Sunday, July 8, 2012

A CALL TO SERVE (Lukas 8:1-3)


A CALL TO SERVE
Lukas 8:1-3


Susahnya Hidup Bersama

Panggilan Allah bagi kita untuk mengasihi segera menyadarkan kita, bahwa kita hidup bersama orang lain.  Orang lain itu mempunyai latar belakang, pendidikan, kelebihan dan kekurangan yang berbeda dengan kita.  Karena itu, rentan sekali adanya selisih-paham, gesekan, ketersinggungan.  Tidaklah mengherankan bila kemudian ada orang yang merasa lebih nyaman tidak bergaul dengan orang lain.

Sebenarnya, konflik itu dipertajam jika masing-masing pribadi mulai menonjolkan ke-aku-annya.
·         “Aku dikhianati!”
·         “Aku tidak bersalah, tetapi dia itu biang-kerok-nya!”

“Aku” di pihak tertindas, “dia” di pihak penindas.  Aku yang benar, dia yang salah.  Jika relasi diwarnai dengan “Aku vs. Dia” maka tidak ada cinta-kasih yang sejati.  Tidak mungkin “aku” duduk bersama dengan “dia.”

Belarasa

Apa sih panggilan Allah untuk hidup kita?  Yaitu hidup ber-“belarasa” (Inggris, compassion).  Belarasa adalah gerak hidup yang turun—gerak ke bawah.  Sementara bagi masyarakat, takaran kesuksesan adalah bergerak ke atas, maka gaya hidup bergerak ke bawah ini selain tidak populer, juga dianggap tidak bijaksana, tidak sehat dan bodoh.

Gaya hidup belarasa adalah jalan yang mendekati orang-orang miskin, menderita, yang tersisih, yang lapar, yang kesepian, yang dianiaya.  Gaya hidup ini tidak menawarkan popularitas atau kekuasaan, melainkan sukacita, kegembiraan dan damai sebagai anak-anak Allah.

Sukacita belarasa jauh melampaui harta-benda dan materi.  Orang-orang yang berani meninggalkan popularitas dan mendekat dengan kau terpinggirkan sangat sulit dinilai dengan materi.  Sebut saja: para misionaris yang meninggalkan Eropa dan melayani di belantara Afrika, Ibu Teresa yang tinggal puluhan tahun di Kolkata (Calcutta), India, bersama dengan orang yang sekarat dan yang ditinggalkan.  Sukacita ini sungguh sebuah misteri!  Sebuah misteri yang hanya dipahami orang sedikit orang, dan yang harus terus digali makin dalam.

Melayani Seperti Yesus

Yesus berkata, “Jika kamu tidak menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat. 18:3).  Anak kecil bukan sekadar menunjukkan ketulusan iman, tetapi juga pribadi yang ringkih.  Mereka ini bukan kaum populer.  Mereka tidak berkuasa. 

Sebelum disalib, Sang Guru bersabda, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib salih membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:14-15).  Seorang Guru yang membasuh kaki?  Itu pekerjaan pelayan!  Seorang Tuhan yang berlutut di depan kaki hamba-hamba-Nya?  Ah, sebuah kehinaan!  Mengapa Yesus melakukannya?  Karena untuk itulah Dia diutus.  Ia datang untuk melayani umat-Nya.

Apakah berbelarasa dan melayani ini berarti harus meninggalkan semua harta dan pergi ke pelosok yang terpencil, seperti Ibu Teresia meninggalkan negeri Albania?  Sama sekali bukan.  Seorang pembimbing rohani bernama Henri Nouwen berkata, “Hidup berbelarasa pada umumnya adalah hidup yang tersembunyi dalam keseharian hidup.”  Kita bisa terbuka terhadap begitu penderitaan kecil di sekitar kita, atas orang-orang yang dekat dengan kita, seperti:

·         Rasa setia kawan terhadap teman dan sahabat-sahabat kita.
·         Rela meluangkan waktu dengan orang-orang yang sangat sederhana.
·         Rela menjadi pendengar keluh-kesah orang-orang yang tidak menarik perhatian kita.
·         Bersedia bersahabat dengan teman yang tidak diperhatikan orang di sekitarnya.

Begitu banyak hal praktis yang kita dapat kerjakan!  Asal kita mau membuka mata dan telinga, kita akan menemukan banyak orang yang membutuhkan bela rasa kita.  Dan, asal kita mau mengarahkan diri ke bawah, kita akan mendengar banyak orang yang membutuhkan kita.  Itulah yang Yesus kerjakan.

Latihan Rohani

1.        Nyanyikanlah lagu “Melayani Lebih Sungguh” beberapa kali, dan renungkanlah tiap katanya:

Melayani, melayani lebih sungguh,
Melayani, melayani lebih sungguh,
Tuhan lebih dulu, melayani kepadaku,
Melayani, melayani lebih sungguh.

2.       Renungkanlah orang-orang di sekitarmu:
Ø  Mereka yang secara fisik dan psikis tidak normal dan merasa dikucilkan oleh keluarga,
Ø  Mereka yang tidak mempunyai pekerjaan, rumah yang layak,
Ø  Mereka yang tidak mempunyai sahabat, kesepian,
Ø  Mereka yang kehilangan pengharapan, yang merasa hidup ini tidak layak dijalani.

3.       Adakah hatimu tergerak melihat mereka?  Apa yang dapat kamu kerjakan selain berdoa?

4.       Cobalah diam dan bayangkan orang itu berada di depanmu:
·         Doakan mereka
·         Daftarlah hal-hal konkret untuk kamu kerjakan.
Latihlah diri sampai muncul cinta yang tulus dalam hatimu terhadap orang itu.

5.       Dekatilah dia dan kerjakan tugasmu di atas.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment