A CALL TO LEAD
Markus 12:35-45
Bahaya sebagai Pemimpin
Menyandang nama “Generasi Pelopor, Bukan Pengekor” berarti kita dipanggil untuk menjadi pemimpin. Kita tidak mau sekadar ikut-ikutan, tetapi kita harus mengarahkan orang lain. Namun, pertama-tama, kita harus waspada akan 2 (dua) bahaya yang mengintip dalam diri seorang pemimpin:
a. Pamrih
Sebagai pemimpin, kita dituntut untuk mengambil keputusan, mengatur dan menentukan arah dan gerak komunitas. Nah, hal yang kerap kali terlupakan ialah bahwa kita ini adalah hamba. Komunitas dan orang yang dipimpin seolah-olah menjadi hak miliknya. Maka, muncullah perkataan sombong:
· “Coba bayangkan kalau tidak ada saya.”
· “Kalau orang lain mengerjakan, apa bisa?”
· “Ini hasil kerjaku, lho!”
· “Dibandingkan dengan yang dulu, lebih baik yang mana, coba . . . ?”
· “Ini bukan bermaksud sombong, tapi semua ini yakarena aku kerja keras.”
Ingatlah selalu bahwa menjadi pemimpin itu anugerah. Pemimpin tetap di bawah Sang Pemimpin Agung, Tuhan Yesus. Kita adalah pelayan Tuhan Yesus. Kepemimpinan itu kita terima dari Tuhan, sifatnya sementara. Kalau kita berhasil, semuanya pun berkat Tuhan yang memampukan.
b. Nyaman
Udah jadi pemimpin, enggan turun. Istilah kerennya post-power syndrom. Nggamau turun dari jabatan, dan memberi kesempatan kepada yang muda untuk memimpin. Ada pemimpin yang merasa, yang muda belum siap memimpin. Kata-kata yang sering kali terucap:
· “Bagaimana, ya, masa depan komunitas ini? Kok tidak ada yang mampu?
· “Saya sudah kerja keras untuk bangun semua ini, tapi kalau ditinggal, apa bisa dilanjutkan?”
· “Si A itu masih muda, belum punya pengalaman; si B masih belum bertanggung jawab. Ngga ada yang mampu.”
Hati-hati! Pemimpin dikatakan berhasil kalau ia melatih pemimpin di bawahnya, untuk menjadi lebih hebat daripada dia. Pemimpin yang gagal ialah jika ia tidak mampu melatih orang untuk menjadi paling tidak seperti dirinya.
Memimpin seperti Yesus
Yesus memberikan 3 (tiga) pola kepemimpinan, dan Ia sendiri menghidupinya:
a. Gembala
Ia adalah Gembala yang baik. Artinya, Yesus memiliki relasi yang mendalam dengan orang yang dipimpin. Seorang pemimpin yang adalah gembala akan:
· Memiliki hubungan pribadi, dan peduli dengan hal-hal pribadi dari orang yang dipimpin—“Apa yang menjadi pergumulan kamu saat ini?”
· Meneguhkan, memotivasi para anggotanya—“Ayo! Kamu pasti bisa!”
· Membela anggotanya, berani pasang badan, bahkan menyerahkan nyawanya—memberi yang terbaik demi orang yang dipimpinnya.
b. Pelayan
Kata lainnya adalah budak. Budak itu tanpa hak. Budak masih harus bekerja ketika tuannya sudah istirahat. Budak tidak dapat membantah majikannya. Di dalam kehidupan-Nya, Yesus Sang Pemimpin Agung rela mengosongkan diri, merendahkan diri, dalam gerak menurun sampai kepada titik nadir—mati di kayu salib (Flp. 2:5-11). Ia sendiri menundukkan diri-Nya kepada Sang Bapa sebagai Tuan atas segala sesuatu. Menyadari hal ini, maka seorang pemimpin harus menyadari:
· Ia adalah seorang pelayan; posisi atau kedudukan itu merupakan anugerah Sang Tuan.
· Ia harus tunduk dan patuh kepada Sang Tuan.
· Ia harus bekerja keras, memberikan yang terbaik bagi Sang Tuan.
· Ia tidak boleh menepuk dada dan bersombong diri.
c. Penatalayan
Beda dengan yang di atas, penatalayan artinya “pengurus rumah tangga.” Pemimpin Kristen diserahi jabatan oleh Allah untuk menjaga ketertiban, adat-istiadat, kebiasaan yang baik, yang berlaku di dalam komunitas. Pemimpin sebagai penatalayan memadukan antara kuasa dan penghambaan diri. Ia memiliki wewenang, tetapi ia wewenangnya itu terbatas. Ia diserahi kuasa besar untuk mengatur komunitas, tetapi komunitas itu bukan miliknya secara pribadi. Maka, pemimpin sebagai penatalayan harus bersikap:
· Disiplin dan memiliki tertib hidup yang tinggi,
· Bijaksana dan dapat dipercaya,
· Dapat diandalkan dan memiliki pengalaman,
· Memberi yang terbaik kendati tidak ada majikan.
Latihan Rohani
1. Nyanyikanlah lagu “Yesus Ingat Aku” beberapa kali, dan renungkanlah tiap katanya:
Yesus, ingat aku di dalam Kerjaan-Mu,
Yesus, ingat aku di dalam Kerajaan-Mu.
2. Renungkanlah dirimu dan orang-orang di sekitarmu:
Ø Siapakah orang-orang yang ada di sekitarmu?
Ø Sebagai apa bila kamu berada di antara mereka? (Anak, sahabat, pemimpin?)
Ø Bagaimana perasaanmu bila dekat dengan orang-orang itu?
3. Peran apa yang kamu lakukan ketika dekat dengan mereka?
o penghibur
o motivator
o penasihat
o sahabat setia
o pemberi kegembiraan, dll.
4. Cobalah bayangkan apa yang akan terjadi jika kamu tetap melakukan yang baik, seperti di poin (3) di atas?
5. Kerjakanlah terus kebiasaan yang baik ini!
TERPUJILAH ALLAH!