diumpamakan sebagai satu kesatuan persekutuan meskipun berbeda-beda: tubuh Kristus, keluarga Allah, Bait Roh Kudus, jemaat Tuhan, orang-orang pilihan, orang-orang kudus, kawanan domba milik Allah.
7. Bahkan lebih daripada itu, mengapa kita mengenal Allah kita sebagai Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh Kudus? Allah adalah sebuah persekutuan yang sejati, dan persekutuan kita di sini merupakan analog, atau cerminan, dari persekutuan Pribadi-pribadi yang kekal itu.
PELAYAN PERSEKUTUAN SEBAGAI KAWAN SEKERJA
Memang, dalam sepanjang sejarah penebusan, Allah juga memanggil individu-individu. Tetapi marilah kita memperhatikan dengan seksama, bahwa individu-individu itu sebagai pelayan bagi umat Allah.
1. Siapa yang tidak mengenal Musa, pemimpin terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia. Ia dipanggil dari keagungannya untuk memimpin keluar sebuah bangsa eks-budak yang terkenal susah untuk diatur, tegar-tengkuk dan nggugu karepe dhewe.
2. Kita mengenal Daud, jenderal perang teragung yang tidak ada bandingannya. Namun, ia juga adalah abdi Allah untuk memimpin Israel.
3. Kita dapat sebutkan pula barisan para nabi, baik nabi-nabi yang namanya kita kenal, maupun nabi-nabi yang tidak dikenal.
4. Bagi kita jemaat Kristen, kita pun mengenal Saulus, eks-Farisi yang pernah kuliah di bawah Regius Professor of Divinity Gamaliel I, yang kemudian namanya menjadi Paulus, rasul terbesar sepanjang abad. Ia adalah perintis gereja-gereja di luar lingkungan Kekristenan Yahudi.
5. Kita kenal Petrus, juga Yakobus saudara Yesus; nama-nama ini adalah gembala-gembala jemaat yang begitu setia menjaga kawanan domba Kristus.
6. Belum lagi para martir yang memberikan dirinya demi iman mereka kepada Allah, yang jumlahnya takterhitung, demikian yang dikatakan oleh Surat Ibrani, “banyak saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita.”
Mereka adalah orang-orang yang harus melayani umat Allah. Siapakah kami yang berada di jajaran Tim Gembala Jemaat? Kami adalah pelayan Allah dan umat-Nya. Siapakah Majelis Jemaat? Mereka adalah para pelayan Allah dan umat-Nya. Siapakah yang berdiri di atas pentas sebagai Pemimpin Nyanyian Jemaat, atau yang memainkan instrumen, dan siapakah anggota paduan suara yang duduk dengan berseragam, atau yang berdiri di depan sana sebagai penyambut jemaat atau yang mengedarkan kantong persembahan? Mereka adalah para pelayan Allah dan pelayan umat-Nya!
Kita semuanya disapa dengan panggilan yang lebih manis yaitu “kawan sekerja.” Apa artinya? Saudara dan saya bekerja di bawah kuasa dan wewenang Allah, dan kita menerima mandat dari Allah. Apakah mandat itu? Mandat itu adalah Terang Injil. Kita menjadi kawan sekerja yang melayani Injil yang sama, yaitu Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya! Kita melayani Injil kepentingan siapa? Untuk kepentingan umat Allah.
Jika kita benar-benar bekerja di bawah kuasa Allah, masihkah ada di antara kita yang memilih-milih pelayanan berdasarkan selera kita atau pengertian kita sendiri? Mungkin kita diberi talenta sebagai pengkhotbah awam, dan mau melayani hanya jika menjadi pengkhotbah? Atau paduan suara, kita memilih untuk bersemangat menyanyikan lagu-lagu yang mudah, tetapi begitu tidak cocok dengan selera kita atau susah nadanya, memilih untuk tidak menyanyi? Dijadwalkan untuk memimpin doa, tetapi tidak mau! Melayani Tuhan OK, asal bukan ini, asal bukan itu!
Hendaknya kita mengingat bahwa kita harus bekerja di bawah kuasa dan kedaulatan Allah! Para pelayan Allah yang sejati, akan terus mengingat perkataan bijak, “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri!” Ketika kita melayani Tuhan, hendaknya kita terus mengingat teladan rasul-rasul ketika mereka di hadapan mahkamah agama, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5.29).
Bersama Allah memenangkan banyak jiwa
ReplyDeleteAllah menghendaki kita bekerja melayani Dia, komentar juga dong di blog saya www.goocap.com
ReplyDelete