Monday, May 4, 2009

Kelahiran Kembali (2)



Guru Yang Mengajarkan Hal-hal Surgawi



Setelah Yesus membandingkan Roh dengan angin, Nikodemus kemudian meminta penjelasan lebih lanjut (3:9). Sebagai “pengajar Israel” (3:10), ia pasti telah mengetahui nubuat-nubuat kuno mengenai Allah akan memberikan umat-Nya “hati dan roh yang baru” (Yeh. 18:31; 36:26) dan menuliskan perjanjian baru-Nya dalam hati mereka (Yer. 31:33). Menjawab pertanyaan ini, Yesus membuka satu bagian percakapan baru dengan perkataan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya” (3:11). Dibandingkan injil-injil yang lain yang hanya memakai satu kali Amen, Yohanes menekankannya dengan dua kali (Amen, amen) untuk membuat pendengarnya memperhatikan dengan seksama.



Sesuatu yang aneh kita jumpai di ayat 11. Sebab Nikodemus tiba-tiba menghilang dari pandangan kita: pertama-tama kata “engkau” masih merupakan kata ganti tunggal, tetapi tiba-tiba berubah menjadi kata ganti jamak “kami” dan “kamu.” Juga, tidak jelas di mana percakapan Yesus berhenti oleh karena naskah-naskah kuno tidak memberi tanda baca yang jelas. Tanda-tanda baca itu baru dibubuhkan beratus-ratus tahun kemudian. Jika kita membaca sebuah novel, pasti jelas di mana tanda mulai dan berakhir percakapan, tetapi tidak demikian halnya dengan Yohanes.



Sejumlah versi Alkitab mengakhiri kutipan di 3:15, sedangkan yang lainnya sampai 3:21, dengan alasan bahwa ucapan Yesus memakai gaya bahasa yang sama dan kata-kata serupa. Kita dapat membayangkan, seolah-olah percakapan itu beralih dari percakapan kepada pribadi Nikodemus dengan Yesus yang berbicara kepada sang penulis injil dan orang-orang Kristen perdana lalu kepada orang-orang Yahudi dan pada akhirnya kepada seluruh umat manusia, untuk menerima “kesaksian kami” (3:11).



Hal Surgawi dan Duniawi



Kesalahpahaman orang-orang Yahudi mengenai percakapan seputar Bait Allah dan Nikodemus mengenai kelahiran kembali muncul karena mereka masih tinggal dalam tingkat harfiah atau duniawi (3:12). Hal ini terjadi di sepanjang injilnya. Sama halnya di sini, Yesus memulai percakapan dengan hal-hal duniawi seperti kelahiran dan angin, tetapi menggunakannya untuk mengacu kepada hal-hal surgawi yang menandai awal kehidupan dengan Allah dan Roh.



Sesungguhnya, Yohanes kerap membedakan kenyataan dunia surgawi dari kenyataan duniawi tempat tinggal kita. Problemnya ialah kita tidak dapat menaikkan level kita kepada level Allah. Sedangkan Yesus adalah Anak Manusia yang telah turun dari surga ke posisi kita yang hina dina (3:13). Kita melihat hal ini di pasal 1, Prolog Agung yang menjelaskan Yesus sebagai Firman yang bersama dengan Allah di surga (1:1-14) dan juga Yesus mengingatkan dua tingkat ini dalam percakapan-Nya dengan Natanael (1:51). Kita seharusnya tidak perlu menduga-duga bahwa Yohanes memiliki dua atau tiga pandangan akan dunia; tetapi pembedaan antara yang “superior” dengan yang “inferior.” Yang superior adalah dunia ide dan dunia ilahi, sedangkan yang inferior adalah dunia fisik. Adalah benar bahwa dalam hal ini, tulisan-tulisan kuno pada zaman itu pun terpengaruh oleh filsafat Plato. Kita akan sering menjumpai hal demikian di sepanjang injil ini.



No comments:

Post a Comment