Friday, February 1, 2013

KASIH KOMUNAL YANG RADIKAL



KASIH KOMUNAL YANG RADIKAL
1 Korintus 13:1-13


Ayat-ayat yang kita baca tergolong bagian favorit orang Kristen.  Banyak orang Kristen menyukainya, dan kerap membacanya lepas dari konteks yang seharusnya.  Penulisnya sendiri, yaitu rasul Paulus, adalah seorang pelayan Tuhan yang sangat memperhatikan kehidupan berjemaat.  Ia adalah seorang teolog besar!  Tetapi, teologinya selalu mendarat untuk pembangunan tubuh Kristus.  Semua tulisan rasul Paulus berbicara mengenai persekutuan orang percaya.

Teks hari ini hendak menanyakan kepada kita: “Adakah cara yang lebih utama daripada menunjukkan aktivitas sebagai seorang Kristen?”  Jawabnya, Ada!  Hendaklah kita tidak menganggap bahwa menjadi Kristen berarti kelihatan aktif dan sibuk melayani.  Di dalam terang salib Kristus, ada hal yang jauh lebih penting: Kasih!  

Mengintip sekilas akan konteks sosial yang dibedah oleh rasul Paulus, masyarakat Korintus yang kebanyakan non-Yahudi, dan yang mengagungkan pengetahuan itu, ternyata adalah masyarakat yang “mencari keuntungan sendiri” atau lebih tepatnya “memaksakan caranya sendiri” (zētei ta hautēs, 13:5).  Sebelumnya, Paulus sudah memperingatkan gereja Korintus (lih. 8:1-11:1), dan memberikan teladan bagaimana cara hidup yang seharusnya.  Pengetahuan membuat orang menjadi sombong (8:1b).  “Jangan seorang pun mencari keuntungan sendiri” (mēdeis to heautou zēteitō, 10:24).  “Sama seperti aku . . . bukan untuk kepentingan diriku” (mē zētōn to emautou symphoron, 10:33).

Singkatnya, gereja di Korintus adalah murid Yesus yang hidup dalam konteks masyarakat yang—dalam bahasa Jawa—nggugu karepe dhewe.  Keras kepala, dan mencari keuntungan bagi diri sendiri.  Bisa kita bayangkan, apa yang terjadi jika di sebuah komunitas, masing-masing orang merasa paling benar dengan caranya sendiri.  Pasti ada percekcokan.  Perselisihan dan berkelompok-kelompok.  Iri dan cemburu.  Gosip dan membicarakan orang lain.  Sebaliknya, karakter para murid Yesus seharusnya bukanlah demikian.

Namun sayangnya, perselisihan itu memang sudah terjadi di jemaat Korintus, jemaat yang kaya raya, bukan saya dengan materi tetapi juga dengan karunia-karunia rohani!  Untuk itulah, Paulus dengan cermat menempatkan berita tentang kasih dalam bingkai karunia-karunia rohani.  Di perikop sebelumnya, gereja yang sejati dicirikan oleh karunia-karunia yang dimiliki, dan tiap-tiap anggotanya wajib mempersembahkan karunia mereka (12:1-31).  Di perikop sesudahnya, rasul menerangkan bagaimana karunia-karunia itu dipakai dalam penyembahan kepada Allah (14:1-40).  Karakteristik kasih yang seperti apa yang harus ada di dalam jemaat?

Pertama, kasih tidak boleh tidak ada (13:1-3).  Adalah suatu keniscayaan bahwa jemaat dicirikan oleh kasih.  Kefasihan lidah, hikmat dan pengetahuan, serta iman yang besar, tanpa dilambari kasih adalah kosong belaka.

Kedua, kasih itu berkarakter (13:4-7).  Karakter yang didaftarkan di sini tidaklah sama dengan yang ditawarkan oleh dunia.  Kasih yang sejati dapat dibahasakan bersedia tinggal dalam satu ruang dengan orang lain.  Kasih itu bahkan mau memberi ruang untuk yang lain lebih maju.  Lebih-lebih, kasih yang benar bersedia untuk menciptakan ruang untuk hidup bersama orang lain.

Ketiga, kasih itu permanen (13:8-12).  Paulus membandingkan dengan karunia-karunia dalam jemaat.  Hanya kasih yang bernilai kekal.  Ia tinggal tetap di dalam setiap orang percaya, dan menjadi daya dorong utama kehidupan kristiani.

Keempat, kasih itu superior (13:13).  Kasih lebih dari segala sesuatu.  Paulus memakai kata “tinggal” yang dapat berarti “tetap hidup sampai zaman yang akan datang” atau “bernilai penting selama dunia ini berlangsung.”  Ia menunjukkan bahwa komunitas Korintus harus memiliki kasih, terbukti bahwa di akhir surat, ia tetap menuliskan tentang kasih: “Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih” (16:14); “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia.  Maranata!” (14:22); “Kasihku menyertai kamu sekalian dalam Kristus Yesus” (14:24).

Kasih Allah seharusnya memerintah umat-Nya!  Kasih seharusnya mengakar dalam kehidupan jemaat Kristus.  Murid Kristus yang sejati dicirikan oleh kasih yang benar-benar menjadi jiwanya.  Kasih yang radikal!  Bagaimana dengan gereja kita?

No comments:

Post a Comment