Tuesday, November 27, 2007

The Unpredictable Rhythm


The Unpredictable Rhythm


Ritme atau rhythmus adalah pola yang tetap dan berulang. Atau, pola perubahan yang teratur. Hidup yang beritme berarti hidup yang teratur, yang berpola tetap. Mengatur pola yang teratur dalam hidup sangat penting. Tak kurang dari olah spiritualitas, orang-orang yang berjuang untuk mengatur ritme dalam hidupnya. Mengatur ritme sangat besar manfaatnya. Anda akan relatif mampu untuk melihat dan merancang masa depan. Tetapi, dibutuhkan disiplin tinggi untuk melakukannya.

Kendati demikian, hidup yang teratur sering membuat lelah. Hidup menjadi gampang ditebak. Mekanis sekali, dengan jadwal dari pagi hingga sore, yang besok pun akan kembali berulang seperti itu. Tadi malam, saya bercakap-cakap dengan salah satu pengurus komisi remaja di kantor. Dia berbagi cerita mengenai kebosanannya dengan irama hidup sekolah. "Tiap hari ya gitu wae terus! Apalagi kalau ketemu dengan guru yang mboseni."

Hidup yang beritme ternyata tidak mudah diikuti. Akhirnya membosankan. Hidup sangat mudah diprediksi. Ya, bagi para Gen-X'ers yang hidupnya penuh tawaran baru yang cepat berubah, dalam suatu kultur blitz yang serba gebyar, tetapi cepat diganti, hidup yang beritme tidak mudah.

Para rohaniwan pun perlu perlu jujur. Seberapa banyak di antara kita yang masih melakukan disiplin saat teduh, merenungkan Kitab Suci bukan untuk mempersiapkan khotbah dan ceramah, bukan oleh sebab tuntutan profesi dan gelar yang telah lekat di dada, tetapi karena kesukacitaan berjumpa secara pribadi dengan Allah? Nyatanya, ritme jadwal sehari, telah menyita waktu kita. Tak banyak waktu pula bagi kita untuk membaca buku, membiarkan kita "dibaca" oleh wacana yang ada di hadapan kita, ketimbang "membaca" buku itu.

Saya dapat memahami perasaan adik remaja itu. Itulah yang saya alami dahulu. Bobotnya saja berbeda, yang disebabkan percepatan kemajuan zaman.

Selama syering itu terjadi, musik Taize terus mengalun memenuhi ruangan kantor: Alleluia, Magnificat anima mea, Mon ame se repose, Bleibet hier, Nunc dimittis, Jesus remember me bertaut bersambung. Setelah adik remaja itu meninggalkan ruangan kantor, yang tertangkap oleh pendengaran saya adalah lagu-lagu Taize. Lagu-lagunya pendek, dan diulang-ulang. Katanya itu-itu saja. Ritmenya sama. Tetapi, mengapa saya menikmati lagu-lagu itu? Demikian yang dialami oleh ratusan ribu anak muda di seluruh dunia ketika mendengar lagu-lagu Taize.

Ah, saya ketemu jawabannya! Lagu itu tidak jelas di mana mulainya dan kapan berhentinya. Cobalah Anda menyimak lagu-lagu himne Barat, atau musik-musik klasik anggitan komponis ternama. Intronya jelas. Iramanya jelas. Akornya rapi. Di mana harus diakhirinya pun sudah pasti. Dalam hemat saya, satu kekurangan dalam lagu himne Barat dan musik klasik, musik itu menjadi satu sistem yang tertutup. Ada kesan, dogmatis sekali. Apakah ini yang membuat banyak orang pengagum musik klasik menjadi dogmatikus? Saya tidak berani menyimpulkan karena belum ada studi empiris mengenai hal ini.

Beralih kepada lagu Taize, yang semuanya merupakan pengantar doa, ada sesuatu yang berbeda. Dengan awal dan akhir yang tidak jelas, sesungguhnya ada ruang untuk misteri di sana. Ada tema yang mengikat. Dalam ibadah Taize lagu disusun antara satu dengan lain membentuk sebuah bangunan yang indah. Tetapi tidak membosankan.

Ya, bila ritme hidup telah sedemikian teratur, dan tertutup, orang tidak siap dengan kejutan-kejutan hidup. Di pihak lain, para Gen X'ers yang terlampau banyak kejutan, buat mereka hidup itu penuh misteri. Bila kita sempatkan waktu untuk bertanya kepada anak muda, apa cita-cita mereka, kebanyakan mereka tidak dapat menjawab.

Yang dibutuhkan di sini bukanlah semangat either-or. Yang ini, bukan yang itu. Kiranya kita tidak jatuh pada polarisasi hidup. Malahan, olah spiritualitas itu harus kita perjuangkan, dengan cara menata kembali hidup kita, tetapi memberikan ruang bagi Sang Misteri. Inilah yang saya sebut sebagai the unpredictable rhythm. Ada ritme, tetapi ritme itu tidak terduga. Tiba-tiba berhenti. Tiba-tiba dimulai, dan ada sebuah ritme baru dicipta. Tak perlu menunggu sampai semangat mengerjakan ritme itu menurun, kita telah siap dengan ritme yang baru. Mulailah hari dengan sesuatu yang tidak terduga, dan berhentilah ketika kita merasa putus asa.

TERPUJILAH ALLAH!

No comments:

Post a Comment