Sunday, May 29, 2011

TANPA CURRICULUM VITAE (Filipi 3:8b-11) (1)

(8b) Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu
dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
(9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri
karena menaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus,
yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
(10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya
dan persekutuan dalam penderitaan-Nya,
di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
(11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

***

Anda hendak melanjutkan studi untuk strata yang lebih tinggi? Biasanya, seorang yang berprospek menjadi mahasiswa program pascasarjana akan diminta menulis riwayat kehidupan. Makin panjang curriculum vitae seseorang, guru besar universitas atau sekolah tinggi tersebut akan mempertimbangkan secara lebih serius. Kalau ada seorang pembicara seminar atau sarasehan (ini bahasa Indonesia untuk “simposium” akademis), riwayat studi dan karya itu menjadi pokok perkenalan yang sangat penting. Mempunyai curriculum vitae atau daftar riwayat hidup yang panjang itu menguntungkan.

Adalah aneh jika seseorang membuang masa depan yang cerah. Dan lebih aneh apabila investasi masa depan yang menjanjikan diabaikan begitu saja. Kita tentu juga bingung dengan Paulus. Ia mempunyai prospek untuk menjadi orang terkenal. Curriculum vitae-nya panjang dan membanggakan. Lihatlah dari ayat 4b-6—ia dapat membanggakan hal-hal yang lahiriah: disunat pada hari ke delapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, Farisi, penganiaya jemaat, tidak bercacat dalam hukum Taurat. Tetapi tak kurang empat kali ia mengulang frase yang mirip:

· Yang dahulu keuntungan, sekarang dianggap rugi (ay. 7),
· Yang dahulu rugi, lebih mulia (ay. 8a),
· Semuanya telah ia lepaskan dan anggap sampah (ay. 8b),
· Apa yang di belakang dilupakan, dan mengarahkan kepada yang di depan (ay. 13).

Hal ini mengingatkan kita kepada Yesus di Yohanes 6. Sehabis mendemonstrasikan kuasa ajaib yang besar, masa menghendaki dia menjadi raja, tetapi dia malahan mengotbahkan berita yang berat di telinga pendengar dan akhirnya para pengagum itu pun undur.

Paulus dan Yesus adalah dua orang dengan marketing yang buruk. Ya jelas, mereka tidak pernah mengikuti pelatihan tentang strategi pemasarannya Tung Desem Waringin, atau pelatihan motivasi Mario Teguh!

Sebaliknya, Paulus sedang di dalam penjara. Ia karena pelayanan pemberitaan Injil. Perhatikan, ia telah menjadi percaya selama 26 tahun. Berarti, ia telah melayani lebih dari 20 tahun. Dapat dibayangkan, masa bulan madu itu telah lewat. Ia telah menjalani hubungan yang telah melewati usia “pernikahan perak.” Bayangkan berapa banyak keluarga yang telah kehilangan api cinta dalam kehidupan suami-istri setelah melewati hidup pernikahan perak? Masih berapa banyak suami-istri yang masih mengatakan “I love you” setelah dua puluh tahun hidup bersama?

Paulus, ternyata, tidak demikian. Ia melepaskan, membuang, melupakan yang dahulu ia cintai, demi cintanya kepada Yesus Kristus. Tidaklah mengherankan jika janji komitmen ini dibuat oleh seseorang yang jatuh cinta oleh sebab pandangan pertama, atau tengah dilanda asmara yang tengah berbunga-bunga. Tetapi, ini sudah 26 tahun!

***

Di bagian inilah alasan Paulus! Paulus menemukan sesuatu yang jauh lebih berharga. Yaitu memperoleh Kristus! Mengapa? Pertama, alasan hidup: dibenarkan oleh anugerah Allah. Paulus berbicara mengenai “berada di dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena menaati hukum Taurat.” Sang rasul secara singkat berbicara mengenai “pembenaran melalui iman.” Paulus berbicara mengenai status barunya di dalam Kristus—bagaimana hidupnya kini, jika dibandingkan dengan yang dulu. Bersekutu dengan Kristus itu adalah kerinduannya. Tetapi, persekutuan dengan Kristus itu tidak tidak mungkin karena kebenarannya sendiri. “Kebenaranku” secara sederhana dapat pahami sebagai apa-apa yang dapat diketahui orang tetang “aku”—atau hal-hal lahiriah, atau riwayat hidup yang membanggakan.

Di sini, Paulus berbicara “kebenaran karena menaati hukum Taurat.” Ia berbicara mengenai tanda-tanda yang dimiliki sebagai seorang Yahudi. Bagi orang Yahudi, tanda-tanda inilah yang memisahkan mereka dari bangsa-bangsa kafir: sunat, hukum makanan haram-halal, peraturan Sabat. Orang Yahudi percaya, dengan mereka menaati tanda-tanda ini, mereka menjaga kemurnian sebagai umat Allah, sehingga siap menantikan hadirnya Kerajaan Allah. Namun, kebenaran ini membuat orang Yahudi pun menjadi tinggi hati. Mereka memisahkan diri dari kebanyakan bangsa lain. Mereka menjadi bangsa yang eksklusif.

Sekarang, Paulus menyadari bahwa ia berada di dalam Mesias Yesus, bukan karena kebenaran yang seperti ini. Sekalipun ada orang-orang yang mendorong bahwa kalau ada orang yang mau mengikuti Yesus, tetapi bukan ini yang dimaksudkan oleh rasul Paulus. Bukan karena kebenaran menaati Taurat. Kebenaran itu berasal dari luar dari dirinya. Kebenaran yang tidak dapat dibanggakan dengan usaha manusia. Kebenaran yang tidak mungkin dapat dibeli.

Paulus berbicara mengenai kebenaran karena “kepercayaan kepada Kristus.” Melalui iman. Singkatnya, seseorang berada di dalam Kristus karena iman kepada Mesias Yesus. Seseorang menanggalkan cara lama yang dikuasai kedagingan dan kemanusiaan lama, lalu beralih untuk menyandarkan diri kepada Allah melalui sang Mesias. Kemurnian iman itu bukan oleh karena tanda-tanda lahiriah, namun semata-mata oleh sebab kepercayaan kepada sang Mesias. Cara lama ditanggalkan. Cara baru dikenakan.

Di tempat lain, Paulus katakan bahwa iman itu adalah anugerah (Ef. 2:8-9), “diselamatkan melalui iman . . . itu pemberian Allah.” Kepercayaan atau cara baru itu datang bukan dari upaya manusia. Hanya karena anugerah. Benarlah jika kemudian Paulus katakan, “kebenaran itu Allah anugerahkan.”

Hidup Kristen dicirikan oleh anugerah saja. Apakah yang dapat dibanggakan dari curriculum vitae? Hidup Paulus di satu sisi harus mulai dari titik nol. He became nothing. But he found everything. Apa yang masih dicari ketika yang segala sesuatu itu telah didapati? Inilah alasan mengapa Paulus tidak ragu membuang segala sesuatu oleh karena Kristus!

No comments:

Post a Comment