Monday, May 4, 2009

Kelahiran Kembali (3)



Ular Musa dan Anak Manusia



Selanjutnya, adaptasi konsep PL bergerak dari nabi-nabi dan tangga Yakub (percakapan dengan Natanael) menuju kisah di padang belantara. Dalam Bilangan 21:4-9, kita menemukan kisah orang-orang Israel bersungut-sungut melawan Musa dan Allah, dan kemudian dihukum dengan tulah ular tedung yang berbisa mematikan. Sebagai obatnya, Allah berkata kepada Musa untuk membuat ular dari tembaga dan mengangkatnya di sebuah tiang—dan setiap orang yang melihat akan disembuhkan (Bil. 21:9).



Ular tembaga itu sendiri pada akhirnya dijadikan berhala oleh Hizkia (2Raj. 18:4). Namun dalam Kitab Kebijaksanaan, yang dituliskan dalam zaman antara PL dan PB dan kini dapat dijumpai di Kitab Apokrifa, menjelaskannya sebagai “lambang keselamatan” (Keb. 16:6). Inilah yang Yohanes hendak pakai. Ia menggunakan satu kata yang dapat memiliki berbagai lapis makna—kata kerja hypsoun “mengangkat.” Memang, kata ini memiliki makna positif menaikkan atau meninggikan, tetapi ketika Yesus memakainya di sini dan di 8:28 dan 12:32-34 tentang Anak Manusia ditinggikan, kita tahu artinya adalah kematian Kristus. Sekali lagi, kita harus memandang lebih dalam melampaui tingkat mata duniawi menuju ke tingkat rohani/surgawi. Seperti halnya orang-orang Israel yang sekarat harus memandang kepada ular yang ditinggikan Musa, kita pun harus melihat tubuh Yesus yang dipecah-pecahkan itu “ditinggikan” sebagai sarana keselamatan kita. Ia ditinggikan demi pemulihan kita dan sebagai sumber hidup kekal bagi kita (3:14).



Hidup Kekal atau Binasa?



Yohanes menggunakan perpaduan yang kontras dan melihat bahwa realitas dunia surga bertolak belakang dengan yang duniawi. Dalam hal ini, ia dapat dituduh berpikir dualistik, yang melihat segala sesuatu dari dua sudut: positif dan negatif. Sebenaranya, dualisme dalam pemikiran Yunani memandang tinggi yang surgawi di atas yang duniawi, dan melihat dunia materia ini sebagai sesuatu yang harus dihindari. Yohanes pun pernah memakai “dunia” secara negatif, untuk mereka yang menentang Allah, khususnya dalam percakapan di Perjamuan Terakhir, di mana di sini dunia dipandang negatif sekali.



“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini” mengatakan bahwa objek yang dikasihi Allah adalah dunia, meskipun penuh dengan dosa dan cacat cela. Allah mengasihi seisi dunia. Kadang-kadang orang Kristen membaca Yohanes 3:16 ini, “Karena begitu besar kasih Allah akan gereja ini” dan mengabaikan dunia! Hal ini keliru. Injil meneguhkan kita bahwa Allah bertindak kepada seisi dunia dengan mengutus “Anak-Nya yang tunggal.” Frase ini mengingatkan kita kembali kepada kisah PL lainnya di mana Abraham harus mengambil anaknya yang satu-satunya, Ishak yang ia kasihi itu untuk dipersembahkan kepada Allah (Kej. 22:2, 12). Walaupun Abraham tidak jadi mempersembahkan anaknya, Allah tidak menyayangkan Anak-Nya, Yesus, tetapi memberikan-Nya sehingga dunia tidak binasa.



Hal ini adalah pilihan tertinggi bagi para pembaca Yohanes: binasa dan terpisah dari Allah, atau menerima anugerah kehidupan kekal di dalam Anaknya, Yesus. Tidak ada pilihan lain—dan untuk alasan inilah Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia!



No comments:

Post a Comment