Friday, May 27, 2011

CANGKRUK SANTAI


Beberapa bulan lalu, di pertemuan hamba-hamba Tuhan Persekutuan GKMI Wilayah 3, diangkat tema mengenai Islam Radikal dan pergerakannya sampai saat ini. Pembicaranya fasih, menarik dan memukau para peserta yang hadir.

Satu dari sekian ketertarikanku ialah pernyataan bahwa para pengikut Islam sekarang ini hanya bergantung kepada apa yang dikatakan kyai atau ustads. Jika Ustads mengatakan bahwa Al Quran memerintahkan A, maka para pendengarnya langsung terbius dan sangat mudah digerakkan. Intinya, umat hanya menurut saja apa yang dikatakan pemimpin. Ayat mana yang dimaksud, tidak ada yang tahu. Perkataan ustads, itulah kebenaran.

Aku merenung, betapa mudahnya mengatakan klaim kebenaran itu. Kebenaran dalam pelukan agama jelas lebih berkuasa. Kebenaran yang diucapkan pemimpin yang dikagumi akan segera dituruti. Kebenaran seperti ini sangat mudah menggerakkan masa.

Aku pikir, orang Kristen pun tak kurang terpeleset ke kubangan yang sama. Apa kata pendeta, itulah kebenaran. Jika pendeta berkata, “Tuhan berfirman . . .” maka dari mana dan tepatnya seperti apa perkataan Tuhan itu tak jadi masalah. Perkataan pendeta adalah perkataan Tuhan.

Sang pembicara menutup dengan imbauan yang bagus. Para pendeta harus mengajar jemaat membaca Alkitab. Artinya, dapat memahami Alkitab secara mandiri dengan metode yang sederhana. Dengan demikian, firman menjadi bagian hidup jemaat. Jemaat pun harus mengajukan banyak pertanyaan yang sulit kepada pendeta, agar pendeta dipaksa untuk belajar dan menggali firman.

Sejauh ini aku memiliki keyakinan begini. Setiap orang yang suka menggali Alkitab akan menjadi orang yang teguh dan berpendirian, namun tidak akan dogmatis apalagi membabi buta. Ia akan kritis. Maka, menguasai hermeneutik itu penting untuk kehidupan berjemaat.

Dan memang, betapa asyiknya menggali kitab suci!

No comments:

Post a Comment