Tinggal Sertaku
The darkness deepens; Lord with me abide!
When other helpers fail, and comforts flee,
Help of the helpless, O abide with me!
Swift to its close ebbs out life's little day
Earth's joys grow dim, its glories pass away;
Change and decay in all around I see
O Thou who changest not, abide with me!
I need Thy presence every passing hour;
What but Thy grace can foil the tempter's power?
Who, like Thyself, my guide and stay can be?
Through clouds and sunshine, oh abide with me!
I fear no foe, with Thee at hand to bless
Ills have no weight, and tears no bitterness
Where is death's stings? Where grave, thy victory?
I triumph still, if Thou abide with me!
Hold Thou Thy cross before my closing eyes;
Shine through the gloom and point me to the skies.
Heav'ns morning breaks and earth's vain shadows flee;
In life, in death, O Lord, abide with me!
Tak kalah bagusnya, ketika lagu itu mengalun dari mulut paduan suara anak-anak laki-laki Libera dari Britania Raya. Kekompakan, kehalusan inflection, perpaduan warna suara yang bagus, menambah keagungan serta keanggunan pujian doa ini, dan tambah membuktikan bahwa lagu ini mendapat tempat di hati orang Kristen sampai kapan pun juga. Dan, masih banyak lagi penyanyi yang menyanyikannya.
Saya ingat satu hal. Dan ingatan inilah yang sangat mengesankan saya, dan bagi saya, inilah momentum ketika lagu ini didendangkan. Kalau saya tidak salah ingat, lagu itu dinyanyikan pada tanggal 12 September 1997! Saya bahkan rela membolos sekolah untuk satu hari itu! Itulah hari tatkala seorang tokoh dunia dimakamkan. Seorang tokoh perempuan yang berjuang di kalangan kaum termiskin di dunia, yang tutup usia dalam masa yang sudah sangat senja (87 tahun). Tokoh yang menginspirasi banyak orang, dan dunia pun mengakuinya sebagai seorang pejuang kemanusiaan terbesar pada abad ke-20. Hingga tak perlu mengherankan, pada tahun 1979, ia dianugerahi Nobel Perdamaian untuk karyanya di sudut terpencil India, yang sangat miskin, di Calcutta!
Ia dimakamkan di Pemakaman Induk Missionaries of Charity, yaitu tarekat biarawati untuk melayani orang-orang papa, yang ia dirikan dan resmi diakui pada 5 Oktober 1950. Di tengah-tengah tamu yang membeludak, dari dalam dan luar negeri India, dari berbagai kalangan dan latar belakang agama, terselip suasana sangat mengharukan, yaitu ketika madah itu sayup-sayup terdengar. Membandingkan kematian seorang wanita berparas cantik dari Inggris, mantan istri Pangeran dari Wales, yang meninggal bersama dengan kekasih barunya, yang kaya raya, Doddy al Fayyed, tak lama berselang setelah Ibu Teresa meninggal. Disemayamkan di Westminster Abbey, dan ketika peti jenasah diiring keluar, alunan lagu Candle in the Wind dan hentakan tuts piano penyanyi Elton John dari dalam Westminster Abbey yang megah itu.
Kematian Ibu Teresa diiringi lagu Abide with Me!, kualitas suaranya jauh dibandingkan pemakaman Lady Diana! Dinyanyikan oleh anak-anak asuh sang ibu, yang telah mendapatkan sentuhan tangan kasih dari sang ibu, meski bukan ibu mereka sendiri, dan meski tangan yang ibu kasar ditambah kerutan-kerutan tuanya. Lagu itu hanya diiringi akordeon. Lagu itu menggema. Lagu itu berbicara. Lagu itu mengingatkanku akan penghiburan yang aku miliki baik pada masa kehidupan maupun kematianku. Bahwa badan dan jiwaku adalah milik Kristus, Tuhanku yang setia!
Terpujilah Allah!