Saturday, November 15, 2008

MENGAPA ORANG KRISTEN BERIBADAH PADA HARI MINGGU? (3)



Kekhasan Hari Minggu



Walaupun banyak mengadaptasi fitur hari Sabat, hari Tuhan sejak pada mulanya merupakan kekhasan jemaat Kristen. Umat Kristen berkumpul pada hari itu, oleh sebab itulah hari Yesus bangkit dari antara orang mati. Keempat Injil menyurat jelas bahwa kebangkitan itu terjadi pada dini hari di hari pertama (Mat. 28:1; Mrk. 16:2; Luk. 24:1; Yoh. 20:1).



Enam dari delapan penampakan Yesus setelah kebangkitan pun terjadi pada hari pertama di Minggu itu: kepada Maria Magdalena (Yoh. 20:1-18), kepada para perempuan yang membawa rempah-rempah (Mat. 28:7-10), kepada dua murid di jalan ke Damsyik (Luk. 24:34), kepada sepuluh murid minus Tomas (Yoh. 20:19-23; bdk. Luk. 24:36-49), dan kemungkinan pun kepada kesebelas murid termasuk Tomas (Yoh. 20:24-29). Penampakan-penampakan Kristus ini cukup menjelaskan bahwa hari pertama itu memiliki kekhasan di mata para penulis Injil, dan di PB.



Kemudian, bila benarbahwa Kristus disalibkan pada hari keenam di Minggu itu (Jumat), maka hari Pentakosta sebenarnya jatuh pada hari pertama di pekan, sebab jatuhnya pada hari ke-50 setelah Paskah. Jika demikian, maka pencurahan Roh Kudus ke atas para rasul dan orang Kristen perdana terjadi pada Hari Tuhan (Minggu), lih. Kis. 2:1-4.



Kebangkitan Yesus, yang meneguhkan-Nya sebagai Kristus, Anak Allah, ditolak oleh para lawan gereja yang berlatar belakang Yahudi. Peristiwa ini adalah yang paling sentral dalam iman Kristen, dan inti Injil berpuncak dalam peristiwa ini. Maka, tidaklah mengherankan bila orang Kristen—baik Kristen Yahudi maupun non-Yahudi—akan memandang hari di mana peristiwa itu terjadi sebagai kekhasan yang menarik garis pemisah dengan Yudaisme. Dengan berkumpul di hari pertama di tiap-tiap minggu, gereja memproklamirkan berita inti dari imannya.



Kemudian, seorang Bapa Gereja mula-mula bernama Yustinus Martir (+ 100-165 M.) dalam buku Apology (I.67), mengatakan alasan mengapa gereja perdana memilih hari itu sebagai hari penyembahan. Meski bukan orang Yahudi secara darah daging, pengetahuan Yustinus akan PL mendalam sekali. Ia mengatakan bahwa hari Minggu itu merupakan hari pertama penciptaan (inti berita PL), dan kebangkitan Kristus (inti berita PB). Dengan begitu, titik berat yang membedakan hari Minggu dengan hari Sabat adalah peristiwa kebangkitan itu. Kemudian, bila hari Sabat menandai beristirahatnya Tuhan dari penciptaan, hari pertama adalah hari mulainya “penciptaan baru.” Dengan menyembah Allah di hari pertama pada tiap pekan, maka gereja meretas sebuah keyakinan bahwa Allah telah memulai suatu awal mula yang baru di dalam Yesus Kristus dan umat perjanjian baru (2Kor. 5:17; Why. 21:1-5). Jauh di kemudian hari, bapa gereja Athanasius (dari Kekristenan Timur, bukan Katolik Roma!) menambahkan kutipan yang meneguhkan bahwa hari pertama minggu itu adalah sama maknanya dengan hari Sabat, yaitu “Inilah hari yang Tuhan telah jadikan, marilah kita bergembira dan bersukacita di dalamnya.”



3 comments:

  1. sangat menarik. tapi masih tetap memusingkan bagi saya, tentang nasib perintah Allah yang keempat. jadi hari apa yg harus kita kuduskan? dan bagaimana pengejawantahan menguduskan tsb?

    mhn pencerahan

    markus

    ReplyDelete
  2. Dear Bp. Markus,

    Saya mengakui, tulisan saya meninggalkan celah yang tak tuntas dibahas. Saya bersyukur untuk tanggapan yang perseptif.

    Orang Kristen mula-mula menjaga menjaga 2 hari ibadah: Sabat dan Minggu. Mereka mematuhi Sabat. Ketika diusir dari sinagoga-sinagoga dan dilarang beribadah di hari Sabat, mereka pun mengambil langkah untuk beribadah hanya di hari Minggu.

    Seraya dengan itu, pemahaman di hari Sabat dipertahankan di hari Minggu. Jadi, orang Kristen perdana tidak membuang Sabat (tetap menghormati inti Sabat), bahkan hari ibadah orang Kristen (Minggu) memiliki pemahaman yang sangat kaya:
    - hari perhentian ("Sabat")
    - peringatan kebangkitan Kristus
    - awal ciptaan baru
    - hari "kedelapan" (beberapa penulis kuno menyebut dmk, untuk menyebut waktu setelah hari Sabat, klimaks dari semua waktu)

    Pengejawantahan hari itu: apa pun yang kita kerjakan haruslah membuat kita makin bersekutu dengan Tuhan. Ditilnya apa, saya tidak dapat menjabarkan. Tetapi prinsipnya, hari perhentian membuka diri kita untuk makin dekat Tuhan.

    Salam kasih.

    ReplyDelete
  3. terimakasih pak.

    sekarang saya paham.

    salam hormat

    markus.

    ReplyDelete