Wednesday, July 16, 2008

BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG MEMBAWA DAMAI


BERBAHAGIALAH ORANG-ORANG YANG MEMBAWA DAMAI



“Anak-anak Allah”


Kristus Putra Allah yang sejati, dan Ia adalah Raja Damai. Maka, anak-anak Allah ialah anak-anak damai. Sejak kelahiran-Nya, Kristus dititahkan untuk menjadi Penguasa perdamaian. Bala tentara surga pun menyanyikan “Damai di bumi bagi orang-orang yang berkenan kepada-Nya.” Demikian pun salam Kristus yang telah bangkit, “Damai sejahtera bagimu.” Ketika kembali ke surga, Ia meninggalkan damai-Nya kepada murid-murid-Nya.


Para rasul, sebagai penerus pemberitaan damai Kristus, membawa pesan suci ini dari rumah ke rumah, yang mereka kunjungi. Kehendak Yesus ialah supaya ada kedamaian di antara anak-anak Allah. Kristus melarang para murid mempersembahkan kurban bila ada saudaranya yang menyimpan sakit hati kepadanya. Ia harus bergegas meninggalkan mezbah, dan berdamai dengan saudaranya itu. Baru kemudian kembali untuk beribadah kepada Allah.


Demikianlah memang seharusnya menjadi anak Allah. Dalam jiwanya, yang tersimpan adalah damai semata-mata. Damai seperti ini adalah damai yang juga ada di dalam Tuhan Yesus. Meskipun orang-orang di sekitar bersorak-sorai, atau mengolok-olok dan mencemooh Dia, bahkan menyiksa dan memaku-Nya di kayu salib, namun wajah Kristus selalu menyinarkan damai yang teguh dari dalam. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menggoncangkan hati-Nya, menghilangkan keteguhan-Nya ataupun yang menggusarkan-Nya.


Damai Kristus juga membuat senyap para setan. Di mana saja Ia berada, di mana pun Ia memerintah, setan selalu terdiam. Sabda-Nya menenangkan gelora topan dan badai tasik. Kehadiran-Nya menyeka air mata yang menetes. Salam damai-Nya melenyapkan rasa permusuhan para musuh-Nya dan melindungi sahabat-sahabat-Nya. Betapa kerapnya Yesus mempunyai alasan untuk menjadi marah. Tetapi Ia tetap damai, tentram dan lemah lembut. Hanya oleh karena kehormatan Bapa-Nya, maka dicambuk, dijungkirbalikkan, dan diusir-Nya orang-orang yang berjual beli di pelataran Bait Suci. Ia berani menghardik para Farisi yang angkuh dan munafik dengan “Celakalah!” yang tegas.



“Berbahagialah Orang-orang yang Membawa Damai”


Berbahagialah mereka, yang dalam kehidupannya selalu damai dan yang berupaya agar orang lain pun hidup demikian. Suatu tugas yang indah sekali tengah mereka emban. Mereka berkarya dalam komunitas bagaikan bala malaekat. Kalau di sana-sini ada ketegangan dalam bertegur sapa, maka segera mereka mengetahuinya dan dengan mudah mereka menyadari penyebabnya. Dengan hati-hati serta bijaksana, dengan bantuan Tuhan yang tak pernah gagal, mereka tahu mengatasi kesulitan-kesulitan itu serta memulihkan damai serta sukacita di dalam hati.


Kedamaian itu pada hakikatnya adalah sebuah kekuatan, sebuah harta yang besar nilainya. Untuk kedamaian, mereka pun rela menyerahkan nyawa. Kalau ada perselisihan paham, maka tidak akan pernah rugi seseorang melepaskan pendapatnya. Mereka yang suka berdamai pertama-tama yang akan mengambil aksi untuk melakukannya. Tidak pernah mereka berjuang demi kepentingan pribadi. Bila perlu dikurbankannya diri sendiri demi terciptanya kedamaian. Mereka tak enggan untuk menerima aniaya-aniaya serta penghinaan, dengan tekun dan berdiam diri. Mereka mencoba untuk tidak membesar-besarkan keakuan mereka sendiri dan menuntutkannya kepada orang lain.


Namun orang yang cinta damai tak pernah membiarkan diri mereka jatuh dalam godaan, juga tidak untuk memelihara kedamaian. Bagi mereka, kehendak Tuhan, kehormatan dan keselamatan sesama manusia itulah yang mengatasi segala-galanya. Akan tetapi di mana mereka dapat mempersatukannya dengan cita-cita dan kedamaian, di sanalah mereka perbuat ini. Diberkatilah rumah, di mana setidak-tidaknya ada beberapa orang saja yang berusaha membawa dan memelihara kedamaian itu.



“Mereka akan Disebut Anak-anak Allah”


Inilah upah yang tertinggi, yang merupakan puncak kebahagiaan mereka! Anak Allah! Tanda persekutuan yang erat lagi mesra dengan Allah yang Mahabaik dan yang Mahakuasa! Anak Allah! Suatu kepastian bahwa seorang Bapa yang mahahadir, yang bijaksana, mahatahu serta mahamampu menjaga dan memelihara anak-anak-Nya. Di dalam tangan-Nya, didekap-Nya anak itu tiada tara. Sang anak akan merasa aman dan sentosa. “Mereka akan disebut anak-anak Allah.”


Di atas bumi ini pun, adalah suatu kehormatan bila seseorang diakui sebagai anak Allah. Siapa memperoleh gelar kehormatan ini, pastilah ia sangat berbahagia! Setiap orang yang mengupayakan keadilan dan perdamaian, nyatalah bahwa mereka ini adalah anak-anak Allah, dan kelak mereka akan mendapatkan anugerah kekal yaitu mahkota kehidupan. Sebab demi perdamaian terwujud, segala sesuatu yang pribadi telah berani mereka tanggalkan; hak pribadi mereka abaikan. Kesenangan dan hormat untuk diri sendiri bukan menjadi cita-cita perjuangan. Allah Bapa akan bangga dengan anak-anak yang seperti ini, dan kelak Ia pun akan menunjukkan kepada mereka, “Aku akan menulis nama-Ku di atas mereka!”


Berbahagialah mereka yang boleh mengenakan tanpa pemilihan anugerah ini. Di hadapan seisi surga dan segenap makhluk di bumi, mereka akan diperkenalkan sebagai anak-anak Allah. Juga, berbahagialah mereka yang telah berjuang dan berkurban untuk terwujudnya perdamaian itu.


Percikan Permenungan: Berbahagialan orang-orang yang membawa damai, sebab mereka akan disebut anak-anak Allah.


Doa: Berbicaralah dengan Tuhan hidup dalam damai bersama Dia, dengan Dia, dengan sesama manusia serta diri sendiri; dan mohonkanlah kepada-Nya, supaya Anda boleh menjadi anak Allah, yang menyatakan perdamaian sejati.


No comments:

Post a Comment