SIKAP KAWAN SEKERJA
Bagaimana sikap kawan sekerja Allah yang baik? Mari perhatikan ayat 5-9. Rasul menegaskan bahwa baik ia ataupun Apolos adalah hamba-hamba dari Allah. Mereka berdua adalah milik Allah. Perhatikan Saudara, Apolos sesungguhnya bukanlah tim misi Paulus. Namun Paulus peka dengan perpecahan yang sedikit saja, dapat memicu kehancuran jemaat. Dengan sigap Paulus menerima posisi Apolos sebagai penerus karya yang ia telah mulai di Korintus. Paulus menunjukkan dirinya sebagai manusia rohani, yang dewasa di dalam Kristus. Ia tidak iri hati. Ia tidak berselisih dengan Apolos.
Ia mengatakan “Aku menanam, Apolos menyiram” (ay. 6), memiliki beberapa arti:
(1) satu pekerja tanpa pekerja yang lain, tidaklah ada artinya! Mereka saling membutuhkan dan melengkapi.
(2) kedua pekerja melakukan pekerjaan yang bobotnya sama. Tidak ada nilai pekerjaan yang lebih tinggi daripada yang lainnya.
(3) pertentangan yang dikondisikan antarpekerja di sebuah ladang adalah sia-sia. Ladang itu bukan ajang pertarungan mencari prestasi. Jika tangan-tangan pekerja ladang itu tidak mengayun bersama, maka tanaman itu akan rusak.
(4) Allah adalah sumber kehidupan yang menghasilkan panenan. Penabur menaburkan benih yang disuplai oleh Allah (2Kor. 9.10), dan menaruh benih itu di dalam tanah yang diciptakan Allah. Penyiram hanyalah menjaga tanah tetap berair untuk pertumbuhan, dengan air hujan pemberian Allah.
Tahukah Anda, di sini dipakai tensa aoris untuk menunjukkan pekerjaan penabur dan penyiram. Yang menunjukkan bahwa pekerjaan penabur dan penyiram itu singkat, sejenak dan mengawali sesuatu. Sedangkan untuk Allah yang memberikan pertumbuhan, dipakai tensa imperfect, yang artinya terus-menerus.
Artinya, Allah memberi pertumbuhan terus-menerus melalui pekerjaan penabur dan penyiram. Maka keberhasilan itu tidaklah bergantung kepada kecakapan orang-orang yang berkhotbah atau mengajar, tetapi kepada Allah. Segala pekerjaan kita menjadi sia-sia bila tanpa Allah. Demikian pula, semua pekerjaan yang hendak kita banggakan di hadapan Dia pun menjadi tak ada gunanya.
Maka, di sini, setiap pekerja Allah hendaklah mengingat bahwa kita ini alah sesama rekan pekerja yang dimiliki oleh Allah! Kita sama-sama tidak berharga di hadapan Allah yang mulia! Namun kita dipercaya untuk melakukan tugas dan mengerjakan mandat yang sedemikian besar! Yaitu membawa amanat Injil: amanat Injil untuk dihidupi, amanat Injil untuk dijadikan dasar pelayanan, amanat Injil untuk dibawa melalui kesaksian kita! Hendaklah kita masing-masing tidak ada satu orang pun yang merasa dirinya lebih tinggi daripada yang lain.
PENUTUP
Dua sosok yang paling agung adalah Yesus dan Yohanes Pembaptis. Kalau saudara cermati baik-baik, Yohanes sebenarnya menjadi figur yang lebih menawan ketimbang Yesus.
Ia tampil secara dramatis: memakai jubah dari unta dan menu hariannya adalah belalang dan madu hutan, dan ia sering mengadakan puasa. Ia meneriakkan pertobatan oleh sebab akan segera datangnya Kerajaan yang membawa penghukuman. Perendahannya yang terang-terangan terhadap kesombongan orang Yahudi menuntut respons dari setiap orang Israel untuk bertobat sama seperti pertobatan orang-orang yang tidak percaya, dengan tanda dibaptiskan. Ia berhasil menarik masa yang begitu besar dari kota dan desa di Palestina. Dan karyanya yang paling berani adalah menegur Raja Herodes yang melakukan tindakan asusila—semua ini cukup membuatnya mengesankan dan menjadi fenomena yang takkan pernah terlupakan. Tak ada seorang nabi yang seperti itu selama kurun 500 tahun! Tak seorang pun pernah menyapa Yohanes sebagai seorang rabi, seorang pengajar Yahudi.
Sedangkan Yesus, kita saksikan pelayanan-Nya jauh lebih tenang. Ia tidak memakai baju yang menunjukkan perbedaan dengan kebanyakan orang. Ia makan dan minum dengan menu yang sama yang dimakan oleh orang lain. Faktanya, Ia pun suka hadir di pesta-pesta perjamuan makan. Ia banyak menekankan sukacita dan rahmat di dalam Kerajaan Allah. Cara Ia berbicara lebih seperti seorang guru agama, ketimbang sebagai penerus tradisi para nabi. Bandingkan dengan orang yang dapat ditarik Yohanes, beberapa kali Yesus memang berhasil menawan orang-orang dengan pengajaran-Nya. Tetapi ketika Ia menyelesaikan misi-Nya, hanya sedikit orang yang terus mengikuti-Nya. Itulah sebabnya, tak jarang kita jumpai, Yesus sering dibandingkan dengan Yohanes dalam berbagai hal.
Kendati demikian, simaklah kata-kata yang keluar dari ucapan Yesus,
“Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis” (Mat. 11.11).
Sedangkan dari mulut Yohanes Pembaptis, kita mendengar kesaksian,
“Ia yang datang kemudian daripadaku, lebih berkuasa daripadaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya” (Mat. 3.11).
Ketika terjadi perselisihan di antara murid Yohanes Pembaptis dan murid Yesus, Yohanes Pembaptis mengatakan,
Yang empunya mempelai perempuan ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang ini sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3.29-30).
Saudara-saudaraku, kawan sekerja: kita sama-sama milik Allah dan kita melayani umat milik Allah di tempat yang menjadi milik Allah. Entahkah kita ini rohaniwan, majelis jemaat, dan jemaat, sudahkah kita memiliki rasa hormat, kepedulian dan kasih kepada Allah? Kasih kepada Allah mewujud dalam kasih kita kepada orang-orang di sekitar kita:
Ø Bila Saudara adalah seorang jemaat yang baik, Saudara akan menghormati dan mendukung orang-orang yang bekerja untuk kepentingan jemaat.
Ø Bila Saudara adalah seorang penatua atau aktivis bahkan rekan-rekan rohaniwan, Saudara akan menaruh respek kepada rekan kerja Saudara, dan mau menutup kekurangan dan kesalahan dan memberikan maaf kepada mereka yang bersalah kepada Anda; meneguhkan dan bukan menghancurkan.
Ø Bila Saudara adalah seorang pemimpin perusahaan, atau seorang petinggi di sebuah instansi, Saudara pun akan menghormati mereka yang ada di bawah Anda, dan memperjuangkan hak-hak kemanusiaan bagi mereka yang kecil dan tidak mendapatkan gaji sebesar Saudara.
Kekristenan membuktikan ini. Melalui rasul Paulus dan Apolos; Yesus Kristus dan Yohanes Pembaptis. Kita adalah kawan-kawan sekerja: ada yang menanam, ada yang menyiram. Namun Allah saja yang memberikan kehidupan! Apa yang kita banggakan? Tidak ada! Terpujilah Allah!
No comments:
Post a Comment