Wednesday, April 11, 2012

Refleksi Paskah: Macapat Pocung 3 Pada

Berikut ini adalah Tembang Macapat Pocung yang dipersiapkan untuk Ibadah Meditatif Sabtu Sunyi, 7 April 2012 di GKMI Kudus Rayon 2.  Tembang ini dilantunkan berbalasan dengan lagu "Jesus Christ, Bread of Life" dari Taize.  Liturgi yang dirancang berpijak pada tradisi Iona dengan "empat gerakan" atau empat babak (Tuhan Hadir, Tuhan Diam, Tuhan Menang, Tuhan Membimbing) memasukkan beragam unsur lagu dari berbagai tradisi: Himnal, Taize, Iona, Ambon, Jawa, Mandarin, Afrika Selatan.


Pada Setunggal
Gusti Yesus kuncara ambeg ngaluhur,
Natangguang mulya,
Ambeg para marta esthi.
Sedanya dadya tuladha mring kawula.

Pada Kalih
Kang sanyata saking seda sampun wungu,
Risang Kristus jaya,
Setan gya manungkul nenggih.
Pepateng larut, nyata unggul ing yuda.

Pada Tiga
Kori swarga kang binuka myang Sang Kristus,
Lenggah jajar Rama,
Kang pranyata natas pati.
Cahya nyunari bawana saisinya.

****

Bait Satu
Tuhan Yesus bercahaya dan berbudi luhur.
Dipercaya oleh orang, mulia.
Rendah hati.
Kematian-Nya jadi teladan bagi umat.

Bait Dua
Sesungguhnya sudah bangkit dari antara orang mati.
Sang Kristus jaya,
Setan segera kalah.
Maut hancur, nyata menang dalam peperangan.

Bait Tiga
Pintu surga terbuka untuk Kristus,
Duduk di sebelah Bapa,
Yang sungguh telah menunggangbalikkan kematian.
Dunia penuh cahaya, tersinarilah seisi bumi.


Kudus, 7 April 2012


Interpretasi:
Jenis tembang Pocung adalah yang paling pendek di genre Tembang Macapat.  Hanya empat baris.  Namun, karakteristik Pocung dicirikan oleh guru wilangan (jumlah suku kata) dan guru lagu (jatuhnya bunyi sajak)
Baris 1: dua belas suku kata, diakhiri dengan bunyi "u"
Baris 2: enam suku kata, diakhiri bunyi "a"
Baris 3: enam suku kata, diakhiri bunyi "i"
Baris 4: dua belas suku kata, diakhiri bunyi "a"
Bait pertama menggunakan sejumlah bahasa Jawa klasik, sementara dua dan tiga lebih modern.

Bait pertama bernada moral influence a la eksemplaris-Abelardian.  Kristus teladan.  Bagi kaum Anabaptis, tradisi keteladanan Kristus sebagai Pemimpin dan Guru Agung adalah yang utama.  Soteriologi dan staurologi (teologi salib) Anabaptis bukan substitutionary atonement.  Orang Anabaptis akan berkata, "Amin" pada perkataan, "My Father was not a butcher!"  ("Babe gue bukan penjagal!").  Allah Bapa bukan sengaja mengorbankan Anak-Nya sesuai rancangan kekal-Nya.  Tetapi, Bapa memberikan teladan agung, teladan kehilangan, teladan kenosis, pengosongan diri.  Yesus menjadi teladan konkret dari ajaran yang Ia sampaikan dalam hidup dan pelayanan-Nya.

Bait kedua dan ketiga berinti ajaran Christus Victor, Kristus Jaya.  Inilah pengajaran yang sangat kuno di dalam tradisi gereja.  Kematian Kristus menyatakan setan dan kuasanya telah ditundukkan.  Sengat maut sudah kalah.  Kristus ditinggikan setelah dia menghancurleburkan kuasa Iblis, yang dalam bahasa teologi patristik disebut the harrowing of hell!, menggaru neraka.  J. Denny Weaver, teolog Anabaptis dari Bluffton University, Ohio, menulis sebuah monograf klasik berjudul Keeping Salvation Ethical (1997), sebelum ia menulis bukunya yang terkenal The Non-violent Atonement (rev. 2011).  Ia menemukan bahwa dalam sejumlah pemikir Anabaptis-Mennonite di abad-abad lalu lebih condong kepada tradisi Christus Victor daripada substitutionary atonement.

Klimaks dari syair ini adalah merekahnya ciptaan baru.  Bumi bersinar karena terang Kristus.  Ini berita mengenai pemulihan tata ciptaan, dan segala yang ada akan dirombak ulang, dan kemuliaan Allah akan menjadi penerangnya.  Allah akan membawa pembaruan itu untuk tempat di mana kita tinggal, di bumi yang kita pijaki.

Χριστός ἀνέστη! - "Christ is Risen!"
Ἀληθῶς ἀνέστη! - "He Has Risen Indeed!"
Selamat Paskah!

No comments:

Post a Comment